Ancaman Silvia

49 4 2
                                    

*******

Setelah Aeon tiba di ruangan, langsung dari Mansel, Lina sudah menunggu. Tapi, sikap Lina aneh. Saat Aeon duduk di meja, Lina memperhatikan pipi Aeon terus-menerus. Bekas ciuman Rila masih menempel disana. Lina menatap dengan curiga.

"Tadi ada mahasiswa yang cari," kata Lina.

"Sa su kasih ko nomor ke dia," sambungnya.

"Makasih Lina," balas Aeon.

"Sapa cium ko pagi-pagi? Ko pu cewe orang Bali itu?" tanya Lina dengan ketus. Raut cemburu sangat jelas di wajahnya.

"Oh. Ini? Sa pu teman. Ucapan terima kasih," kata Aeon.

Seperti yang sudah-sudah, Aeon tidak akan mengatakan semuanya pada Lina. Lelaki itu tidak berbohong, tetapi memilih diam dan tidak mau terlalu terbuka pada orang lain. Terkecuali, pada beberapa orang yang sangat dekat dengannya. Smartphone Aeon berbunyi. Satu panggilan masuk dari nomor yang tidak disimpannya.

"Selamat siang, Bapa. Maaf Bapa, ini betul Bapa Ae... Aee..." suara pria di ujung telepon.

"Aeon Wijaya? Yoo, sa sendiri. Bagaimana?" jawab Aeon.

"Saya Mika, Bapa. Sa angkatan 2020. Sa mau konsultasi skripsi, Bapa," sambung lelaki muda itu.

"Oke. Ko skarang di?" tanya Aeon.

"Sa di ruang kuliah, Bapa," jawabnya.

"Kalo mau, sa tunggu skarang di depan laboratorium," jawab Aeon.

"Baik, Bapa. Sa ke situ skarang," jawabnya.

"Siiip! Sa pake kaos kerah abu-abu ee," sambung Aeon.

Aeon keluar segera ke halaman gedung laboratorium. Semenit lewat, seorang mahasiswa berkulit coklat menghampiri.

"Siang Bapa," sapanya.

"Siang! Mika, kah?" tanya Aeon.

"Iya Bapa," jawab Mika.

"Mari! Duduk dulu." Aeon membersihkan tempat duduk dari beton berlapis ubin di sebelahnya untuk Mika.

"Jadi, bagaimana?" tanya Aeon.

"Begini, Bapa. Untuk sa pu skripsi, sa mau bikin semacam kompor yang bisa dipake masyarakat di kampung begitu, Bapa. Jadi nanti itu pake kayu, briket, pelet, ato daun kering begitu. Sa tadi su tanya Ibu Lina, ibu Lina bilang sa ke bapa saja. Katanya kalo bikin-bikin alat, bapa yang lebih paham." Mika menerangkan.

"Ooo begitu. Menarik ini," lanjut Aeon.

Keduanya berbincang dengan serius dan nampak larut dalam diskusi. Sudah terlewat satu jam dari waktu diskusi awal mereka. Setelah itu, keduanya bangkit dan tersenyum dan nampak ceria. Sepertinya ada keputusan menarik yang mereka hasilkan dari diskusi mereka itu.

"Oke, Mika ko pu nama lengkap?" tanya Aeon.

"Mika Ainusi, Bapa," jawabnya.

Ekspresi Aeon sedikit berubah setelah mendengar nama lengkap Mika. Dahinya sedikit berkerut. Tatapan mata santainya berubah serius.

"Ko dari Mansel?" tanya Aeon.

"Iya, Bapa. Sa di Ransiki kota," jawab Mika.

"Ko kenal Jose? Jose Ainusi?" tanya Aeon.

"Itu sa pu kaka laki-laki kandung, Bapa. Da di Teknik Migas." Mika nampak terkejut.

"Iyo kah? Andalan!" sambung Aeon.

"Bapa tau sa pu kaka?" tanya Mika.

"Ada bateman deng sa di FB," jawab Aeon.

"Oooh iyo, Bapa." Mika hanya mengangguk-angguk.

Dosenku drifter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang