Annyeong! Apa kabar para pembaca sekalian?!
Maaf ya updatenya lama, habis author bingung nyarik alur ceritanya yang semakin rumit, sehingga author harus berpikir lebih keras lagi agar para pembaca semakin terhibur.
Oke baiklah dari pada menunggu lama, langsung saja nikmati ceritanya..
Selamat membaca😄
______________
Genangan darah mengenai celah jari-jariku yang semakin meluas di permukaan lantai, hingga mengenai baju gaunku yang berwarna putih cerah.
Di bawah kolong tempat tidur yang gelap, aku menahan ketakutan ku, tubuhku terlungkup dan terjerembap diantara genangan darah yang terus mengalir ke arahku, aku menahan tangisku sampai dada ini terasa sesak.
Dengan tangan yang bergetar aku menyeret tubuhku keluar dari kolong tempat tidur. Kepala sampai bagian perutku kini telah keluar dari kolong yang gelap itu. Tapi sayang, cahaya tidak memberiku kebahagian yang kuharapkan. Aku terdiam, tubuhku mematung. Ingin rasanya berteriak dan menangis sejadi-jadinya melihat sesosok wanita yang bersimbah darah di bagian perutnya mati di hadapanku. Tapi aku tidak berani untuk mengeluarkan sepatah katapun aku kembali menahannya hanya air mata yang bisa menjelaskan betapa takut dan sedihnya diriku. Aku tidak bisa melihat sesosok wanita itu. Wanita yang selalu ada untukku, wanita yang selalu memeluk diriku dan sekarang wanita itu mati untukku.
Aku menggapai tangannya lalu menggenggamnya di jari-jari ku yang masih terlihat kecil.
Aku menatapnya, menatap matanya yang telah terpejam.
"Eomma." Suaraku yang parau mencoba memanggil dirinya.
"Eomma." Aku mencoba memanggilnya sekali lagi, berharap dia terbangun dan memeluk diriku.
Aku tidak tahan lagi, aku menangis sejadi-jadinya, membiarkan suaraku memecahkan keheningan malam, aku tidak peduli jika aku juga dibunuh, aku ingin pergi bersama eomma. Tangisanku berhenti sekejap, aku teringat kepada seseorang, pikiranku memaksa jari-jari kecilku untuk melepas tangan eomma.
Aku kembali menyeret tubuhku hingga keluar dengan sempurna lalu berusaha berdiri dengan baju yang telah dilapisi darah, kakiku sedikit bergetar. Badanku terlihat mungil tapi tidak terlihat indah mengenakan gaun berwarna merah.
Aku berlari menuju sebuah ruangan. Kakiku berhenti sekejap, mataku menatap kebawah, ada darah yang mengalir mengenai kedua kakiku, mataku mengikuti aliran darah itu. Aku semakin takut, aku berjalan perlahan.
"Appa?" Aku mencoba memanggil sesosok lelaki yang akan menyelamatkanku dan eomma.
Aku terus berjalan mengikuti aliran darah itu.
"Appa?!" Aku memanggilnya lebih keras tapi tidak ada jawaban, sampai...
"Appa?" Panggilan itu terhenti, tubuhku perlahan mundur hingga terjatuh.
Appa juga telah bersimbah darah di bagian dadanya. Aku mencoba merangkak ke arahnya lalu duduk di sampingnya.
Sambil menatap wajahnya di bawah sebuah cahaya lampu, aku kembali menangis, memecahkan keheningan malam yang sunyi. Lagi dan lagi, cahaya tidak memberiku kebahagian seperti yang kuharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back
Romance(Haruskah aku kembali pada cinta yang sama? Atau pergi begitu saja bersama cinta yang lain? Cinta yang membuat ku takut untuk merajutnya kembali walau hatiku telah terobati) ........... "Gugurkan anak yang ada di dalam kandunganmu itu dan bilang pad...