Si Bujang Galau

193 8 1
                                    

Ditulis oleh riniermaya

"Yang...." Bujang menyenggol lengan Rainy, istrinya yang sedang asyik duduk di kamar sambil bermain game cacing.

Sejak tadi lelaki itu memberi kode, tetapi istrinya tidak peka. Sebagai pasangan yang baru menikah, tentu saja Bujang ingin selalu bermesraan.

"Apaan dan, Bang?"

Rainy balik menyenggol lengan Bujang. Namun, matanya tetap fokus melihat layar di hape.

"Ayok dah ah." Bujang melancarkan rayuan maut. Sejak tadi dia sudah frustrasi melihat kelakuan sang istri.

"Ayok apaan?"

Rainy hanya melirik sesaat, lalu kembali bermain. Dia sudah bersusah payah bertahan untuk memenangkan setiap level. Jangan sampai kalah karena rengekan suaminya.

"Lu pura-pura mulu kalau diajakin," ucap Bujang berusaha. Suasana sedang sepi, jadi lelaki itu memanfaatkan momen yang ada.

"Abang ngomong apaan sih, gak jelas banget," rutuk wanita muda itu.

Bujang mengedipkan mata. Rainy kembali menoleh, dan tiba-tiba merasa illfeel melihat tingkah suaminya.

"Emoh."

"Jangan ngambek dong. Abang minta maap."

Bujang memasang wajah memelas, biar dikasihani sang istri. Selama ini lelaki itu selalu meminta maaf. Atas semua kesalahan yang dia perbuat maupun tidak.

Bagi Bujang, jangan sampai Rainy merajuk. Bisa berkurang jatahnya setiap hari. Dan lelaki itu tak rela.

"Serahlah dah."

"Abang tau abang salah. Janji gak bakal ngulangin lagi."

"Abang bo'ong."

"Ya mau gimane lagi, Yang. Kasian ntu si Iffa. Baru pulang sekolah disuruh emak marut kelapa," jelas Bujang.

"Tapi gak usah abang juga kali yang bantuin," protes Rainy. Wanita itu harus menahan cemburu setiap kali suaminya memperhatikan gadis lain. Mana mereka tinggal serumah lagi.

"Iffa ntu harusnya belajar buat masuk tes kuliah nanti. Masa' disuruh bantuin emak di dapur."

Selama ini Bujang memang hanya merasa iba kepada Iffa, tak ada perasaan lain. Tidak ada persaan lain seperti yang Rainy tuduhkan. Cintanya hanya untuk sang istri seorang.

"Abang ntu sengaja mau deketin si Iffa. Pura-pura aja mau nolongin."

"Lu napa sih ngambek mulu? Abang ni udah ngalah semuanya. Gaji lu yang pegang semua. Apa-apa lu yang ngatur. Jatah rendang jengkol juga. Abang rela ngasih, asal lu seneng."

"Pokoknya aku gak suka kalau abang deket-deket dia."

Tangan Rainy masih sibuk bermain game. Sedangkan mulutnya komat kamit melafalkan mantra. Agar cacingnya jangan bertubrukan demgan cacing lain. Dia tak punya koin untuk melanjutkan soalnya.

"Ya udah, abang gak deket-deket lagi sama Iffa. Tapi lu jangan gini. Udah seminggu abang di-anggurin."

"Hmmm."

Rainy masih bergumam. Lanjut main game.

"Aduh, aduh kalah deh. Yah!"

Rainy melempar ponselnya dikasur, kemudian mengambil bantal dan selimut karena hendak melanjutkan tidur.

"Yang, jangan tidur dulu dong. Tega bener dah."

"Budu."

"Serah lu dah. Kalau gak mau nemenin abang, biar abang poligami sekalian," ancam Bujang.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang