bab 23. akhir? (2)

8 0 0
                                    

"Ah.. saudaraku, Sungsik. Lama tak jumpa" kata Junho saat melihat Sungsik ternyata sudah berada di dalam ruang kerjanya saat dia membalikan badan.

Junho merasa sedikit heran, bagaimana dia bisa melewati banyaknya penjagaan di luar sana tanpa terluka sedikitpun.

"Ah.. apa ini reunian" tanya Junho saat melihat Sungsik terdiam.

Walaupun Junho menyambutnya dengan tenang, tapi Sungsik merasakan bahaya yang mengancamnya. Mungkin karena mereka pernah bersama untuk waktu yang lama. Maka dari itu, Sungsik hapal semua gerak-gerik yang Junho tunjukan padanya.

"Begitu?" Tanya Sunsik balik.

Sambil bertanya seoerti itu, mata Sunsik sesekali melihat kesekeliling ruangan dimana mereka berdua berada saat ini. Sekilas terlihat seperti ruangan kerja pada umumnya. Tapi jangan lupakan, Sungsik hapal semua tentang Junho.

Bagaimana kebiasaannya. Yang jelas ruangan tersebut bukanlah sebuah ruangan biasa. Bisa jadi ruagan tersebut merupakan perangkap untuknya, atau mungkin juga perangkap untuk mereka berdua. Karena Sungsik yakin, Junho akan melakukan segala upaya untuk membuatnya mati, walaupun harus mengorbankan nyawanya sensiri.

Diluar ruangan, Minho menunggu dan berjaga-jaga siapa tau ada yang ingin mencoba memasuki ruangan tersebut. Sebelumnya, Minsik mengatakan akan berjaga di gerbang, siaoa tau akan ada yang muncul kembali. Namun sampai saat ini belum juga ada kabar dari Minsik. Hal tersebut membuat Minho sempat merasa ganjil. Tapi hal tersebut segera Minho buang jauh-jauh dari pikirannya.

Mungkin saja saat ini Minsik sedang menghadapi anak buah Junho yang tadi belum sempat mereka bereskan saat menyerang. Monho juga sempat kaget ketika memasuki mansion tersebut, karena menurutnya untuk ukuran mansion sebesar ini, tapi hanya memiliki sedikit sekali penjagaan, bahkan kalah jika dibandingkan dengan mansion sang paman yang benar-benar rapat oleh oenjagaan berlapis.

Hal tersebut juga yang membuat perasaan Minho sedikit tak enak. Dia merasa ada seauatu yang salah dengan tempat ini. Didalam mungkin saja memang ada Junho sang pemilik, tapi rasanya tetap aneh ketika rumah sebesar ini hanya memiliki sesikit sekali penjaga.

Kembali ke dalam ruangan tempat dimana ada Sungsik dan Junho. Didalam mereka terlihat masih saling mencoba menilai satu sama lain. Mereka menganalisa bagaimana keadaan lawan sebelum menyerang. Sungsik maupun Junho tak ingin kehilangan sedikitpun kesempatan langka ini. Mereka akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

Jika memang harus, salah satu dari mereka haruslah mati saat itu juga.

"Targetmu adalah aku. Aku yang membunuh bos waktu itu, tapi kenapa kau malah menargetkan Taesung?" tanya Sungsik

"Apa kau benar-benar bodoh? Atau hanya berpura-pura bodoh untuk melindunginya?" Junho balik bertanya.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Junho membuat Sungsik mengerutkan keningnya cukup dalam.

"Sungsik... Sungsik, ah kau dari dulu tak pernah berubah. Apa kau yakin bahwa akulah yang membunuh ayahmu?" tanya Junho lagi

Melihat Sungsik yang tercengang membuat Junho tak bisa menyembunyikan senyumannya lebih lebar lagi.

"Adik dan ayahmu, bahkan ibumu. Apa kau yakin aku lah pembunuhnya? Lengkapkah bukti yang selama ini kau kumpulkan?" Tanya Junho

"Jangan mencoba mengalihkan ku" kata Sungsik tegas sambil menatap Junho.

"Ah, kau benar-benar polos.. atau.. bodoh?"

"Kau seharusnya bertanya-tanya, bagaimana bisa kau mengumpulkan begitu banyak anak buah padahal kau tau sendiri, keadaanmu saat itu benar-benar hancur, coba kau pikirkan, dengan keadaanmu seperti itu, adakah seseorang yang mau menjadi anak buahmu?" tanya Junho lagi.

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang