Memang merindu, tetapi harus ditahan oleh waktu. Ingin melupakan tetapi tidak bisa, mungkin saja hatimu sudah berubah haluan. Dan aku mencintai seorang diri.
•••Lima tahun kemudian
Suasana kota Jakarta yang masih nampak ramai oleh lalu lalang orang yang ingin menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan, walaupun waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat mereka.
Mobil berwarna silver yang dikemudikan oleh Daffa membelah jalanan kota Jakarta, ia berdecak dengan kesal karena harus terjebak macet saat tubuhnya mulai lelah. Kemeja putih yang dipakainya terlihat kusut dengan lengan yang digulung hingga sikut. Dan jas hitam yang ia taruh dengan sembarang di jok belakang mobil.
"Sialan."
Bunyi dering ponsel yang berada di atas dasboard membuat Daffa mengalihkan tatapannya, nama Nada terpampang jelas di layar ponselnya. Daffa melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan dari Nada.
"Halo?"
"..."
"Di jalan, kenapa?"
"..."
Daffa menghela napas pelan, "iya... Nanti gue beliin." Ia mengerutkan dahinya saat mengingat sesuatu, "emang masih ada?"
"..."
"Hm... Oke."
"..."
"Iya, gak usah bawel."
"..."
"Tunggu aja."
"..."
"Dah." Daffa memutuskan sambungan telepon dan menaruhnya di atas dasboard.
Ia mengemudikan mobilnya ke salah satu mall terdekat untuk membelikan sesuatu pesanan Nada.
"Ribet... Dasar cewe."
Daffa memarkirkan mobilnya di parkiran mall, mengambil dompet dan ponselnya lalu keluar dari dalam mobil. Melangkah menuju pintu masuk mall dan naik ke lantai atas.
Ia mengerutkan dahinya bingung saat pening terasa di kepalanya, Daffa menghela napas pelan untuk mengurangi rasa pening di kepalanya.
Ia masuk ke dalam Gramedia, mencari buku pesanan Nada. Tak butuh waktu lama Daffa langsung mendapatkan buku yang diminta oleh Nada. Kakinya ia langkahkan menuju tempat komik yang bersebelahan dengan rak-rak novel.
Daffa melihat-lihat komik yang sekiranya seru, sudah tidak terhitung lagi berapa komik di kamarnya sekarang. Setelah lulus kuliah, ia suka mengoleksi berbagai komik. Bahkan di ruang kerjanya pun ia memiliki rak khusus untuk komik yang dibelinya, hitung-hitung untuk mengurangi stress saat ia bekerja dengan membaca komik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Teen Fiction[COMPLETED] Pertengkaran hebat antara hati dan logika tidaklah mudah, memunculkan egois yang terus bergerak meronta dalam diri. Melangkah dengan kaki penuh luka di atas jalan berduri, memeluk kepastian dengan kesakitan yang terdalam. Menarik raga ya...