Kenalan

523 18 3
                                    

Brugh!

"Auw!"

Seorang gadis berteriak saat tubuh mungilnya terbentur sesuatu yang keras sehingga membuatnya terjatuh. Darah mengucur di lututnya yang mulus. Sementara sang lawan tetap berdiri kokoh dan tidak goyah sedikitpun.

"Kamu gak apa-apa?" tanya seorang anak lelaki.

"Perih.

Gadis itu meringis kesakitan karena lututnya menghantam tembok sekolah.

"Sini gue bantu," ucap anak lelaki itu.

"Thanks." Gadis itu memegang tangan yang diulurkan kepadanya.

"Maaf ya gue gak sengaja," sesal anak lelaki itu.

"Gak apa-apa kok," tolak gadis itu halus.

"Wah berdarah gitu. Ayo ke UKS. Minta diobatin."

"Gak usah biarin aja cuma luka kecil kok. Nanti aku bersihin di toilet aja."

"Kamu yakin?"

"Iya!"

"Eh kamu murid disini juga? Kok baru lihat?" tanya anak lelaki itu.

"Aku baru pindahan."

"Pantes gak ketemu waktu MOS. Gue hampir kenal semua sih."

"Aku baru satu minggu," jelas anak perempuan itu.

"Pindahan dari mana?"

"Semarang."

"Ikut orang tua?" Anak lelaki itu begitu penasaran. Sejak tadi berbagai macam pertanyaan keluar dari mulutnya.

"Iya, papa pindah ke sini." Gadis itu menatap lawan bicaranya dengan antusias. Baru kali ini di merasa senang berbincang dengan seseorang.

"Gimana betah gak?"

"Yah dinikmatin aja. Sekolah dimana aja kan sama."

Gadis yang pemalu itu sekarang malah begitu terbuka dengan teman barunya.

"Udah dapet temen maen?"

"Belum." Gadis itu tertunduk malu. Dia sudah berkenalan dengan beberapa orang tapi belum ada yang cocok.

"Ya udah lu maen sama gue aja mau? Gue ikut kelab basket. Di sana ada banyak anak cheers. Kali lu cocok."

"Makasih ya." Gadis itu tersenyum manis.

Deg! Ada jantung yang berdetak kencang di hati anak lelaki itu saat melihat senyumnya.

"Dari tadi ngobrol kita belum kenalan. Gue Hendra," ucap anak itu mengulurkan tangan.

"Aku Nia." Tangan mereka berpaut erat.

Deg! Kenapa berdetak lagi?

"Kok wajah kamu merah? Gerah ya?" tanya Nia polos.

"Eh iya nih, cuacanya panas nih."

Hendra mengibaskan tangan di wajahnya. Di saat begini entah mengapa keringatny tiba-tiba mengucur. Apalagi tangan mereka masih saja bertautan sejak tadi.

"Nih!" Nia mengambil tissue di dalam tas.

Hendra menyambutnya senang kemudian mengelapnya dengan buru-buru sampai sisa tissue belepotan di wajahnya.

"Hihihi."

"Kenapa ketawa?" tanya Hendra bingung.

"Liat deh." Nia mengambil kaca kecil di tas kemudian memperlihatkan kepadanya.

Hendra tertawa terbahak-bahak. Melihat di kening dan rambutnya banyak tissue yang menempel.

"Makanya pelan-pelan. Jangan grasak-grusuk. Duduk sini."

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang