Bab 15. perjuangan

5 1 0
                                    


"Tidak. Aku hanya ingin semua ini berakhir secepatnya. Demi Jinri yang bertahan hidup selama 7 tahun komanya. Hanya untuk kedua orang tuanya"

"Baik lah. Tapi kendalikan dirimu. Ku mohon" sambung Minsik.

"Aku berjanji padamu dari awal. Aku tak akan menyakitinya. Akupun seorang wanita jika kau lupa. Melihatnya membuatku mengingat kesakitan yang Jinri rasakan. Jinri juga tak akan suka jika aku menyentuhnya"

Minsik yang mendengar perkataan Joy cukup tenang. Joy bukanlah seseorang yang gampang menggunakan tangannya untuk kelukai orang lain. Karena Joy sendiri paham bagaimana itu rasa sakit karena luka.

Minsik bertemu dengan Joy belum lama ini. Sampai Minsik tau siapa Joy dan berniat mencari tau dengan ikut dalam rencana yang dibuat Joy. Walaupun itu berarti dia harus menerima segala resiko. Sebuah fakta yang mungkin saja akan mengubah penilaiannya tentang masa depan atau pemikirannya tentang masa lalu keluarganya.

Minsik memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut dan menjemput Minho yang tadi diseret keluar dari ruangan tersebut.

Melihat minsik yang telah keluar meninggalkan dirinya berdua dengan Minsu, memmbuat Joy semakin mendekati Minsu dan menatap Minsu dengan dingin.

"Minsu-ya.. kau mungkin tak tau aku. Tapi satu hal yang perlu kau tau, ku tau siapa dirimu. Kau yang asli. Bahkan aku tau apa saja yang sudah kau perbuat untuk sampai tahap ini"

Minsu yang mendengar penyataan Joy hanya bisa membelalakan matanya. Dirinya tak tau jika selama ini ada yang mengawasinya dari jauh.

"Tak menyangka bukan? Aku mengamatimu, depresi? Cih lelucon macam apa yang kau lakukan? Kau sengaja membunuh mereka. Aku tau itu"

Tak lama Minsu mulai mengangkat wajahnya dan memasang wajah angkuh khas seorang yang merasa paling benar.

"Bagus lah, akhirnya aku bisa melepas topeng busuk ini. Kau benar, aku membunuh dua orang itu"

Usai mengucapkan hal tersebut, Minsu mulai menegakkan tubuhnya dan duduk dengan lebih angkuh lagi.

"Begitu? Bagus sekali kau memilih mengatakannya sekarang. Tapi apa kau tau? Kecelakaan itu tak hanya menewaskan 2 orang itu. Melainkan puluhan nyawa lainnya"

Sedikit shok, tapi Minsu mencoba menutup-nutupinya dengan kembali memasang wajah dingin yang bahkan tak mempan untuk menggertak Joy.

"Aku bahkan tak perduli dengan itu. Yang ku inginkan adalah agar orang tua itu tak menemui anak kandung mereka. Bagaimana menurutmu? Rencanaku bagus bukan?"

'Kena kau' batin Joy

"Tentu. Sangat bagus sampai kau juga membunuh kedua orang tuaku dan membuat adikku lumpuh. Kehilangan kedua kakinya"

Minsu tak menduga jika Joy adalah salah satu korban juga dari kecelakaan yang sengaja dia buat. Memang dia tau jika kecelakaan itu adalah kecelakaan yang besar dan beruntun. Banyak yang tewas dan menyisakan beberapa yang selamat termasuk dirinya yang sempat keluar dari mobil tersebut sebelum mobilnya meledak menewaskan kedua orang tua tersebut.

"Ah aku ingin bercerita lagi. Saat itu, aku telah berjanji pada adik laki-laki ku. Pada keluarga yang belum pernah ku temui lagi setelah berhasil kabur dari neraka itu. Kami berjanji akan bertemu disalah satu tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu kami. Pinggir sungai yang nyaman untuk kau habiskan waktu bersama keluargamu. Hari itu adikku bilang dia tak bisa ikut. Hanya ayah, ibu dan adik perempuanku yang bisa ikut. Kau tau, aku menunggu mereka selama berjam-jam dipinggi sungai hanya untuk menemui mereka. Sampai pada akhirnya adik laki-laki ku lah yang bisa datang. Tapi, dia datang dalam keadaan tak baik-baik saja. Kau tau kenapa? Dia memberitahuku, orang tua kami meninggal dalam perjalanan kemari dan menyisakan adik perempuanku yang harus merelakan kedua kakinya. Padahal dia adalah seorang penari. Kau tau, adikku tak lagi sama. Dia mengurung diri tak ingin didekati siapapun. Sampai tak lama ini tiba-tiba saja dia mendatangiku dengan kursi rodanya dengan mata berbinar-binar. Tebak apa yang alan dia katakan. Dia tau siapa pelakunya. Dia ingat siapa pelaku yang membuat kecelakaan itu terjadi. Aku harus apa? Aku bahkan lebih tau darinya. Dia hanya ingin KAU, KAU meminta maaf padanya. Hanya itu. Berkali-kali dia mencoba mengontakmu tapi tak berhasil. Dia kehilangan harapannya untuk kedua kalinya. Sebagai kakak aku tak akan membiarkan dia kecewa untuk kedua kalinya dengan orang yang sama. Jadi, apa kau berniat meminta maaf?" Kata Joy

"Kau pikir aku perduli, hanya anak cacat kau pikir aku akan perduli? Menyedihkan, untuk apa anak cacat seperti itu hidup? Kenapa tau kau bunuh sekalian? Bukankah lebih mudah membunuhnya ketimbang kau harus merawat anak cacat seperti itu?"

"Begitu? Maka aku tak ada pilihan lain. Akan ku bawa kau beserta seluruh keluargamu ke neraka. Agar kalian tau bagaimana rasanya neraka yang sesungguhnya. Aku sudah membawa pamanmu ke neraka, Jinri sudah membawa pamanmu yang lain. Sekarang tinggal kedua orang tuamu yang harus kami singkirkan? Aku tak sabar membunuh lagi. Kau benar, membunuh sampai seperti kedua pamanmu tidaklah susah. Melainkan menyenangkan"

Setelah mengatakan hal tersebut, Joy meninggalkan Minsu sendirian. Tak lama kemudian pintu kembali terbuka menampakan Minsik didepannya dengan raut yang tak bisa dibaca.

"Siapa kau?" Tanya Minsik

"Cih masih saja bodoh" ucap Minsu sambil mengalihkan pandangannya.

Minsu mulai tak tenang. Tentu dia tau jika kedua pamannya telah tewas terbunuh oleh kedua pelacur tersebut. Bagaimana tak tau jika sang ayah terus menerus memperingatkannya. Depresi yang dia alami bukan karena membunuh orang tua siala tersebut, melainkan teror-teror yang ayahnya lakukan.

"Kau benar bukan adikku? Lalu dimana dia?" Tanya Minsik.

"APA KAU TAK DENGAR DIA MATI? ADIKMU MATI. MATI" teriak Minsu

"Begitu? Kalau begitu jauhkan wajahmu dari ku. Jangan sampai aku melihatmu lagi. Jika aku melihatmu, ku pastikan kau yang akan mati" ucap Minsik sambil meninggalkan tempat tersebut.

Minsu melihat kearah pintu ttepat dimana dirinya ditinggalkan oleh kedua orang tersebut. Ada sedikit sesal dalam dirinya. Dia begitu menyukai sang kakak dan terlanjur nyaman. Melihat kakakmya yang menatap penuh kecewa kepadanya membuat Minsu sedih dan penuh penyesalan.

Tapi nasi telah menjadi bubur. Apapun hasilnya, ini adalah jalan yang dia ambil. Demi kepuasan sang ayah, dirinya sengaja ditukar saat masih bayi. Baru ketika dia mulai bisa berbicara sang ayah kenemuinya. Dengan diam-diam tentu saja. Menanamkan segala kevbencian dalam dirinya. Jangan salahkan jika dia begitu pembenci seperti ini.

Tak lama setelah Minsik pergi, Minho mulai menampakan dirinya dipintu yang berhasil membuat Minsu terperajat yang ternyata Minho juga mengetahui semua ini.

"Jangan kaget seperti itu, aku perkenalkan diri sekali lagi. Namaku Choi Minho seperti yang kau tau juga, ku berteman dengan kakakmu dari dulu. Tapi kau tak perlu salah paham. Aku menyukaimu karena kau mengingatkanku pada Jinri kecil ku. Benar, aku anak laki-laki yang menemani mereka berdua"

Setelah mengatakan hal tersebut, Minho meninggalkan Minsu sendirian. Benar-benar sendirian ditempat tersebut.

~~~tbc~~~

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang