Bruk!
Gadis itu menghempaskan setumpuk kertas di meja. Amarahnya meluap, kesal setengah mati. "Dasar, BangKe. Bener-bener ngeselin."
"Hus! Jangan ngomong gitu. Nanti orangnya datang, bisa berabe kita."
"Biarin, aku sebel." Gadis itu menghentak-hentakkan kaki.
"Liat, nih. Proposal sebanyak ini kita yang disuruh seleksi. Terus dia ngapain? Tebar pesona sama cewek-cewek?"
"Udah. Kerjain aja. Gak usah ngedumel."
"Ini, kan kerjaannya dia. Kita mana ngerti mana yang mau di-approve," katanya dengan wajah cemberut.
"Lu liat-liat aja dulu. Kalau mirip, reject aja. Beres."
"Aku gak mau! Biar aja dia yang ngurusin. Emangnya aku ga punya kerjaan lain apa? Belum tugas-tugas dari sekolah. Pelajaran. Arghhh!" Dia meremas-remas rambut panjangnya.
Ehem!
Kedua gadis itu menoleh. Wajah mereka langsung berubah saat melihat siapa orang yang sedang berdiri di belakang.
"Pada ngobrol apaan nih?" tanya lelaki itu.
"Eh, ada bang. Ini gue lagi nyiapin buat konsumsi. Kalau dia lagi milih-milih proposal." Maya menunjuk gadis di depannya. Sedangkan yang ditunjuk hanya balas mencibir.
"Udah beres?" Dia memandang ke arah yang ditunjuk.
Gadis itu, Rini. Salah satu anggota OSIS yang ditunjuk pihak sekolah untuk jadi panitia di event ini. Ada banyak orang sebenarnya, tapi mereka ini tim inti.
"Belum, Bang. Masih seleksi."
Agak takut juga sebenarnya dia saat berhadapan dengan abang yang satu ini. Dia galak, judes kalau ngomong. Tidak sesuai dengan wajahnya yang telihat baik-baik.
Eh iya, di luar sana dia memang begitu. Kalem dan mempesona. Hanya pengurus OSIS lah yang tau kelakuannya bagaimana kepada sesama anggota.
Si abang ini ketua yang baru, kakak kelas mereka. Menggantikan pengurus lama karena sudah lulus dan masuk uiversitas.
Dia terpilih karena memenangkan olympiade sains tingat propinsi tahun lalu. Selain itu, setelah di polling, hasil suaranya memang yang paling banyak. Pemilihnya, pastilah para cewek-cewwk pengangum rahasianya.
"Terus, kenapa pada gosip? Waktunya udah deket, nih. Jangan kebanyakan main, inget tanggung-jawab."
"Tapi aku juga gak tau yang mana yang mau diloloskan. Ini kan kerjaan lu, Bang," jawab Rini.
"Ya dipilih-pilih aja mana yang layak. Setor ke gue. Nanti diseleksi lagi. Gampang kan?" katanya dengan nada angkuh.
"Ini ada lima puluh proposal. Terus, aku harus selesaikan tiga hari? Gila aja!" Gadis itu merasa tak terima.
"Ya terserah lu aja gimana caranya. Gue taunya terima bersih," jawab lelaki itu santai sambil melipat lengan di dada.
"Paling gak kita bisa kerjain bareng gitu. Aku kan juga punya tanggung jawab yang lain."
"Udah. Seminggu ini lu fokus aja dulu sama event kita. Yang lain biarin aja dulu."
"Gak bisa, Bang. Mading itu tanggung-jawab aku. Udah seminggu belom di update. Anak-anak pada nanyain. Mereka minta aku bahas olympiade sains bulan lalu. Kan udah gak up to date lagi kalau aku bahasnya bulan depan. "
"Penting mana sama event kita? Ini pensi jangan dibuat main-main. Sekolah kita ini percontohan. Kalau sukses, yang lain bakalan ikutan."
"Ya lu bantuin kita juga, lah. Masa semua dikasihkan ke kita," sungut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories
RomanceISI BELUM REVISI Berbagai Cerita Pendek yang terlintas di benak dan aku tuangkan disini. Mencoba menulis sesuatu yang baru setelah bergabung di Grup Kepenulisan Facebook. Terima kasih KBM (Komunitas Bisa Menulis), KPFI (Komunitas Penulis Facebook I...