Bara Api!

40 4 0
                                    

*******

Para anggota Trident dan pimpinan Hill King berkumpul di rumah Aeon malam itu. Awalnya semua penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi. Segera setelah Vino membuka informasi, seluruh anggota Trident nampak terkejut dan tidak percaya.

"Polisi sekarang buru kitorang!" kata Vino.

"Oke oke, sabar! Jelaskan baik-baik coba!" kata Yonatan.

"Ada yang baku kejar deng polisi. Karena ketahuan main di Bembab," sambung Rila.

"Oke begini. Itu dari Hill King kah bukan?" tanya Aeon.

"Sa harap bisa bilang itu bukan anak Hill King. Tapi, memang empat orang itu anak Hill King jadi. Mo bagaimana?" Stevy menerangkan.

Aeon nampak kecewa dan kesal, pula Yonatan dan Theo. Ketiga gadis Trident terlihat kesal dan geram. Mereka seperti ingin menghajar keempat orang ini dengan tangan mereka sendiri.

"Kasih dong empat pu nomor. Biar sa langsung tanya dorang," ucap Aeon.

"Bos, jangan sudah! Biar sa yang urus sudah, Bos!" kata Riko.

"Bos, biar tong dua Riko yang urus sudah. Jang Bos yang turun tangan," kata Stevy dengan nada memohon.

"Yo sudah! Tapi, tetap kasih sa dorang empat pu nomor. Kalo ketahuan mengacau lagi dong siap-siap saja," kata Aeon.

Keesokan paginya, para pimpinan Hill King bertolak kembali ke Manokwari Selatan. Rila selalu memeluk dan mencium mesra Aeon saat berpamitan. Hal itu seperti mulai menjadi kebiasaannya.

"Sayang, tolong kirim rincian mobil empat orang itu ee? Sa tunggu," bisik Aeon saat memeluk Rila.

"Sayang?" Rila melihat Aeon dengan pandangan ragu.

"Tolong! Kalo boleh sama nomor hapenya" bisik Aeon. Rila hanya mengangguk menyetujui.

Segera setelah para pimpinan Hill King tiba di Manokwari Selatan, Rila mengirimkan rincian mobil keempat orang yang mereka perbincangkan semalam. Aeon memperhatikan rincian mobil keempat orang itu. Kemudian informasi dibagikan pada anggota Trident yang lainnya.

"Ko ada rencana to?" tanya Yonatan di telepon kemudian.

"Ide saja. Belum rencana," jawab Aeon.

"Kalo mo bilang sa ikut 'main', sabar dulu ee. Sa mau ganti mesin dulu," lanjut Yonatan.

"Yo! Yang lain juga su bilang mau ikut. Tapi, nanti lihat dulu lah," sambung Aeon sebelum panggilan telepon ditutup.

***

Malam hari, setelah Aeon kembali ke rumah dari pekerjaannya. Lelaki itu nampak memutar kedua bola mata sambil mengerutkan dahi. Dia sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Kemudian, setelah selesai memasak makan malam, diapun duduk di dalam kamarnya. Jari-jarinya nampak mengetik sesuatu pada smartphone. Kemudian kembali ke ruang tengah untuk makan malam.

Setelah keluar dari kamar mandi dengan handuk menutupi bahu, dia memeriksa smartphone. Nampak notifikasi satu pesan teks baru dari seorang bernama 'Zul'. Aeon segera membuka pesan itu, lalu duduk dan membalas pesan.

Zul

+62852xxxxxxxx

Mlm, ini dgn Zul kah?

Iy, z zndr. Ini zp eh?

Sa dgr ko pny S2000.

Ko jual kah?

Dosenku drifter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang