Hanya mencoba bahagia, dan mengabaikan getaran menyesakkan yang mampir karena perasaan semu ini.
•••Tujuh hari spesial
1. Jalan-jalan
2. Makan malem berdua
3. Selalu berdua ✓
4. Main musik bareng
5. Melakukan hal romantis
6. Rayain ulang tahun untuk kedua kalinya
7. Belikan hadiah
8. Nonton bioskop
9. Berangkat dan pulang bareng ✓
10. Aku-kamu bukan lo-gue ✓
11. Foto berdua
12. Selalu kasih kejutan
13. Lakukan hal yang manis (apa aja)
14. Lupain semuanyaDaffa menatap empat belas permintaan milik Gita dengan tatapan yang sulit diartikan, tangan kanannya memegang bolpoin hitam.
Ia melirik jam tangannya yang melingkar, sepuluh menit lagi Gita akan selesai kelas. Sedangkan dirinya sudah tidak ada kelas untuk hari ini.
Daffa mengetikkan pesan dan dikirimkannya pada Gita, menunggu pesan tersebut dibaca dan dibalas. Daffa menatap kembali empat belas permintaan yang Gita berikan.
Beberapa permintaan sudah ia laksanakan, Daffa membuka tas hitamnya. Mengeluarkan sebatang cokelat yang akan ia berikan pada Gita nantinya.
"Daffa."
Daffa mengangkat kepalanya, ia tersenyum manis ke arah Gita yang melangkah mendekat ke arahnya.
"Aku sebel banget sama dosen tadi," cerita Gita, ia meminum minumannya hingga tandas. "Tiba-tiba ada kuis mendadak gitu, dan sialnya aku tadi kena tunjuk di salah satu pertanyaan."
Daffa tersenyum kecil, "emang kamu gak bisa jawab?"
"Gak."
"Kenapa?"
"Karena emang gak tau."
"Aku punya sesuatu buat kamu," ucap Daffa.
Gita menatap Daffa dengan kening berkerut, ia tersenyum manis saat Daffa mengeluarkan sebatang cokelat dari dalam tasnya.
"Salah satu permintaan aku pasti," ucap Gita seraya tertawa kecil. "Makasih ya."
Daffa mengacak pelan puncak kepala Gita, "iya."
"Mau langsung pulang?" tanya Gita seraya mengunyah cokelat pemberian Daffa.
"Nonton mau?"
Gita mengerjapkan matanya, "gak ah, besok atau lusa aja."
Daffa menganggukan kepalanya mengerti, "jadi kamu mau langsung pulang?"
Gita mengangguk, "iya, pasti kamu cape banget kan hari ini?!"
"Gak juga."
"Ya udah kita pulang, biar besok gak kesiangan."
Daffa tersenyum tipis, ia hampir lupa jika besok mereka akan pergi keliling Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Teen Fiction[COMPLETED] Pertengkaran hebat antara hati dan logika tidaklah mudah, memunculkan egois yang terus bergerak meronta dalam diri. Melangkah dengan kaki penuh luka di atas jalan berduri, memeluk kepastian dengan kesakitan yang terdalam. Menarik raga ya...