Semuanya telah berubah, semesta sudah mengakhiri suatu perasaan yang berlabuh. Mengganti persinggahan selanjutnya untuk perasaan menetap.
•••Tring
Tring
Bunyi ponsel milik Gita membuat yang berada di meja mengalihkan tatapannya.
"Daffa tuh."
Gita membaca pesan yang dikirimkan oleh Daffa.
"Kenapa?"
"Dia ada rapat BEM, agak lama katanya. Soalnya bahas buat acara fakultas."
Viola menganggukan kepalanya, "mau pulang bareng gue?"
Gita mengedikkan bahunya, "ya udah terserah."
"Oke."
Gita menghela napas, ia meminum minumannya hingga tandas.
Viola melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul empat sore, "mau balik sekarang? Supir keluarga gue udah ada di depan."
Gita menganggukkan kepalanya, "ayo deh, badan gue juga udah mulai sakit."
"Lo udah minum obat kan?"
"Udah."
Viola menghela napas lega, "jangan sampai kelewatan minum obatnya."
"Hm."
Mereka berdua melangkah beriringan di koridor fakultas, masih ada beberapa siswa yang nampak meramaikan koridor tersebut.
Gita melangkah dengan tatapan lurus ke depan, sebentar lagi tujuh misi harinya akan segera berakhir. Merasa tidak rela jika ia harus berjauhan dengan Daffa, tetapi mau bagaimana lagi. Daffa tidak ingin terus diganggu olehnya, dan ia juga tidak ingin egois.
Gita sudah merasakan beberapa kebahagiaan, tidak mungkin ia mempertahankan Daffa untuk kebahagiaannya sendiri. Tapi kebahagiaan orang lain ia abaikan.
•••
Daffa menghembuskan napasnya pelan, ia melangkah seorang diri di koridor fakultas. Tangan kanannya sibuk memutarkan kunci motor, ia menatap langit yang sudah berwarna jingga.Melirik jam tangannya uang melingkar, sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Rapat untuk acara seminggu lagi memang cukup lama, persiapan mereka harus benar-benar matang.
Daffa mengeluarkan motornya yang terparkir di ujung parkiran, mulai menyalakan mesin motornya dan melaju meninggalkan parkiran fakultas.
Mata Daffa memicing saat melihat perempuan yang tidak asing dimatanya, laju motor diperlambat oleh Daffa hingga sampai di depan perempuan tersebut.
"Nada."
Perempuan yang tak lain adalah Nada tersentak kaget, ia menatap Daffa sekilas dan kembali mengalihkan tatapannya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Teen Fiction[COMPLETED] Pertengkaran hebat antara hati dan logika tidaklah mudah, memunculkan egois yang terus bergerak meronta dalam diri. Melangkah dengan kaki penuh luka di atas jalan berduri, memeluk kepastian dengan kesakitan yang terdalam. Menarik raga ya...