Bab 13. Kisah Joy (3)

2 2 0
                                    

Ketika itu, usiaku 15 tahun. Tepat 5 tahun setelah ayah angkatku menjualku pada bajingan tersebut. Dan 5 tahun sejak aku mengenal bee.

Hari itu aku sangat mengingatnya, hari paling panjang dan mengerikan yang pernah ku lalui. Walau akhirnya aku bisa bertemu dengan Jinri, tapi semua itu ku lalui dengan darah yang mengotori tanganku dan tak kan pernah bisa ku hapus. Saat itu, laki-laki bajingan tersebut kembali menyentuhku. Aku bahkan tak tau sudah sentuhan keberapa yang dia lakukan.

Aku muak, aku lelah menangis, aku lelah terus menerus memberontak. Biar, biar kali ini saja aku menyerah. Aku benar-benar ingin mengakhiri semua ini. Saat tak sengaja tatapanku bertemu dengan laki-laki bajingan tersebut, aku melihatnya menyeringai kepadaku. Mungkin dia pikir aku sudah menyerah dan mulai menikmati perlakuannya. Tapi tidak. Sekali lagi kutekankan, tidak pernah sekalipun aku menikmati sentuhannya yang menjijikan tersebut.

Tanpa dia tau, aku telah menyiapkan kejutan kecil untuknya, kejutan yang akan dengan senang hati kuberikan padanya.

Aku telah menyiapkan ini dalam waktu yang lama. Rencana yang ku susun sendirian, rencana yang akan membawaku dan dia menuju neraka bersama. Dan ku pastikan saat dineraka, dia akan mendapatkan siksaan dariku jauh lebih besar dari saat dia menyiksaku.

Saat dia lengah, aku meraba bagian bawah bantal yang ku gunakan untuk menyimpan pisau lipat yang pernah bee berikan padaku. Tepat saat dia mencapai puncaknya, itu juga saat terakhir hidupnya. Aku menusukkan pisau tepat ke jantungnya.

Saat berusaha untuk menyingkirkannya dari atasku, aku melihatnya, bee melihat ku dari pintu kamar ku.

'Maaf bee, kau terlambat'

Segera aku mencabut pisau dari si bajingan dan mengarahkan pisau tersebut ke jantungku sendiri. Semuanya berlalu begitu cepat. Bahkan aku sampai tak menyadari, bukan aku yang terluka oleh pisau tersebut, tapi bee yang menahan pisau tersebut dengan kedua tangannya.

"Bee" ujarku lirih

Aku tak mampu mempertahankan posisiku. Aku terduduk, menangisi keadaanku. Aku wanita menjijikan yang kini berubah menjadi pembunuh.

Bee hanya memandangiku lalu pergi entah kemana. Aku paham, dia jijik kepadaku. Dia tak mau lagi berteman denganku setelah apa yang ku lakukan. Tak apa wajar jika dia seperti itu. Aku tak masalah. Hanya tolong jangan berikan tatapan jijikmu padaku.

Tapi ternyata aku salah. Pemikiranku bahwa dia meninggalkanku ternyata salah, dia kembali datang dengan membawa beberapa pakaian untukku. Aku tak mampu berkata apa-apa saat menatapnya. Dia benar-benar tak terduga.

"Cepatlah pakai ini, kita akan pergi dari sini sebelum ada yang menyadari. Akan kusuruh seseorang membereskan kekacauan ini" ucapnya.

Dia, dia ingin membereskan kekacauan yang ku perbuat. Bee, apa yang kau pikirkan? Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Apa yang ada diotakmu? Aku pembunuh, seharusnya kau meninggalkanku.

"Jinri butuh bantuan kita, dia sedang dalam kondisi yang tak baik. Mereka akan menjualnya ke rumah bordil"

Seperti tersambar petir saat dia mengatakannya padaku. Jinri, sahabatku, saudaraku, dia adalah segala-galanya untukku.

Setelah membenahi penampilan, kami segera keluar dari rumah terkutuk tersebut bertepatan dengan orang yang telah bee suruh untuk membereskan mayat bajingan tersebut.

'Jinri, tunggu kami'

........flshback off.......

"Kau melamun lagi?" Tanya bee

"Ah, tak apa. Hanya mengingat masa lalu" ucapku

Aku tak bisa melihat wajanya, karena saat ini dia memelukku dari belakang dan menenggelamkan wajahnya pada leherku.

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang