Stop

6.8K 437 95
                                    







Arin menatap malas Hendra yang terus menempel dengan nya dari awal mereka masuk aula hotel sampai sekarang Arin sedang duduk di dekat meja makanan karna pegal.







"Dra jauh-jauh elah ngalangin pemandangan mulu".





"Kalau si dosen itu nyamperin luh pas gue pergi gimana?" Arin membuka mulutnya dan mengikuti omelan Hendra tanpa suara.





Hendra mendorong pelan bahu Arin agar berbagi kursi dengannya, tapi tidak ada yang Arin lakukan selain mendelik dan bersiap-siap menulikan diri kembali saat Hendra akan mengomelinya lagi.





"Muka udah ke mayat juga pas ketemu mantan".




"Enak aja kata siapa mantanan.  Pacaran aja kagak, tolong"





"Cie digantung. Ha.Ha.Ha".





"Heh bodat ayoo baku hantam sama gue" Arin memukul bahu Hendra lalu bangkit dari duduk nya dan mengahadap Hendra yang sedang tersenyum menyebalkan kearahnya. "Ayooo sini gelud ayooooo...!!! ".





Keduanya sibuk menyindir dan saling mendorong satu sama lain, bahkan mereka sempat lupa mereka sedang dimana.




Arin menjulurkan lidahnya saat lengan Hendra menutup mulut gadis itu karna terus saja berisik.





"Jorok anjir".





"Bodo".





Seorang pria berjalan sambil terkekeh melihat kedua cucu adam dan hawa itu yang sedang bertengkar kecil, seperti layaknya anak kecil.




Dan saat pria itu berhasil berdiri tak jauh dari keduanya atau mungkin tepat di sebelah si gadis dan di depan si pria, pria tadi merangkul Arin dan menariknya lebih dekat.. Membuat Arin refleks membulatkan mata dan hampir berteriak.





"Pengantin kedua nih. Lengket amat" ledek Raihan. Pria yang merangkul Arin tadi.





Arin melirik Raihan tajam dan mencubit perutnya. "Enak aja pengantin kedua, noh temen hode lu ganggu bat dah"





"Apa sih neng galak amat" sahut seseorang dari belakang Arin.





"Mark darimana aja sih, gue berasa lagi ngurusin anak bodat. Huhuhu".





"Dih ada abangnya langsung manja" celetuk Hendra, Arin menoleh sesaat dan berkata dalam tatapan matanya "diem lu bacot".





"Naura sama Tiar mana?".





"Gue liat Naura sama Adnan di depan, Tiar gatau gabisa dihubungi dia" Jelas Mark sambil berjalan kearah kursi yang sempat di duduki Arin dan Hendra.. Lalu setelahnya mereka hanyut dalam percakapan panjang dimana Arin duduk kembali yang membedakan gadis itu dengan cueknya duduk di pangkuan Mark.





Tak jauh dari tempat mereka seorang pria terus saja memperhatikan mereka atau mungkin salah satu dari mereka. Johnny meminta Mark membawakan Arin kepadanya saat Mark menjemput pria itu tadi sore.



Tapi Mark jelas saja menolak, itu akan sangat membahayakan hubungan nya dengan Arin. Baik itu saat Arin membencinya karna membawa kembali seseorang yang sempat menghancurkan hidupnya atau saat Arin jatuh kembali ke pelukan Johnny, ntahlah ada sedikit rasa tak rela.





"Mau pulang kapan?" tanya Mark berbicara di telinga Arin, posisinya sekarang masih sama Arin masih duduk di pangkuannya.





"Gatau" sahut Arin acuh dan kembali memainkan ponselnya.





"Mau pulang ke kosan apa ke rumah mamah?" tangan Mark memainkan rambut gadis itu tanpa sadar.





Arin diam sesaat tampak berfikirin kemudian ia mengangkat bahunya.






"Dih di kacangin, pulang yuk udah malem".












🍃🍃🍃









Arin menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil terus saja menatap sekitar dengan was-was.



Mark kini meninggalkannya untuk mengambil mobil sedangkan Hendra ataupun Raihan sudah pulang lebih dulu. Arin tak sempat bertemu Naura juga karna gadis itu disana hanya sebentar.





"Ehm.. Arin"





Deg




Suara seseorang yang tidak asing memanggilnya dari arah belakang.





Dan Arin tau itu siapa.





Arin mengeratkan genggamannya pada ujung dress hitam yang ia gunakan dan mencoba menyibukan diri dengan membuka ponselnya kembali.





Ia takut sekarang, siapapun tolong.





"Hei Arin" sekali lagi suara itu menyebutkan namanya dan sekarang suaranya tepat di sebelah Arin.






Arin melirik sekilas ke samping dimana sosok pria tinggi telah berdiri gagah disana. Arin menggangguk sopan sambil tersenyum canggung dan kembali memainkan ponselnya






Me

Mark dimna

Dimana

Heh bangke

Mark ihh

😥😭😭😭







"Gimana kabarnya" sekali lagi, Johnny bertanya.





"Baik pak, bapak gimana? " ucap Arin sekedar berbasa basi.





"Saya kayak nya lebih baik 3 tahun yang lalu daripada sekarang".





Arin mengangguk dan berniat akan pergi namun dengan cepat Johnny mencegahnya dengan menarik pelan bahu gadis itu dan membawanya ke dalam pelukan.





"Pak maaf tapi bisa tolong lepaskan". Ucap Arin dengan suara bergetar. "Pak dimana sopan santun anda. Saya tolong".





"Sebentar aja Rin, aku kangen kamu".





"Barusan saya di chatt Mark. katanya dia nunggu di... Nunggu didepan. Jadi bisa bapak. Lepaskan" ucap Arin terbata-bata, stop Arin sungguh ketakutan sekarang.





"Saya tau kamu berbohong, Mark sendiri yang mengatakan kamu disini ke saya".





"Pak" gadis itu mulai bergetar hebat di pelukan Johnny dan Johnny seperti nya tidak peduli itu.





Tidak ada yang Arin rasakan jika mengingat Johnny selain sebuah ketakutan dan sekarang ketakuannya semakin bertambah saat pria itu hadir kembali bahkan memeluk Arin dengan semuanya sendiri.



Arin seperti melihat sebuah kilas balik tentang ia yang hampir gila karna Johnny di masa lalu.












🍃🍃🍃

----
Haihaihai
Pertama-tama aku minta maaf udah buat kalian nunggu :((( tugas yang harusnya sebelum uas udah selesai sekarang masih numpuk hahaha.
makasih yang udah setia nungguin aku huhuhu terharu






See U🌱

DREAM - JOHNNY NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang