Tiga tahun yang lalu
_____________________"Hyung, apa kau di sana?! ini aku Kim Jae Wook!"
Suara teriakan terdengar jelas di kuping Kim Seok Jin menggoyahkan keyakinannya untuk tidak turun dan menemui orang yang sedang berteriak di lobi perusahaan tersebut.
"Hyung!!"
Kim Seok Jin hanya menatap dari kejauhan, ia berdiri di depan kaca pembatas yang ada di ruangannya.
"Sampai kapan kau akan membiarkan adikmu terus berdiri disana?" Seorang wanita paruh baya tiba-tiba saja masuk ke ruangannya dan langsung mengambil posisi tepat di sampingnya.
Kim Seok Jin menoleh sekejap, ia kenal betul siapa wanita yang sedang berdiri disampingnya, wanita itu adalah ibu tirinya Park Youra.
Kim Seok Jin memasukkan kedua tangannya di saku celana, ia malas menanggapi perkataan ibu tirinya itu, dirinya masih menatap Kim Jae Wook yang berusaha melepas diri dari genggaman para pengawal.
"Hyung!! Ada yang harus kukatakan padamu!!"
Teriakan Kim Jae Wook kali ini membuatnya tak tahan lagi untuk berdiam diri, mau bagaimanapun Kim Jae Wook adalah adiknya, adik yang selama ini sudah terpisah lama darinya.
Dengan cepat Kim Seok Jin membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kedua kakinya menjauh dari kaca pembatas itu.
"Kau yakin ingin menemuinya?"
Pertanyaan itu sontak membuat Kim Seok Jin menghentikan langkahnya.
"Memangnya kenapa? Apa itu ancaman bagimu?" Tanya Kim Seok Jin, perlahan menoleh kebelakang.
"Bukan aku yang terancam tapi kau, ayahmu memberikan perusahaan ini untuknya, bukan untukmu."
Kim Seok Jin kini membungkam, apa yang diucapkan oleh ibu tirinya itu benar.
Kini wanita paruh baya itu berjalan mendekatinya, lalu menghentikan langkahnya di sebelah Kim Seok Jin.
"Pikirkan baik-baik." Ucap ibu tirinya sedikit berbisik.
Tanpa basa basi wanita itu melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan Kim Seok Jin.
Sepeninggal ibu tirinya Kim Seok Jin mengangkat salah satu lengannya yang dililit oleh jam, di jam itu terdapat microfon yang dapat tersambung dengan earpiece para pengawal.
Perlahan Kim Seok Jin mendekatkan jam tangan itu ke bibirnya.
"Bawa dia keluar, aku tidak ingin menemuinya." Tegas Kim Seok Jin, dirinya berusaha untuk tenang walau hati dan pikirannya masih kacau.
Dengan cepat Kim Seok Jin memasukkan kembali lengannya itu ke dalam saku celana.
Perlahan tapi pasti Kim Jae Wook melangkah pergi meninggalkan lobi perusahaan, dengan wajah yang sangat kecewa.
🥀🥀🥀
Kim Seok Jin menatap sebuah foto yang terletak di atas meja kerjanya. Di foto itu terdapat ia dan juga sang ayah yang sedang memangku seorang anak kecil berumur 4 tahun, anak kecil itu adalah adiknya Kim Jae Wook.
Senyuman yang merekah terlihat jelas dari foto tersebut, ia sama sekali tidak iri akan ayahnya yang sedang memangku adik laki-lakinya, bahkan pikiran itu tak sedikitpun menyelinap di kepalanya waktu itu.
Dengan senyum getir di bibirnya, Kim Seok Jin menyentuh foto itu, jari-jarinya bergetar ketika menyentuh wajah sang ayah yang terpampang jelas di foto tersebut.
Kim Seok Jin tak bisa menahan sedih, ia sungguh merindukan keluarganya, tapi hatinya sudah terlanjur terluka, mengingat sang ayah pergi meninggalkannya begitu saja bersama seorang wanita yang terus memperlakukannya sebagai boneka. Tapi hatinya tak mampu untuk membenci, hanya saja ia butuh pelampiasan atas rasa sakit ini.
Sudah 20 tahun yang lalu ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan membawa adiknya Kim Jae Wook, waktu itu hatinya masih percaya bahwa sang ayah akan kembali, ternyata apa yang ia pikirkan selama ini hanyalah sebuah harapan yang tak bisa ia gapai.
"Appa." Ucap Kim Seok Jin dengan suara yang parau.
Telapak tangannya terasa dingin, jarinya yang menyentuh foto sang ayah tak dapat berhenti bergetar.
"Appa..." Kim Seok Jin menghela napasnya lelah, ia mencoba mengumpulkan tenaga untuk mengungkapkan rasa yang selama ini terpendam di hatinya."아빠보고 싶어요 appabogo sip-eoyo (Ayah aku merindukanmu.)" Ucap Kim Seok Jin dengan suara yang bergetar, air mata tak mampu lagi ia bendung.
Kim Seok Jin tak kuasa untuk mengungkapkan isi hatinya lagi, tangisannya kini pecah, ia pun berusaha berdiri dari kursi kekuasaannya lalu menghempaskan kedua tangannya ke atas meja, semua benda yang berada di atas meja jatuh berserakan ke lantai, termasuk sebuah vas foto yang mengingatkannya pada sang ayah.
Kim Seok Jin menjatuhkan lututnya ke lantai lalu mengusap wajahnya frustasi.
Dengan mata yang memerah Kim Seok Jin melihat semua benda yang berserakan di hadapannya. Matanya terhenti pada satu benda, yaitu vas foto yang telah pecah, foto yang ada di dalamnya kini keluar dari vas foto itu .Kim Seok Jin pun langsung mengambil fotonya mengingat hanya inilah satu-satunya kenangan yang ia punya pada sang ayah.Kim Seok Jin kembali menatap foto itu dengan mata yang berbinar, ia kemudian berusaha bangkit untuk menyimpan foto itu, lututnya terasa lemas ketika ia harus berjalan. Kim Seok Jin memasukkan foto itu ke dalam laci mejanya, ketika ia mau meletakkan foto itu, Kim Seok Jin membaliknya.
Di balik foto itu terdapat sebuah tulisan, ia kenal betul akan tulisan itu. Itu adalah tulisan sang ayah. Dengan dahi yang mengerut Kim Seok mencoba membacanya.
"Lee Jeong Woon dan Choi Hyuna."
Terdapat nama seseorang yang tidak pernah ia tau selama ini, pikirannya pun langsung bertanya-tanya tentang siapa pemilik kedua nama ini?
Kim Seok Jin memutuskan untuk mengambil vas foto yang masih tergeletak di lantai, ia ingin menemukan jawaban atas nama yang ditulis oleh ayahnya, ketika vas foto itu sudah berada di depan kakinya, Kim Seok Jin membungkuk lalu mengambil vas foto tersebut.
Dan benar saja, di dalam vas foto itu masih terdapat sebuah foto yang sudah robek, foto itu memperlihatkan sebuah rumah, Kim Seok Jin menekan dahinya, kepalanya masih terasa pusing untuk berpikir, ia pun mencoba membalik foto itu, dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan tulisan sang ayah yang terukir di sana. Kim Seok Jin pun langsung membacanya.
"Aku bukan pembunuh..Aku bukan pembunuh."
Kim Seok Jin langsung tertegun, ia benar-benar dalam kebingungan.
"Apa maksud dari semua ini? Apa ayahku membunuh seseorang? Apa ayah meninggalkanku karena ini?" Tanya Kim Seok Jin pada dirinya sendiri.
Seribu pertanyaan langsung menyapanya membuat dirinya semakin frustasi dan tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back
Romance(Haruskah aku kembali pada cinta yang sama? Atau pergi begitu saja bersama cinta yang lain? Cinta yang membuat ku takut untuk merajutnya kembali walau hatiku telah terobati) ........... "Gugurkan anak yang ada di dalam kandunganmu itu dan bilang pad...