Pelangi pergi, kabut menyapa. Membawa kesedihan, mengikuti hati yang menangis dengan hujannya. Langit ikut andil dalam kesedihan skenario yang terjadi.
•••Di dalam kamar kost Gita terus menerus menelpon kedua Orang tuanya, air matanya terus menetes dengan deras. Kejadian hari ini membuat dirinya terkejut, tidak percaya jika semuanya akan terbongkar secepat ini.
"Gita!! Buka pintunya Git!!"
"Gita gue mohon buka pintunya Git!!"
Suara isakan dari luar kamar membuat Gita meyakini jika Viola menangis.
"Gue khawatir sama lo."
"Pergi Vi."
"Gita!!"
"Pergi Vi pergi!!!"
"Git gue khawatir sama lo, buka pintunya!!"
"Gak ada yang sayang sama gue!! Gak ada yang peduli sama gue!!" teriak Gita, ia melempar semua barang yang berada di kamarnya.
"Gue peduli Git sama lo, gue mohon buka pintunya."
"GAK MAU!!!"
"Gita." Viola menyandarkan kepalanya pada pintu kamar kostan Gita, ia ikut menangis saat mendengar suara isakan dari dalam kamar.
"Mah... Pah...."
Viola terisak saat mendengar lirihan Gita, ia memejamkan matanya erat. Dirinya bisa merasakan apa yang dirasakan Gita sekarang, sahabatnya itu hanya ingin bahagia. Walaupun harus melakukan cara yang salah.
Sahabatnya hanya ingin mendapat perhatian lebih, perhatian yang ia berikan belum cukup untuk seorang Gita.
Viola kembali menangis saat Gita memanggil kedua Orang tuanya, ia menatap pintu kamar Gita dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue bakal melakukan apapun Git, gue bakal buat Orang tua lo peduli. Gue akan cari tau siapa yang plagiat cerita lo, gue akan bikin senyum lo kembali."
Viola memejamkan matanya saat suara lemparan barang kembali terdengar, ia menatap tetangga kamar Gita yang menatapnya.
Viola tersenyum tipis dengan air mata yang terus menetes, "boleh minta tolong."
Perempuan itu menganggukan kepalanya, "apa?"
"Tolong jaga Gita, suruh dia makan. Gue akan kembali lagi nanti, ada yang harus gue urus."
"Lo tenang aja."
Viola tersenyum, ia menuliskan nomor ponselnya dan memberikannya pada perempuan tersebut, "hubungi gue kalau ada apa-apa."
"Pasti."
Viola tersenyum tipis, "makasih." Ia melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Gita, ada satu tugas yang harus ia lakukan untuk membuat Gita bahagia.
"Ini janji gue Git sebagai seorang sahabat, gue bakal bantu lo sebisa kemampuan gue. Gue bakal bantu lo dapet senyuman kebahagiaan lo."
•••
"Viola?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Teen Fiction[COMPLETED] Pertengkaran hebat antara hati dan logika tidaklah mudah, memunculkan egois yang terus bergerak meronta dalam diri. Melangkah dengan kaki penuh luka di atas jalan berduri, memeluk kepastian dengan kesakitan yang terdalam. Menarik raga ya...