Tidak usah mengatakannya, biar itu menjadi tugasku. Jangan memperjelas semuanya, karena itu menyakitkan hatiku. Diamlah dan lihatlah semuanya.
•••Suasana ruang rawat tampak sepi, Gita hanya berdiam diri seraya menatap jendela kamar. Tangannya memegang ponselnya dengan erat, sudah beberapa pesan ia kirimkan pada kedua Orang tuanya.
"Sekali aja kalian dateng jenguk aku."
Gita langsung berlari ke arah kamar mandi saat rasa mual menyerang dirinya.
Brukk
"Auw." Dengan menahan sakit di tangannya, Gita kembali melangkah menuju kamar mandi. Perutnya seakan diaduk dan seperti ada yang ingin keluar dengan paksa.
Cklekk
Bunyi muntahan dari kamar mandi membuat Daffa melangkah cepat, ia mengetok pintu kamar mandi dengan perasaan campur aduk.
"Git!!"
"Gita!!"
"Git lo kenapa?!"
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan wajah Gita yang terlihat pucat. Ia menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis, "gue gakpapa Daff."
Dengan langkah pelan Gita melangkah menuju brankar, menyandarkan tubuhnya saat rasa lelah datang.
"Gue bawain bubur buat lo," ucap Daffa.
"Lo sendiri?"
Daffa menganggukan kepalanya, "hm." Ia melangkahkan kakinya menuju toilet yang berada di kamar rawat. "Gue numpang buang air." Daffa meletakkan ponselnya di atas nakas.
"Iya." Gita menatap Daffa yang masuk ke dalam toilet, matanya melirik ke arah ponsel Daffa yang terus menyala.
Gita menghembuskan napasnya pelan saat membaca satu pesan dari Nada, "jadi mereka ada janji buat kencan," ucapnya pelan.
Gita tersenyum tipis, ia merasa kesepian sekarang. Satu ide licik terpikirkan olehnya sekarang. Pintu toilet terbuka, Gita menatap Daffa yang sedang menyisir rambutnya dengan kelima jari.
"Daff."
"Hm." Daffa melangkah menuju sofa yang berada di ruang rawat saat sebelumnya mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
"Gue boleh minta satu permintaan sama lo gak?"
"Apa?"
Gita menghela napas, "gue kesepian, Viola gak ada kabar. Gue chat dia gak bales, malahan ceklis satu."
"Terus?"
Gita tersenyum manis ke arah Daffa, "temenin gue."
Daffa menghentikan kegiatannya, ia menatap Gita dengan tatapan yang sulit diartikan, "gue gak bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Teen Fiction[COMPLETED] Pertengkaran hebat antara hati dan logika tidaklah mudah, memunculkan egois yang terus bergerak meronta dalam diri. Melangkah dengan kaki penuh luka di atas jalan berduri, memeluk kepastian dengan kesakitan yang terdalam. Menarik raga ya...