Aku ingin memperkenalkan diriku sekali lagi. Choi Minho. Tak ada yang berubah dari perkenalan pertamaku. Kisah kali ini lebih ke arah setelah kematian orang tuaku.
Tak ada yang berbeda. Hanya suatu hari aku mendengar sebuah teriakan cukup keras dari rumah disamping rumahku. Teriakan seorang perempuan kecil. Entah beruntung atau tidak. Jendela kamarku tepat menghadap jendela kamar tersebut.
Aku melihatnya, laki-laki dewasa yang memperkosa anak tak bersalah. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari tanpa mampu aku lakukan untuk membantunya. Aku hanya bisa melihatinya dari kamarku. Tapi suatu hari, mata kami bertemu, saat aku tak sengaja melihat kearah kamarnya, aku jelas yakin dia mengucapkan kata tolong padaku.
Apa yang bisa dilakukan bocah sepertiku? Aku hanya mampu berdiam mematung dijendela kamarku tanpa mampu melakukan apapun. Lagi-lagi bersikap pengecut untuk menghindari masalah.
Tapi entah kenapa semakin hari aku tak mampu lagi membiarkan gadis kecil tersebut menderita. Tangisannya begitu memilukan. Selalu menyebut nama yang sama 'Jinri' aku tak tau siapa yang dia sebut.
Suatu hari, laki-laki tersebut meninggalkan rumahnya dengan tergesa-gesa. Ku pastikan dia tak akan kembali dalam waktu dekat. Akhirnya aku memutuskan untuk memasuki rumah tersebut. Walaupun harus seperti pencuri.
Aku melihat gadis tersebut terduduk di ranjangnya dalam keadaan tak baik-baik saja. Dia benar-benar seperti tak bernyawa. Tak ada pancaran apapun saat aku melihat matanya.
Mulai dari situ, kami dekat satu sama lain, dan aku juga mengetahui siapa itu Jinri. Sosok gadis yang tak jauh berbeda darinya. Sama-sama korban pelecehan dan sama-sama anak dibawah umur.
Mengetahui itu, ku mencoba mencari cara untuk menghubungi Jinri. Ternyata dewi fortuna memihakku. Kami bisa berkomunikasi dengan baik tanpa seorangpun yang tau.
Mulai dari situ aku mulai masuk kedalam lingkaran Joy-Jinri. Dalam hatiku, aku ingin melindungi mereka apapun yang terjadi. Aku merasa tak sepantasnya anak seusia mereka mendapatkan perlakuan kejam seperti itu.
Sampai suatu ketika aku dan Jinri mulai melancarkan rencana kami. Pertama-tama adalah membantu kabur Jinri, tapi rencana hanya rencana. Saat aku akan menghampiri Joy, dia terlebih dahulu membunuh laki-laki tersebut. Mau tak mau aku memutar otak kencari cara apapun agar Joy terlepas dari masalah ini.
Aku menginggat pamanku yang memiliki kekuasaan, aku mencoba mengontaknya meminta bantuan. Tanpa pikir panjang pamanku menyetujui membantuku.
Tak apa, laki-laki tersebut pantas mendapatkannya. Karma karena telah memperlakukan anak kecil layaknya sampah seperti ini.
Setelah menyadarkan Joy yang terlihat frustasi dan ingin menghabisi nyawanya sendiri, membuatku melupakan rencanaku dan Jinri. Walaupun hanya sekejap dan langsung mengingat kembali, tapi rencana yang kami susun dengan baik tetap tak berjalan sesuai rencana.
Tak masalah, masih ada sedikit waktu untuk menyelesaikan rencana kami. Aku segera membawa Joy menjauhi temlat tersebut dan membawanya ketempat yang aman.
Setelah menyembunyikan Joy, aku mulai menjalankan rencana lainnya. Rencana penjemputan Jinri yang sempat tertunda.
Saat aku sampai, Jinri telah menungguku dengan badan penuh luka yang masih baru. Bahkan masih ku lihat darah mengalir dari tubuhnya.
Saat akan mendekati Jinri, orang tua tersebut datang dan menghadangku.
Bagaimana mungkin bocah sepertiku bisa melewati laki-laki dewasa seperti mereka. Jinripun terlihat putus asa dan pasrah melihat keadaan kami. Tapi tidak akan ku biarkan. Kami sudah sejauh ini.
Untung saja anak buah paman datang tepat waktu. Saat mereka menghabisi laki-laki pengecut tersebut, aku mulai berlari membawa Jinri keluar dari tempat tersebut.
Tapi lagi-lagi rencana hanya tinggal rencana, kami lagi-lagi dihadang lelaki yang selama ini menjadi tuan Jinri. Laki-laki tersebut menodongkan pistol kearah kami dan berniat menembak.
Jinri yang mungkin terlihat lelah sudah tak perduli. Saat pria tersebut menarik pelatuknya, Jinri menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng. Peluru tersebut menembus jantungnya.
Saat aku belum mampu kembali dari keterkejutanku, lelaki tersebut juga telah terjatuh di depanku. Sampai aku melihat kearah depan.
Disana, berdiri Joy yang juga memegang pistol yang entah dia dapatkan dari mana. Mengetahui itu adalah Joy, aku segera menggendong tubuh mungil Jinri dan segera membawanya ketempat paman.
Paman sempat terkejut dengan kedatangan kami, tapi dia tak banyak bertanya dan langsung menyuruh seseorang memeriksa kondisi Jinri yang ternyata masih bernafas.
Berjam-jam kami menunggu hasil dari operasi Jinri. Sampai akhirnya dokter kepercayaan paman keluar dan mengatakan Jinri kritis. Peluru tersebut hanya hampir menyerempet jantungnya..
Lalu selama 7 tahun lamanya, Jinri kami terbaring tanpa tanda-tanda akan membuka matanya.
Aku memutuskan membawa Joy pergi dari sana. Pergi ketempat baru. Paman berjanji akan menjaga Jinri. Dan kami juga beberapa kali dalam satu tahun datang untuk menemuinya.
Sampai kami bertemu dengan Minsik, laki-laki yang seumuran denganku dan Joy. Laki-laki yang ku ketahui adalah kakak kandung dari Jinri. Setelah bertahun-tahun mencari kebenaran, akhirnya aku menemukannya.
Mungkin jika aku mempertemukan Jinri dengan keluarganya, dia akan sudi membuka kedua matanya untuk melihat dunia ini lagi.
Tapi rencana hanyalah rencana. Aku mendengar dari Joy yang saat itu menemani Jinri, bahwa Jinri mulai membuka matanya.
Beberapa hari itu Jinri telah melewati masa kritisnya selama 7 tahun. Hal tersebut tentu membuat kami senang. Jinri hanya meminta untuk bertemu dengan keluarganya.
Permintaan yang sangat mudah kami kabulkan. Aku berniat mempertemukan Jinri dengan keluarganya, tapi seseorang terlihat mengacaukan rencana kami.
Aku masih tak tau siapa itu, sampai akhirnya kami mendengar bahwa Jinri meninggal tepat diharis yang sama dengan kedua orang tuanya dan orang tua Joy.
Mungkin dia telah mendapatkan firasat tersebut dari lama. Tentu hal tersebut menjadi pukulan paling berat yang pernah Joy dapatkan.
Kematian orang tuanya dan Jinri. Aku hanya berpikir, aku harus membawanya menjauhi tempat itu lagi. Setelah berdiakusi dengan adiknya, akhirnya aku putuskan untuk membawanya ke London bersamaku.
Menghilangkan depresi yang membelenggunya. Selama tiga tahun, akhirnya aku mulai melihatnya bangkit kembali. Joy hanya meminta kembali untuk menemani adik-adiknya.
Aku setuju, apalagi Joy juga kengatakan akan mencari tau apa yang terjadi saat itu. Tentu saja pamanku membantuku dalam hal tersebut. Dia ahlinya dalam bidang ini.
Aku mulai bekerja dirumah sakit, awalnya hanya untuk menjaga adik Joy yang masih dirawat, sampai aku bertemu kembali dengan Minsik.
Lalu semua dimulai dari sana. Saat adik Joy menghampiri kami dan mengatakan segala yang dia sempat lupakan.
Pembalasan dimulai. Awalnya kami ingin mengakhiri sampai disana. Toh maut semua orang akan menghadapinya. Tapi setelah semua informasi yang sudah didapatkan anak buah pamanku, semua tak sesederhana itu.
Dalang dibalik semua ini adalah Minsu dan orang-orang dibelakangnya. Aky berjanji akan membuat perhitungan dengan mereka semua.
~~tbc~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe (Completed ✔✔✔)
Romancesemua orang pantas punya kesempatan kedua, jangan hanya karena masalalu mu yang buruk kau boleh menghianati dirimu sendiri. kau tak pantas menyakiti dirimu, kau tak pantas melukai dirimu, kau tak pantas menghancurkan dirimu. kau harus mencintai diri...