Hi

3.7K 337 139
                                    






Detik jarum di jam terus saja berbunyi mengikuti setiap langkah Arin, gadis itu menatap sekitar dan sedikit mengangkat ujung bibirnya saat melihat Hendra yang tengah berjalan di sampingnya dengan santai.



Kenapa ini seperti dejavu. Bedanya sekarang ia yang akan pergi.




"Gamau meluk gue gitu, sebelum jauhan lagi" cibir Arin tanpa melirik ke arah Hendra.




Hendra terkekeh sesaat dan menarik kunciran rambut Arin tiba-tiba membuat gadis itu mengadu dan memukul perut Hendra cepat.




"Sakit goblok".




Keduanya berjalan beriringan sambil sesekal bertingkah konyol. Sangat kontras dengan tinggi badan mereka, membuat keduanya seperti kakak beradik.




Langkah keduanya berhenti dengan ekspresi berbeda yang di muncul di wajah mereka. Arin menatap takut Hendra yang telah mengeraskan rahangnya.





"Bentar ya Dra" Arin berlari pelan ke arah seorang pria jangkung yang tengah melambaikan tangan kearahnya.





Gadis itu tersenyum canggung dan membungkukkan badan dengan Hendra yang terus memperhatikan pria tadi tak minat.





"Hati-hati ya, kamu" ujar Johnny hangat sambil mengusap puncak kepala Arin.





Arin menganggukan kepalanya cepat dan tertawa membuat Johnny terkekeh dan kembali mengusap kepala Arin gemas.





"Aku gak bisa kasih apa-apa, bingung juga. Tapi aku udah suruh Adam jemput kamu nanti".





"Ehh ngapain anjirr, taxi banyak ka. Terus apa gunanya Naura" ujar Arin dengan nada ramahnya





"Heleh sok perhatian, besok-besok mewek lagi lu Cil" cerca Hendra tiba-tiba, tak lama pria tan itu menarik Arin mendekat kearahnya dengan cara memeluk leher Arin.





Sangat terlihat Johnny tapi menahan diri untuk tidak memaki Hendra, pria itu tetap memperlihatkan senyum terbaiknya pada Arin.





Canggung yang sebenarnya dirasa Arin saat ini.




Tapi Arin mencoba melupakan rasa canggung itu dan mencoba menyambut Johnny dengan baik. Toh dia masih memiliki tubuh besar Hendra untuk berlindung.





Sekitar pukul 4 dini hari Johnny mengirimi pesan kepada Arin dan mengatakan akan mengantarnya ke bandara. Saat Arin bangun dan membaca chat itu.. Jelas si gadis kaget bukan maen.





Terlebih lagi saat pagi itu Hendra telah duduk manis di meja makan dengan kedua orangtuanya.





Arin menatap bingung layar ponselnya dengan Hendra secara bergantian, pria itu terlalu asik menyuapi nasi dengan ukuran besar langsung kedalam mulutnya tanpa memperdulikan Arin yang terus melirik kearahnya. Gadis itu tidak bisa menolak sang dosen mereka begitu saja.





Karna kesepakatan kemarin kita akan menjalani hidup seperti biasa, lalu jika ia langsung menolaknya itu berarti Arin masih memiliki dendam.





Gadis itu diam cukup lama, sampai Johnny kembali mengirimi gadis itu pesan lagi dan berkata ia akan berangkat kerumah Arin untuk menjemputnya. 





Me

Maaf ka, saya pergi
sama Hendra

DREAM - JOHNNY NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang