ㅡ 11 Tentang eskrim dan obrolan sore itu

8.9K 1.1K 93
                                    

ㅡ 💌 ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ 💌 ㅡ

"Kita mau kemana, Lang?"

Ardanu Wonwoo bertanya penasaran saat Elang Mingyu mengajaknya ke taman kota. Cuaca cukup panas untuk sore ini. Teriknya matahari sedikit banyak membuat Wonwoo merasa kegerahan dengan hoodie yang dipakainya sekarang.

"Mau ngajakin kamu jalan-jalan," jawab Mingyu. "Udah seminggu lebih kita gak ketemu loh, kamu gak kangen gitu sama aku?" tanyanya kemudian.

"Enggak sih,"

"Ah, dedeknya nih pasti yang kangen sama Ayah."

"Dedek juga enggak!"

"Gak usah bohong, pipinya merah udah jadi bukti kuat. Ayahㅡawh!" Mingyu meringis sakit tatkala cubitan keras diterimanya dari Wonwoo.

"Gak usah ayah ayah! Geli gue dengernya!" ucap Wonwoo dengan nada kesal. "Resmi aja belom.." untuk pernyataan ini, Wonwoo berucap lirih.

Memang dasar Mingyu yang tidak peka. Lirihan Wonwoo terabaikan begitu saja tanpa terjawab. Dirinya malah menarik tangan Wonwoo untuk berjalan beriringan, menelusuri jalanan lenggang di taman kota.

Yang ditarik pun akhirnya menurut pasrah. Mengikuti langkah lebar Mingyu yang kali ini berjalan sedikit pelan. Untuk hal satu ini, Mingyu sengaja melakukannya hanya karena tidak ingin Wonwoo terlalu kelelahan saat berjalan kaki.

Tetapi sebelum berhasil membawa Wonwoo jalan-jalan, Mingyu harus memberanikan diri untuk meminta izin pada Yunho terlebih dahulu. Dan untungnya pria baruh baya itu memberikan izinnya. Dengan syarat Wonwoo tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membuatnya cepat lelah.

Wonwoo serasa mempunyai dua bodyguard yang siap melindunginya dimanapun, kapanpun, dengan sikap oveprotektif yang Mingyu dan Yunho miliki.

Kadang Wonwoo benci diperlakukan layaknya seorang perempuan seperti ini. Namun tak dapat dipungkiri pula jika Wonwoo merasa senang dengan semua perhatian yang ia dapatkan. Walau sikap tegas dari Seulgi pun membentuk pribadinya menjadi pribadi yang penuh rasional.

"Cape gak?"

"Apaan sih, baru lima menit jalan juga," manik rubah Wonwoo merotasi jengah. "Jangan lebay, Elang."

Mingyu terkekeh pelan menanggapi. Kemudian ia menautkan jemari besarnya bersama jemari lentik milik Wonwoo. Mereka saling menikmati semilir angin dan letupan kecil yang berasal dari jantung keduanya. Tautan tangan yang menghantarkan sengatan listrik menyenangkan.

Sepanjang perjalanan, Mingyu terus saja mengajak Wonwoo bercengkerama. Terkadang ia menanyakan perihal tentang kesehatan janin dalam perut Wonwoo, menanyakan keadaan Wonwoo selama ia tak berada disisi pria manis itu, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Intinya, sore ini Mingyu sangat banyak bicara. Bawel. Sampai Wonwoo rasanya ingin menutupi mulut Mingyu menggunakan lakban.

"Kamu laper gak, Nu? Kalo laper kita cari makan dulu mau?" tanya Mingyu.

Dumb Litty » Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang