Bab 6. senyuman

12 0 0
                                    

Esok harinya, Minho terbangun dengan perasaan sedikit lebih baik berkat tidurnya yang lelap semalam. Entah apa yang dia sedang terjadi, tapi dia merasa senang hari ini.

Melihat Minsu yang masih terlelap, dirinya segera meninggalkan ruangan tersebut untuk pulang ke apartemennya sekedar membersihkan dirinya lalu kembali ke rumah sakit untuk kembali bekerja.

Saat kembali ke rumah sakitpun dia merasa sesuatu yang bagus akan terjadi. Entah apa itu, yang pasti dia merasa senang seharian ini. Apalagi setelah seorang perawat menghampirinya dan memberikan kabar bagus jika Minsu menerima tawaran untuk mendiskusikan masalahnya dengan Dokter Psikolog yang ada di rumah sakit tersebut.

Ternyata Minsu benar benar mendengarkan sarannya semalam. Sukurlah, semoga ini adalah awal yang baik untuk mereka semua. Semoga dengan ini, Minsu akan kembali mempunyai kepercayaan dirinya kembali. Dia tak sabar menunggu jadwalnya selesai dan segera ke ruang inap tersebut.

Minsik pun memulai harinya dengan wajah yang terlihat lebih segar daripada sebulan ini. Entah apa yang dia rasakan, dia punya perasaan yang bagus untuk menemani Minsu hari ini. Dia tak ingin bekerja dan ingin menemani adiknya seharian ini.

Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa senang, ah dia mulai tak sabar untuk segera berangkat ke rumah sakit. Sebelum itu, dia memasakkan makanan kesukaan Minsu terlebih dahulu. Walaupun dia laki-laki, tapi dia sudah terbiasa hidup mandiri sejak dulu tinggal di London.

Setelah selesai dengan segala urusannya dia langsung pergi menuju rumah sakit. Maid yang bekerja di rumah tersebut hanya mampu tersenyum melihat tuannya yang kembali lagi seperti dulu. Yang suka tersenyum dan memiliki semangat. Sudah lama mereka tak melihat tuannya seperti itu. Bersyukurlah pada apapun yang membuat tuannya merasa lebih baik, dan semoga saja nona muda mereka juga merasakan hal yang sama.

Setibanya dia di rumah sakit, dia segera menuju kamar yang dipakai adiknya. Setelah sampai di depan pintu kamar inap, tak mampu menutupi rasa senangnya. Bagaimana tidak, adiknya terlihat tersenyum saat berbicara dengan perawat. Bukankah itu adalah awal baik?

Benar, adiknya sudah kembali. Dan senyum itu adalah awalnya. Dia bahkan tak lagi mengingat sakit akibat perkataan Minsu semalam. Dia terlalu gembira bahkan sampai ingin menari saat melihat Minsu tersenyum.

Dari jauh, Minho melihat kelakuan Minsik yang absurd. Apa apaan itu, tersenyum seperti orang gila didepan ruangan adiknya. Dia memang tau Minsik itu gila, tapi tak tau separah ini.

Ketika semakin dekat, Minsik mulai menyadari keberadaan Minho dan menyuruhnya diam lalu mengarahkan pandangannya kembali kedalam ruangan yang ada Minsu didalamnya.

Minho segera menolehkan kepalanya dan melihat kedalam ruangan. Melihat apa yang ada didalam ruangan tersebut, Minho mulai terperangah. Bagaimana mungkin? Minsu benar benar tersenyum. Inikah yang selama ini Minsik banggakan? Senyuman Minsu. Tapi benar apa yang selama ini Minsik katakan, Minsu sangat cantik saat tersenyum.

Minho bahkan tak mampu melepas perhatiannya dari Minsu. Terlalu sayang dilewatkan. Melihat Minho seperti orang bodoh dengan mata melotot dan mulut terbuka, Minsik tak mampu menyembunyikan tawanya. Dia tertawa terbahak bahak melihat wajah konyol temannya itu. Dokter Oh yang saat itu bersama Minho pun tak mampu menutupi kekehan gelinya.

Selama ini Minho terkenal sebagai Dokter rupawan, dan tenang. Baru kali ini Dokter Oh melihat kekonyolan Minho.

Minsu yang mendengar kakaknya tertawa segera mengalihkan perhatiannya dari perawat yang saat itu tengah mengajaknya berbicara. Saat menolehkan kepalanya ke pintu, dia melihat Minho yang menatapnya dengan ekspresi konyol. Jelas saja dia mengernyitkan dahinya. Apanya yang salah darinya? Ekpresi Minho benar benar seperti orang bodoh. Tak sadar dirinya malah ikut terkekeh melihat Minho, terkekeh disertai semburat tipis dipipinya yang malah menambah kecantikannya dimata Minho.

Sadar dirinya bertingkah konyol, Minho segera memasang wajah dingin kembali dan segera meninggalkan Minsik dan Dokter Oh didepan pintu masuk ruang inap Minsu.

Melihat Minho yang pergi tanpa mengatakan apapun, Minsu malah tambah bingung. Sedangkan Minsik dan Dokter Oh malah semakin mengencangkan tawanya. Minho yang semakin malu malah memanggil Dokter Oh untuk segera ke ruang operasi. Dokter Oh segera mengikuti Minho sambil tetap terkekeh. Baru berhenti ketika Minho menghadiahkan tatapan mautnya.

Padahal disini Minho adalah juniornya, tapi Dokter Oh ketakutan ketika melihat tatapan Minho. Sungguh tak adil, begitu batin Dokter Oh.

Setelah melihat Minho tak lagi berada diradar penglihatannya, Minsik segera memasuki ruangan dan mulai menyapa Minsu. Minsu segera memberikan senyum terbaiknya ketika melihat kakaknya membawakan makanan kesukaannya. Sudah lama dia tak merasakan makanan seperti itu lagi. Selama ini dia selalu makan apapun tanpa merasakannya. Sekarang adalah hari baru untuknya. Dia ingin menikmati semuanya. Menikmati semua perhatian yang ditunjukan padanya.

Minsik merasa benar benar berkurang beban yang dia pikul hanya dengan melihat Minsu tersenyum. Ah, indahnya hari ini.

"Bagaimana?" Tanya Minsik saat melihat Minsu menghabiskan semua makanan yang dia bawa.

Sebelum Minsu menjawab, dia terlebih dahulu meneguk minuman yang disodorkan padanya oleh kakaknya.

"Enak, seperti biasa. Kau adalah yang terbaik" jawab Minsu sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jari jempolnya pada kakaknya.

"Apa kau bilang? Masih seperti biasa? Berarti masakanku tak ada perkembangannya begitu? Jahat sekali kau" ucap Minsik sambil pura pura pundung.

Melihat kakaknya yang menggodanya membuat Minsu merasa lebih baik.

"Ya ya ya.. masakanmu tak ada bedanya. Kau harus belajar memasak lagi wek.." ejek Minsu sambil menjulurkan lidahnya.

Melihat Minsu yang semakin berani membuat Minsik geram dan akhirnya malah saling menggelitiki.

Inilah yang Minsik inginkan, melihat Minsu yang ceria. Tak masalah jika tak sama seperti dulu, setidaknya Minsu mau tersenyum dengan tulus dan hangat seperti dulu.

Sesorang melihat kebahagiaan Minsu dengan sedikit geram, dia tak terima Minsu bisa begitu saja merasa lebih baik. Sedangkan dirinya masih tak mampu merasa lebih baik.

Dia ingin Minsu tetap terpuruk agar dirinya merasa senang. Benar, Minsu harus menderita agar penderitaannya sedikit berkurang. Dia akan melakukan apapun agar Minsu tak merasa bahagia. Minsu harus sakit. Minsu harus merasakan apa yang dia rasakan. Lalu sosok itu perlahan meninggalkan tempat tersebut.

.............................................................

Setiap ada kebahagiaan, pasti ada kesedihan dibalik semua itu. Itulah yang dilami oleh orang orang. Setiap akan meraih kebahagiaan, pasti kita melewati suatu kesedihan.

Ketika kita ada dititik tersedih, disitu kita diuji. Apakah kau akan cukup kuat untuk melangkah? Ataukan kau akan menyerah seperti yamg pernah Minsu pernah alami.

Hanya butuh dorongan, tak hanya tarikan.

Dorongan yang kita dapat ialah dari masalalu. Masalalu mendorong kita untuk tetap melangkah. Tak membiarkan kita beristirahat barang sejenak.

Sekali lagi, masalalu ada bukan untuk dilupakan. Tapi masalalu ada untuk kita perjuangkan dan untuk kita hadapi. Selama kita masih mempunyai tujuan, rintangan apapun tak akan menghambatmu.

Gapai tujuanmu, dan hidup bahagialah bersama orang orang yang menyayangimu. Semua adalah proses mendewasakan diri.

Semua orang pernah merasa berada diposisi paling rendah, orang tersebut mempunyai pilihan. Berhenti atau berjuang. Dan kau akan tau hasilnya.

.............................tbc............................

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang