*******
Beberapa hari setelah acara 'makan-makan' di Permata, Aeon kembali 'kumpul-kumpul' dengan kedua kawannya. Kali ini sekedar ngopi dan bersantai. Nothing special. Aeon sering duduk bersama dengan kedua kawan karibnya itu. Hanya itu yang dapat dilakukannya di sela-sela kesibukan. Duduk bersama dan berbincang mengenai banyak hal.
"Oi, orang pu bapa. Ko ikut kah tra?" seru seorang pemuda di smartphone Aeon.
"Yo, orang pu paitua. Sa menuju," jawab Aeon.
Aeon membuka pintu pagar rumahnya yang sederhana. Hanya sebuah rumah yang dibelinya dengan KPR di kompleks perumahan Graha Marina Swavenia. Rumah sederhana dengan garasi dan carport. Dinding rumah berwarna abu-abu terang dengan taman kecil yang tertata dengan baik di halamannya. Teras yang tertata rapih satu set kursi kayu dan meja, sebagai tempat menerima tamu sekaligus bersantai.
Sebuah sedan abu-abu keluar dari rumah sederhana itu. Aeon turun dari kursi pengemudi, menutup pintu pagar dan masuk kembali ke dalam mobil itu. Kemudian ia melesatkan sedan abu-abu itu meluncur, mengejar mentari senja yang mulai pamitan. Sedan itu, sedan yang sama dengan yang seminggu lalu 'menari' menuruni jalan Gunung Salju saat hari mulai larut. Melakukan drifting dengan presisi di tengah gelap jalanan menurun. Kali ini meluncur dengan santai menuju suatu kafe kecil di pinggir tikungan Jalan Gunung Salju, pada pertengahan bukit.
Cefiro abu-abu itu parkir di antara Toyota Corolla DX KE-70 biru dan Mitsubishi Lancer EX hitam. Setibanya di kafe tempat mereka biasa bersantai.
"Boooo lama sampe. 'Main sabun dulu' kah? Hahahaha!" sapa pemilik Lancer.
"Setan ko! Sa baru pulang kantor." gerutu Aeon.
"Sendiri?" sambung pemilik Lancer.
"Sama angin! Habis sa buru-buru mo ketemu 'tuyul pu telur'," jawab Aeon, ketus. Sambil menatap lawan bicaranya
"Ko pikir sa lahir dari bangsat kecil tukang curi uang, kah? Tolong e!" balasnya.
"Baru ipar mana?" lanjutnya
"Stop bahas sudah, Iblis!" balas Aeon. Gelak tawa pemilik Lancer pecah seketika.
Yonatan Huninhatu, pengendara Mitsubishi Lancer EX berwarna hitam yang terparkir. Pemuda berdarah Maluku seumuran Aeon itu, dulu adalah kawan satu tim KKN Aeon. Tubuhnya agak kurus dan sedikit lebih pendek. Berbeda sekitar 7 cm dengan Aeon yang tinggi badannya 180 cm. Dengan kulit hitam manis, senyum menawan dan rambut ikal kecoklatan yang selalu diberi pomade.
Dia seorang pengusaha gadget dan smartphone yang sukses di Manokwari. Flamboyan, 'necis', dan stylish, kumis tipis, rambut rapi dan selalu wangi. Gayanya itu selalu berhasil mempesona banyak wanita cantik. Sifatnya yang sedikit 'genit' dan suka menggoda wanita, adalah salah satu yang paling menonjol.
"Ehmmh! Sebentar ee. 'Ibu negara' telfon," katanya sambil merogoh smartphone di saku dan berdiri menjauh.
"Yo! Angkat biar negara jang berantakan," timpal pemilik Corolla.
Theodore Rumar, Pemuda berdarah Biak - Manado berumur 31 tahun. Berpostur lebih kekar dengan tinggi badan hampir sama dengan Yonatan. Tenang, dewasa dan berkarisma, pandai, jujur dan punya kemampuan yang tak diragukan. Kedudukan tinggi di instansi tempatnya bekerja adalah pantas baginya.
Selain itu, dia pemilik bengkel mobil dengan pelayanan terlengkap, MKW Mech. Mulai dari ganti oli sampai tuning, dilayani oleh bengkelnya. Seringkali, dia sendiri yang turun tangan. Dia selalu mengendarai Toyota Corolla DX KE-70 berwarna biru yang dimodifikasi dengan gaya "sleeper". Sedan kotak ceper 'tua' yang dibuat agar terlihat tua, tetapi menyimpan banyak kejutan di bawah kap mesinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosenku drifter?
Hành độngApa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata 'dosen' ? Seorang terpelajar, berwibawa, cerdas, disiplin, hidup dalam lingkungan kampus, mengajar mahasiswa dan membimbing skripsi, juga melakukan penelitian. Jauh dari kriminalitas dan kehidupan...