Hari ini sudah lebih dari sebulan sejak senyum Minsu kembali. Sehari-hari Minsik atau Minho menemani Minsu berlatih berjalan lagi, dan hanya butuh satu bulan Minsu sudah kembali bisa berjalan. Walaupun masih berpegangan pada dinding atau benda-benda lainnya, tapi Minsik bersyukur. Setidaknya dengan ini dirinya kehilangan sebagian beban yang dia panggul.
Minsu pun tak henti-hentinya tersenyum, sebab dirinya mulai menghargai usaha orang-orang yang menyayanginya. Minsu mulai belajar apa itu menghargai, apa itu mengikhlaskan, apa itu mengharap. Minsu berfikir, hanya dengan senyumnya saja Minsik terlihat begitu senang. Lalu kenapa dirinya tak tersenyum demi kakak satu-satunya yang dia miliki?
Apalagi dengan sosok Minho disampingnya, Minsu mulai bertanya-tanya. Apa yang Minho pikirkan? Mereka bahkan tak saling kenal, kenapa Minho seolah-olah begitu bertanggung jawab padanya?
'Huh' batin Minsu
👉🐵👈
Hari ini Minho tak bisa menggantikan Minsik untuk menemani Minsu berlatih berjalan. Minsu harus menghadiri seminar, dirinya ditugaskan untuk mengisi salah satu kursi pengisi seminar tersebut. Minsik pun tak ingin selalu merepotkan Minho, walau bagaimanapun Minsu adalah adiknya. Jadi dirinya jelas punya tanggung jawab lebih besar daripada Minho. Maka dari itu, dirinya mengambil cuti lagi untuk menemani Minsu. Tapi semua itu terbayar setelah Dokter yang memeriksa kondisi minsu tersenyum dan berkata "adikmu punya niat yang besar, maka dari itu penyembuhannya berjalan dengan baik"
Senang? Tentu saja. Minsik sampai tak sadar jika dirinya meneteskan air mata saat Dokter tersebut menepuk bahunya. Orang tua mereka pasti tersenyum dari surga mengetahui Minsu mulai bangkit lagi.
"Oppa, kau melamun" ucap Minsu
Minsik yang tak sadar jika dirinya dipanggil pun hanya melanjutkan lamunan tentang apa yang Dokter tadi katakan. Melihat Minsik, kakaknya yang tetap terdiam membuat Minsu agak kesal. Bagaimana tidak, tadi Minsik menawari Minsu makan. Bukannya menmberikan makanannya, Minsik malah asik melamun.
"YAK" teriak Minsu
Mendengar teriakan Minsu yang tak bisa dikatakan pelan, membuat Minsik sadar dari lamunannya dan memandang Minsu kesal.
"Ck, kau kira ini hutan? Seenak jidat berteriak seperti tarno" ucap Minsik sambil melototkan matanya
"Bodo, aku lapar. Kau bilang tadi mau bagi makanan. Mana?" Ucap Minsu bersungut-sungut.
"A-aish, maaf lupa"
"APA, KAU LUPA MEMBELI BEGITU? YAK PERGI KAU SANA JANGAN KEMBALI KEMARI LAGI. HUSH.."
"Yak, kau ini Tarno ya? Kenapa berteriak-teriak?"
"Tarno kepalamu jajargenjang, aku lapar sana pergi" usir Minsu berapi-api.
"Kurang ajar sekali, punya adik satu macam kuntilanak. Hiiii serem" Minsik berkata seperti itu sambil melarikan diri dari ruang kamar Minsu.
Mendengar Minsik yang mengatai dirinya, Minsu yang tadinya telah berbaring menjadi emosi kembali dan bersiap-siap melemparkan apapun yang ada didekatnya.
Setelah pintu tertutup kembali, Minsu mulai berbaring kembali dan menutup matanya. Dirinya terlalu lelah untuk aktivitas hari ini, benar-benar hari yang panjang untuk Minsu. Apalagi setelah dirinya mulai bisa melangkah tanpa bantuan alat apapun, tentu saja Minsu senang. Akhirnya dirinya mampu berjalan kembali, kenapa tak dilakukan dari dulu jika semudah ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe (Completed ✔✔✔)
Romancesemua orang pantas punya kesempatan kedua, jangan hanya karena masalalu mu yang buruk kau boleh menghianati dirimu sendiri. kau tak pantas menyakiti dirimu, kau tak pantas melukai dirimu, kau tak pantas menghancurkan dirimu. kau harus mencintai diri...