Bab 12. Kisah Joy (2)

4 2 0
                                    

Namaku Joohyun, orang-orang lebih suka memanggilku Joy. Apalagi sosok yang kuanggap ibu. Dia yang memberikan nama ini ketika aku masih kecil. Dia bilang 'karena kau tak pernah merasakan apa itu bahagia, bagaimana jika namamu Joy? Ketika kau mendengar namamu dipanggil, kau akan merasa bahagia. Begitupun nama Joy'

Tapi dia salah, aku memang bahagia saat bersamanya, tapi tidak saat orang-orang itu memanggilku. Nerakaku baru saja dimulai.

"JOY, KEMARI CEPAT" panggilnya.

Seperti saat ini, aku tak suka saat orang memanggilku Joy. Jika mereka mulai memanggilku, artinya nerakaku akan segera dimulai. Kenapa Ibu sangat suka dengan nama Joy?

'Ibu, tolong ganti namaku. Nama ini tak pantas untukku, tak kan ada kebahagiaan untukku walaupun hanya dengan sebuah nama'

Jika mereka mulai memanggilku, artinya permainan akan segera dimulai. Yang kulakukan cukup hanya berdiri dan membiarkan mereka melakukan apapun padaku. Seperti saat ini, saat mereka mulai melucuti baju yang ku pakai, tak hanya itu, mereka juga melucuti apapun yang ibuku pakaikan untukku.

Pakaian rapi yang tadi ku kenakan sudah tak ada. Setelah mereka puas meraba seluruh tubuhku, mereka akan mulai permainan gila mereka yang lain.

Mereka menyiksaku, menggoreskan pisau ke punggung ku, memasukkan apapun kedalam kemaluanku.

'Ibu, hanya satu inginku, tolong bunuh aku'

Mereka hanya akan melakukan hal tersebut padaku. Tak pernah lebih dari itu atau memperkosaku. Hanya akan melakukan tindakan pelecehan. Ibu akan selalu datang saat aku mulai menggigil ketakutan dan darah yang mulai banyak keluar.

Kejadian sepeeri itu sudah terjadi sejak usiaku 5 tahun. Dulu tak seperti itu, mereka hanya akan mencambukku jika aku berbuat kesalahan. Tapi saat salah seorang teman 'ayah' datang, semua mulai berbeda untukku.

Tak hanya cukup dengan cambukan, tapi juga barang-barang aneh yang mereka praktekan padaku. Aku cukup merasa lega dulu, saat mereka tak menyentuhku lebih jauh. Ibuku melindungiku. Jika sudah seperti itu, ibu akan mendapat cambukan jika berani menggangu 'ayah' dan temannya.

Sampai bertahun-tahun itu tetap berlanjut. Sampai usiaku 10 tahun, ibuku menyerah. Dia memilih mati didepan mataku sendiri. Ibuku memilih meninggalkanku dari pada harus melindungiku setiap hari.

Aku hanya punya ibu, lalu apa yang ku lakukan? Siapa yang akan melindungiku?

Sampai saat aku memutuskan untuk bunuh diri mengikuti ibuku, dia datang dan memelukku dengan hangat.

Namanya Jinri, dia sama sepertiku. Gadis yang dijadikan seperti budak oleh majikan. Bedanya mereka adalah orang tua angkatku.

Jika aku mendapatkan perlakuan seperti itu dan bisa bebas karena ada ibu yang melindungiku, tapi Jinri berbeda. Dia bahkan diperlakukan bagaikan budak sex oleh mereka. Tak ada yang melindunginya karena dia memilih membiarkan ibu kami melindungiku.

Jinri adalah anak yang paling baik yang ku kenal. Aku mencintaimu, Jinri.

Suatu hari, aku dan Jinri mendapat hari libur, saat kali berusia 10 tahun, ayah sering berpergian keluar dan kami akan dibiarkan sendirian. Tanpa makanan, tanpa perlindungan apapun kecuali rumah. Kadang jika ayah pergi, teman ayah akan datang dan mulai menarik Jinri kedalam kamar, atau yang lebih mengerikan adalah, mereka bahkan melakukannya dimanapun mereka mau.

Aku hanya menangis, menangis, menangis mendengar teriakan mereka dan tangisan Jinri. Mereka binatang, manusia mana yang memperlakukan anak kecil seperti itu?

Selalu seperti itu, saat mereka hanya berfokus pada Jinri, mereka akan membiarkanku sendirian.

Hari itu aku tak mampu menahan semuanya sendirian. Aku berlari, dan terus berlari sampai kedalam perumahan yang cukup megah. Ku pikir aku telah jauh dari mereka, tapi salah. Nerakaku yang lain baru dimulai.

Seseorang dari perumahan itu adalah teman ayah yang lain, yang begitu terobsesi padaku. Jika yang lain akan menatap Jinri tanpa bisa mengalihkan pandangan, dia berbeda. Tatapannya sungguh mengerika juga menjijikan.

Dia menarikku memasuki salah satu rumah yang ada disana, yang tak lama kemudian ku ketahui bahwa rumah tersebut adalah rumahnya. Dia menyeretku bahkan menggendongku dengan tatapan menjijikan. Sesampainya dikamar, dia mulai melemparku diranjang.

Aku hanya bisa memundurkan tubuhku. Takut, jiji, benci, dendam dan semua hal ada dalam kepalaku. Aku ingin membunuhnya. Sangat ingin, dia adalah awal mula penderitaanku dan Jinri.

Dia berjalan kearah sebuah lemari dan mengambil tali. Aku bahkan sempat melihat apa isi lemari tersebut. Aku memang masih anak kecil, tapi aku tau apa yang ada disana. Itu semua adalah alat-alat yang sering mereka gunakan untuk menyiksaku dan Jinri.

Dia mengikatku dengan kuat dan meninggalkanku. Ku pikir penderitaanku akan berakhir, tapi salah. Ini baru saja dimulai.

Dia kembali tak lama kemudia dengan membawa segelas air putih, begitu pikirku dan berbicara. Ku pikir dia berbicara kepadaku, tapi ternyata dia berbicara dengan seseorang disebrang.

Dia memberitahu ayahku, jika aku bersamanya. Satu hal yang ku tangkap dari pembicaraan mereka.

Ayah menjual ku padanya. Ayah menjualku untuk dijadikan budak sex oleh lelaki tua tersebut.

'Ibu, bolehkah aku mati sekarang?'

Tak lama setelah dia mematikan ponselnya, dia mendekatiku dan meminumkan apa yang tadinya kuduga adalah air putih. Tapi bukan. Itu adalah alkohol. Setelah meminumnya aku merasa pusing, tapi juga panas ditubuhku.

Dia hanya melihatiku yang mengeliat, dia hanya tersenyum sambil sesekali menjilati bibirnya.

Tak lama dia mulai mendekatiku dan merobek seluruh pakaian yang ku kenakan. Merobek tanpa halangan seakan-akan baju yang kupakai adalah kapas.

Dan dimulailah nerakaku yang sebenarnya.

.....

Sampai bertahun-tahun neraka itu masih terus berlanjut. Aku bahkan tak pernah lagi bertemu dengan Jinri. Aku begitu merindukannya.

Sampai aku bertemu dengan laki-laki remaja tanggung tersebut. Umurku masih 10 tahun saat aku bertemu dengannya. Dia menjadi temanku selain Jinri. Dan untungnya adalah, rumahnya yang bersebelahan denganku.

Dia menjadi temanku ketika tuanku pergi entah kemana. Dia akan menghiburku dan menjadi jembatan antara aku dan Jinri.

Dia menhapus air mata kami, dia juga yang menyelamatkanku dari neraka ini. Tak hanya aku, begitupun Jinri. Dia adalah lelaki terhebat kami.

Kami memanggilnya "bee"

Kami mencintainya, dia adalah alasanku tetap hidup sampai sekarang. Dia juga alasan aku bisa keluar dari neraka tersebut, walaupun kami harus mengotori tangan kami.

Walaupun kami harus kehilangan Jinri kami yang rela mati demi diriku.

"Jinri, aku mencintaimu"

Dia juga alasan kami tau siapa orang tua kami sebenarnya. Dia juga yang mencari semua informasi tentang keluarka kami. Keluargaku dan keluarga Jinri.

"Bee, terima kasih telah menjadi bahagiaku, terima kasih telah menjadi cahaya untukku dan Jinri. Jika bukan karna kau, kami sudah mati dari dulu"

"Hmmm... kau mengatakan sesuatu?"

Aku tersadar dari lamunanku. Lagi-lagi aku mengingat masa lalu ku. Huft, maafkan aku.

"Tidak, tidurlah lagi" ucapku padanya sambil membelai kepalanya.

Dia mulai menyamankan diri untuk memeluk tubuhku yang telanjang. Tak hanya aku, tapi dia juga.

Trauma ku selalu muncul walau hanya dengan sentuhan kecil, tapi tidak saat bee yang menyentuhku. Aku merasa aman.

Ini lah alasan kenapa aku masih mau hidup. Aku mau menemukan apa itu keluarga, apa itu cinta, dan menghilangkan masalalu ku dan menghilangkan depresi ku. Hanya bersama bee, tak mau dengan yang lain.

"Jinri, semoga kau tenang disana" lirih ku sambil mendekap bee.

~~~tbc~~~

Nb : maaf jika terlalu vulgar 😭😭

Breathe (Completed ✔✔✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang