*******
Seperti biasa saat awal hari kerja pada minggu yang baru, Aeon menuju ke Fakultas Kehutanan, tempatnya bertugas sebagai dosen. Pikirannya masih penuh dengan pertanyaan dan ide-ide untuk menangkap 'Si Penguntit'. Dosen itu tidak menyangka seorang gadis misterius, berhasil membuat hubungannya dengan Lina renggang.
Berkali-kali dosen muda itu memuntir gas tunggangannya dengan agresif. Kendaraan roda dua modifikasi itu menelusuri aspal utama kota Manokwari dengan kecepatan tinggi. Menyalip kendaraan lain dengan cepat dan 'ugal'. Beberapa kali mengangkat roda depan sambil menambah kecepatan. Semakin kacau pikiran Aeon, semakin 'gila' permainan gas dan manuvernya di atas roda dua.
Tak berapa lama, Aeon telah tiba di tempat tujuan. Otot rahangnya menegang di balik helm fullface yang dipakai. Mencoba menahan gejolak emosi yang bergulung liar seperti ombak di Pantai Amban. Ingin sekali dilampiaskan pada sesuatu, tetapi dia menahan dengan sekuat tenaga. Dia tetap harus menjunjung tinggi profesionalisme sebagai seorang tenaga pengajar.
Aeon menurunkan standar samping MT-25 berwarna biru hitam, memarkirkan di tempat parkiran dosen. Dia turun dan berjalan perlahan menuju ruang kerjanya. Sambil melepas sarung tangan yang dipakai, dosen itu membuka pintu ruang kerja.
"Pagi," sapa Aeon sambil melepaskan helm.
Tidak ada jawaban. Padahal, ada Lina di dalam ruangan kerja. Gadis itu biasanya selalu akan menyapa dengan gembira disertai senyum manis. Kadangkala memberi pelukan hangat tanpa diduga-duga. Aeon menyadari ada hal buruk yang sudah terjadi.
Aeon baru akan bertanya pada Lina ketika alarm arlojinya berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 7.40 pagi, dan hanya tersisa 5 menit waktu untuk masuk kelas. Dosen muda itu menoleh dengan enggan dan bingung pada gadis yang sedang duduk di depan laptop. Gadis itu nampak dingin dan tatapannya dipenuhi kekesalan dan kekecewaan.
"Lina, sa ke kelas dulu ee?" ucap Aeon lembut.
Lina tidak merespon dan terus menatap laptop dihadapannya. Aeon menghembuskan napas perlahan, kemudian bergegas menuju ke ruang kuliah dengan membawa dua buah amplop coklat bersamanya.
***
"Pagi..." sapa Aeon pada para mahasiswa semester 3.
"Pagi Kaka!" balas mereka.
"Hari ini UTS!" kata Aeon.
Kali ini ekspresinya datar dan tidak menyenangkan, tidak seperti biasanya. Walaupun sebenarnya, UTS mata kuliah memangdijadwalkan pada hari itu. Semua mahasiswa kehilangan semangat. Dosen yang biasanya ceria dan penuh energi, kini dingin, datar, dan 'irit' kata-kata.
Ketua kelas segera memimpin doa, setelah melihat raut wajah Aeon yang tidak ceria. Dengan tatapan mata tajam, Aeon menelusuri seisi kelas dan terpaku pada satu-satunya mahasiwi berkacamata di kelas itu. Ya! Livi.
"Terima kasih," ujar Aeon.
Setelah ketua kelas menyelesaikan doa, dia segera membagikan soal ujian dan absensi yang dibawa Aeon. Dosen itu tidak memberikan candaan ringan saat mengawali kelas. Bahkan senyum 'sumringah' yang membangkitkan semangat seperti biasanya. Atmosfer kelas terasa mencekam. Beberapa mahasiswi nampak sedikit ketakutan.
UTS berjalan dengan tegang. Tidak ada satupun mahasiswa yang melakukan gerakan mencurigakan. Padahal, Aeon sama sekali tidak meminta mereka mengumpulkan smartphone, buku, materi-materi kuliah, ataupun tas mereka. Karena biasanya benda-benda tersebut sudah disisipi beragam jenis contekan dan kisi-kisi jawaban. Semuanya diselimuti aura ketakutan.
Setelah waktu UTS berakhir, semua mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban soal UTS mereka. Semuanya terkecuali Livi. Saat seluruh kelas sudah kosong, Livi baru membereskan barang-barangnya dan memakai helm. Kemudian, membawa lembar jawabannya ke depan Aeon. Dibantingya lembar jawaban itu di hadapan Aeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosenku drifter?
ActionApa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata 'dosen' ? Seorang terpelajar, berwibawa, cerdas, disiplin, hidup dalam lingkungan kampus, mengajar mahasiswa dan membimbing skripsi, juga melakukan penelitian. Jauh dari kriminalitas dan kehidupan...