Begins again

5.8K 397 120
                                    







Dua hari berlalu perlahan Arin mulai terlihat seperti biasa.




Ia sudah mulai keluar dari kamar, makan walau jumlah suapannya tidak banyak, terseyum pada lelucon murahan milik Hendra.




Arin sadar hidup nya sekarang tak harus dia buat serumit itu, ya mesti pada kenyataan nya rasa takut itu selalu ada seiring bertambahnya hari.




Tapi Arin harus tetap berjalan lurus bukan, ia sendiri sedang berada di ujung keputusasaan dalam hidup nya dan hal itu tak mungkin terus berlanjut tanpa sebuah kejelasan.





Hendra mengambil duduk di depan Arin yang tengah melamun sore itu, sedangkan diluar hujan terus turun tanpa henti.





"Kapan lu masuk kerja?" tanya Hendra sambil menatap lekat Arin, Arin terdiam sebentar tanpa berfikir kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan.





"Dra" panggil Arin tanda menengok pria itu. Hendra hanya bergumam dengan tangan mulai mengelus lembut rambut Arin.





"Apa lu suka dengan kerjaan lu yang sekarang?".






Hening..





Arin melirik Hendra yang masih menatapnya. "Kenapa nanya nya gitu, lu ga suka sama pekerjaan yang sekarang?".





"Mungkin. Gue mau resign aja dan mulai cari kerjaan lain".





"Kalau ikuti minat sih Rin, ya minat gue bukan di situ. Cuma gue berusaha buat mencintai perkerjaan gue dan tanggung jawab sama apa yang gue udah pilih".





"Gitu ya" Arin menidurkan kepalanya di sofa, sambil menutup mata ia kembali menikmati elusan lembut yang diberikan Hendra.





Gadis itu sedari kemaren selalu berfikir tentang hidupnya, mimpi-mimpinya dan masa depannnya.




Arin mulai ingin mengapai mimpinya satu persatu, tapi ia tidak tau harus mulai darimana dan harus melakukan apa.






"Rin".





"Arin"





"Heh upil, kebiasaan kalau dipanggil suka budek" ucap Hendra sambil menjitak kepala Arin, membuat gadis itu refleks berteriak dan memukul balik tubuh Hendra berkali-kali dengan tangan kecilnya.





"Gue bilangin Mark lu" tak lama Arin menghentikan aksinya dan kembali menidurkan kelapanya di sofa.





Ia lupa ia masih menghindari si pria keci itu.





Arin merindukan Mark, pelukannya, tawanya, perhatiannya. Sungguh Arin merasa kehilangan sekarang, tapi ia masih kesal dengan Mark karna masalah kemaren.






"Kangen kan lu sama abang sendiri. Sok-sokan ngambek sih".





"Bacot"










🍃🍃🍃










Sedangkan jauh dari sana pria jangkung dengan sebuah texudo mahal tengah menikmati secangkir kopi favoritnya seperti biasa.





Okeee dia harus kembali menatap hidup nya, pertemuannya dengan gadis dimasa lalunya beberapa hari lalu juga perlakuan dia yang kurang menyenangkan membuatnya berfikir kalau selama ini ia hanya bermain-main saja dengan hidup nya.




Dan yeah Johnny mulai bosan dengan hidup nya sendiri.





Seorang wanita dewasa melemparkan berkas dengan asal ke meja tempat Johnny duduk lalu setelahnya ia duduk dengan malas sambil menghadap Johnny.





Johnny menatap wanita itu seperti bertanya "apa ini".





"I don't know" ucap wanita itu acuh lalu tak lama ia mengambil rokok dari tasnya, menyalakannya dan mulai menghisapnya perlahan.





Johnny terus memperhatikan wanita itu dengan hujatan yang siap ia lontarkan.




"Why?".





"Sudah ku bilang jangan merokok di depanku Janet" ucap Johnny dengan sedikit menaiki intonasinya.





"Sorry" ucap Janet, tapi wanita itu sekali lagi menghisap rokoknya dan mengembuskannya secara perlahan.





"Dimana Sam dan hmmm Grizelle?" Tanya Johnny sedikit berbasa-basi.






"Itu yang membuatku merokok Jo" ujar Janet, ia diam sesaat dan tersenyum merendahkan. "Pagi ini aku memergoki keduanya bercumbu di kantor Sam".





"Oh shit".






Johnny memijit pelipisnya ia tau Grizelle adalah seorang maniak sex tapi tidak harus kekasih temannya sendiri bukan yang diajak tidur bersama.





Sungguh Johnny ini sesosok wanita yang dinikmati sendiri bukan siapa saja bisa mencobanya.





Tapi pria siapa saja akan tunduk dengan pesona seorang Grizelle. Termasuk dirinya sendiri.





"Urus wanitamu dengan benar Jo".





"Dia bukan wanitaku, dia mainanku"







"Ya.. Ya.. Ya whatever" Janet mengambil batang rokok kedua dan menyalakannya kembali.





Akankah Arin tetap bisa Johnny dapatkan.. Pria itu menghembuskan nafasnya, tapi bukankah respon Arin kemarin sudah memperlihatkan itu adalah sebuah penolakan keras.





"Janet seperti aku akan berhenti dari pekerjaan ini dan kembali ke Indonesia".





Wanita bermata tajam itu menatap Johnny tidak suka. Ia tidak mengerti, maksudnya Johnny akan pergi seakan itu bukan urusannya. Lalu bagaimana hubungannya dengan Sam.





"Selesaikan dulu masalah Grizelle Jo, kau tak bisa pergi seakan itu bukan masalahmu. Grizelle wanitamu, teman tidurmu" Janet bangkit dari duduknya dan berjalan ke rak dimana cake berbaris dengan rapi. Wanita itu sangat suka cake.









🍃🍃🍃

Janet  A Welsch

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Janet  A Welsch

-----
Mian aku updatenya late :((
Thanks udah nunggu 😰😰



See U🌱

DREAM - JOHNNY NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang