Bab 11. masalah baru

6 2 0
                                    

Minsik tak habis fikir, masih ada yang memperlakukan anak kecil dengan begitu teganya. Tak hanya menyiksa melukai fisik, tapi juga memperkosanya dengan begitu kejam. Tidakkah pernah terbesit pikiran bahwa mereka layak untuk tempat terbaik?

Bagaimana mungkin gadis tersebut akan bertahan. Mungkin benar apa yang ayahnya katakan. Adiknya mungkin tak bertahan, tak mungkin dia bertahan dengan segala perlakuan keji seperti itu.

Neraka macam apa yang telah adiknya masuki? Masalalu apakah yang membuat mereka menjadikan adiknya sandra dan membuatnya menjadi ja*ang? Kepala Minsik dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang membuat kepalanya tambah pusing.

👉flashback off👈

'Pyar' sekali lagi sang sekretaris mendengar bunyi pecahan kaca dari dalam ruangan sang Direktur.

Setelah pengacara meninggalkan tempat tersebut, tak lama kemudia sang Direktur mulai berteriak dan memecahkan barang-barang yang membuatnya mau tak mau membatalkan jadwal yang akan datang demi membuat Direktur sedikit lebih bebas mengamuk.

Bahkan banyak karyawan yang tadinya ingin menyerahkan berkas tak jadi memasuki ruangan tersebut. Mereka tak ingin menjadi korban amukan dan memilih menitipkan berkas kepada sang sekretaris yang hanya dibalas helaan nafas berat sang sekretaris.

'Huft' satu helaan napas

'Huft' dua helaan napas

'Huft' tiga

'Huft' empat

Sekretaris Minsik mencoba memberanikan diri membuka pintu ruang kerja sang atasan setelah beberapa kali mengetuk tanpa mendapatkan jawaban. Dia harus mengingatkan jadwal hari ini dan bermaksud membatalkan beberapa jadwal yang sekiranya masih bisa dibayalkan demi melihat sang atasan bisa mengendalikan diri.

"Ehem.. a-anu Direktur, saya ingin mengingatkan jadwal anda hari ini. Saya juga telah membatalkan beberapa jadwal, tapi ada beberapa jadwal yang memang tak bisa dibatalkan. Tapi saya sudah memundurkan jam pertemuan, dan menghubungi klien. Mereka mengerti saat ku bilang anda sakit" ambil napas sekali lagi "maaf" cicit sang sekretaris.

Minsik menolehkan pandangan kepada sang bawahan, mendengar apa yang dikatakan sekretaris, membuatnya sadar dan berusaha mengendalikan dirinya lagi.

"Hm, terima kasih. Kau atur saja nanti, keluarlah"

Mendengar jawaban sang Direktur membuat sekretaris tersebut menghembuskan napas dengan lega. Dirinya melakukan hal yang benar dan tak memancing amarah sang Direktur.

Setelah melihat sang sekretaris meninggalkan ruangan, Minsik segera mengusap wajah dengan kedua tangan secara kasar. Hampir saja dia tak mampu mengendalikan diri dengan baik.

Dia memutuskan untuk pergi meninggalkan perusahaan demi menenangkan diri sejenak. Mungkin apartemen Minho adalah pilihan yang tepat. Tepat setelah dirinya keluar, sang sekretaris berdiri hendak mengatakan sesuatu, tapi terpotong oleh isyarat yang diberikan Minsik.

"Aku akan pergi, suruh seseorang membereskan kekacauan didalam. Dan ingatkan aku nanti tentang pertemuan dengan klien kita"

Setelah mengatakan hal tersebut, Minsik lantas pergi begitu saja tanpa mendengarkan perkataan sekretaris. Sesampainya di mobil, Minsik melempar berkas-berkas yang tadi diberikan oleh Pengacara ayahnya ke jok belakang.

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang