Bab 1. semua salahku

346 11 17
                                    

"Breath" by Huba Wings

..................................................................................

Cerita ini terinspirasi dari lagu Lee hi yang diciptakan oleh alm. Jonghyun, dengan judul yang sama. Breath alias napas. Saya berharap, untuk orang orang diluar sana yang merasa 'lelah' berjuang untuk hidup ini bisa bangkit kembali.

Ayo kita berjuang lagi, ayo kita berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ayo berjuang untuk bahagia. Ayo bersama kita melangkah. Jangan sedih, di dunia ini ada lebih banyak kebahagiaan yang menunggumu. Jadi ayo, sekali lagi melangkah 😍😍.

..................................................................................
Breathe in deeply
Until both sides of your chest get numb,
Exhale more,
Until they start to hurt a little
Until you feel like
There's nothing left inside of you
..................................................................................
Tarik napas dalam-dalam
Sampai kedua sisi dadamu terasa kaku
Lalu hembuskan
Sampai mulai terasa sedikit sakit
Sampai kamu merasa seperti
Tidak ada yang tersisa dalam dirimu

..................................................................................

Namanya Min Su, Park Min Su. Terlahir dari keluarga yang berkecukupan, tak ada yang tidak mereka miliki. Hidup bahagia, anak anak yang sehat, tanpa perlu khawatir dengan namanya keuangan menipis. Orang tua yang baik, kakak laki laki yang menyayanginya. Hidupnya sempurna.

Sampai suatu hari, sebuah peristiwa menggemparkan keluarga itu. Saat itu, Min su meminta kepada kedua orang tuanya untuk mengunjungi kakaknya yang saat itu tengah berada di London untuk berkuliah.

Padahal orang tuanya sudah mengatakan mereka tak bisa jika hari itu, tapi entah kenapa Minsu sangat ngotot dan terjadilah kecelakaan itu. Kecelakaan yang menewaskan orang tuanya dan menyisakan dirinya sendiri.

Dari saat itu, dia mulai menutup diri. Siapa yang mau berteman dengan pembunuh yang bahkan telah lumpuh? Itu pikirnya.

Kakaknya bahkan terlalu lelah membujuk Min su, terlalu lelah mengatakan semua bukan salahmu. Minsik tak mau melihat adiknya seperti ini. Dia ingin adiknya yang dulu. Dia ingin Minsu yang ceria, bukan Minsu yang murung dan selalu menangis.

Jika bisa dikatakan, Minsu menjadi gila. Gila akan rasa bersalah yang besar. Berkali kali dia mencoba melukai dirinya sendiri. Dia ingat, ingat persis bagaimana dia memaksa orang tuanya untuk mengunjungi kakaknya. Dia ingat bagaimana dia memaksa ayahnya untuk bertukar posisi saat mengemudi. Dia ingat bagaimana truk itu menabrak mobil mereka.

Dia gila. Menangis tanpa henti, menyakiti dirinya, meratapi kesalahannya. Bahkan dokter yang merawatnya sudah angkat tangan. Mereka tak sanggup jika harus menanganinya. Dia terlalu terbebani oleh rasa bersalah.

Minsu yang malang. Sekarang, tak ada lagi Minsu yang ceria. Minsu sudah mati, itu yang dia ingatkan pada otaknya sendiri. Dia sudah mati, mati bersama kedua orang tuanya.

Saat semua orang tengah terlena dengan pekerjaan masing masing, dia mulai mendekati jendela kamarnya yang berada di lantai dua.

Dia mulai berpegangan pada kedua sisi jendela, dan perlahan berdiri. Gagal, dia terduduk kembali.

"Hikss.. aku lelah, kumohon biarkan aku beristirahat.. tidak tidak, kumohon biarkan aku"

Lagi, dia mencoba sekali lagi mendekati jendela. Kali ini dia mampu berdiri walaupun dengan kesakitan. Dia mulai menaiki jendela kamarnya.

Minsik yang saat itu merasakan firasat buruk, entah kenapa dia mulai tak fokus dengan pekerjaannya. Tanpa pikir panjang dia mulai keluar dari ruang kerja yang dulu digunakan ayahnya, dan menuju lantai dua dimana Minsu berada. Dia mulai melangkah ke lantai dua, kekamar Minsu. Sesampainya dia disana dia kaget, kamarnya terkunci. Separah apapun kondisi Minsu, dia tak pernah mengunci kamarnya. Karena Minsu tau, Minsik sering mengecek keadaan Minsu.

"Minsu, kau disana? Oppa ingin masuk. Hey apa kau tidur?"

Minsu yang saat itu masih berusaha berdiri tak menoleh pada pintu. Dia lelah. Benar apa yang di katakan kakaknya. Dia ingin tidur. Tidur selamanya.

"Minsu-ah, kau kenapa? Hey, oppa tau kau tak tidur. Ayo katakan padaku. Minsu"

Minsik mulai tak sabar, dia mulai mengetuk bahkan hampir mendobrak pintu kamar adiknya. Tapi Minsu sama sekali tak bergeming dengan usaha kakaknya.

"Oppa tau kau merasa bersalah. Ku mohon, jangan seperti ini. Oppa sayang padamu. Kau fikir bagaimana perasaanku?bukankah gara gara kalian ingin menengokku? Aku hanya punya kau disini. Kau mau meninggalanku juga? Minsu" lirih Minsik

Benar, semua orang merasa lelah. Lalu apakah dengan begini dia pantas mati? Bukannya dia harus menebus semua kesalahannya? Benar, dia tak ingin kakaknya merasa bersalah.

"Oppa" lirih Minsu

Minsu ingin berubah pikiran. Dia pikir ayo sekali lagi berjuang. Tapi, saat ingin turun dari jendela dia sedikit kesusahan, bukannya jatuh kedalam kamar, dia malah jatuh keluar kamar.

"Aaahhhhh...." teriak Minsu

Minsik yang mendengar adiknya berteriak mulai panik. Dia lantar medobrak kamar adiknya, dan segera menghampiri jendela yang saat itu ada kursi roda yang selalu dipakai adiknya.

"Minsuuuuu..."
...............................................................................

Benar, jika kau pikir hanya dirimu yang merasa sakit, cobalah melihat sekelilingmu.

Mereka jauh merasa lebih sakit. Jika kau pikir mati atau menyakiti dirimu sendiri itu lebih baik, coba kau lihat orang yang menyayangimu. Apakah mereka akan tertawa saat melihat tubuhmu luka atau tubuhmu yang terbaring kaku?

Bukannya kau malah akan menambah beban mereka?

Tarik nafasmu dalam dalam, tahan sampai dadamu merasa sakit, lalu hembuskan dengan perlahan. Itu akan menolongmu. Bukan malah menyakiti dirimu sendiri.

Hidup adalah perjuangan. Banyak dari mereka yang masih ingin berjuang tapi maut lebih dulu menghampiri, sedangkan kita yang diberi kesempatan berjuang malah menyianyiakan itu.

Mereka tertawa menangis di alamnya melihat kita seperti ini.

Ayo berjuang sekali lagi. Tak ada salahnya kita memanfaatkan kembali kesempatan ini. Kita tak boleh menyia nyiakan sebuah kesempatan. Diluar sana, banyak orang yang meminta bahakan mengemis kesempatan kedua.

Ayo berjuang, ayo berjuang untuk bahagia. Ayo kembali melangkah kedepan.

Masalalu ada bukan untuk kita lupakan. Masalalu ada untuk kita kenang. Seberapa keraspun masalalu itu. Itu membuat kita punya suatu untuk kita pegang. Itu membuat kita lebih berhati hati saat melangkah. Menjadi pengingat, untuk tak lagi mengulang kesalahan yang sama.

Ayo kalahkan masalalu, hadapi hari yang akan datang dengan lebih percaya diri. Hiduplah lebih baik lagi.

.....tbc.....

#gmgchallenge2020
#grassmediagroup

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang