Gadis-gadis Wankel

103 10 3
                                    

Hari sudah berganti, rutinitas Aeon dijalankannya seperti biasa. Karena tidak ada jam mengajar, dia berkutat di wood workshop sejak pagi. Merawat dan memperbaiki peralatan woodworking yang ada di workshop itu. Sudah tugasnya sejak masih menjadi asisten dosen dulu. Memastikan peralatan di workshop berfungsi dan dapat digunakan sewaktu-waktu

Setelah selesai dengan pekerjaannya, dia melepaskan ketelpak yang dipakai. Punggungnya yang lebar dan berotot, basah oleh keringat, membuatnya nampak semakin gagah. Aeon hanya memakai celana panjang dibalik ketelpak. Sementara kemejanya pasti dilepaskan dan diletakkan di atas meja kerja. Dari belakangnya, seorang gadis datang dan menepuk punggung berotot itu dengan keras.

"Bau! Pergi mandi sana!" kata gadis itu sambil berlalu ke dalam ruang kerja setelah menepuk punggung Aeon.

Sekalipun bekas pukulan itu terasa perih, Aeon tidak dapat memarahi gadis itu. Ada sesuatu yang spesial diantara mereka berdua. Setelah mengeringkan keringatnya, dia memakai kaus ganti yang dibawa sebelum masuk ke dalam ruang kerja.

Dosen muda itu masuk ruang kerja dan duduk di meja kerjanya. Bersebelahan dengan mejanya, adalah meja kerja Lina Silalahi. Gadis manis dengan rambut lembut sepinggang, berumur 30 tahun. Gadis yang tadi menepuk punggungnya dengan keras hingga berbunyi seperti tamparan.

Lina memutar kursi mengarah pada Aeon, "Eon! Katanya ko ada ikut balap liar?"

Aeon tersedak dan terbatuk seketika. Susu hangat yang sedang diteguknya, 'muncrat' lewat hidung. Mukanya masam menahan perih.

"Oh My God! Gimana tadi Lina? Balap apa?" Aeon memegangi hidungnya.

"Sa dengar dari seseorang. Pokoknya da bilang ko balap liar kemarin malam!" Lina terdengar sangat yakin.

"Balap apa ee? Sa saja di rumah semalaman. Periksa kuis-kuis sama bikin laporan riset sampe jam 3," bantah Aeon.

"Jang tipu-tipu! Pokoknya katanya ko kemarin malam balap mobil lawan orang yang bikin ribut di kafe. Katanya ko bilang begini sama orang itu, 'Buktikan saja di sini! Tra usah bicara tinggi!'," balas Lina.

"Mampos! Kampret sapa yang dapa liat sa lagi ini! Bangke!" umpat Aeon dalam hati.

"Ahh! Sa mana mungkin bilang begitu? Lagipula sa kan tra pu mobil. Ko kan tau sendiri," kata Aeon.

"Iyoo juga sih. Mungkin da salah liat orang. Ah, udahlah!" Lina kembali menyibukkan diri dengan laptop-nya.

"Huuuuuh.... Selamat!" Hati Aeon lega.

Lina Silalahi, teman seangkatan Aeon sewaktu kuliah sarjana. Datang langsung dari Medan untuk berkuliah di Manokwari. Tubuhnya mungil, kulitnya bersih dan halus. Rambutnya lurus dan lembut, panjang sepinggang. Kacamata minus berbingkai kotak dan tahi lalat di atas bibirnya yang tipis. Postur tubuh mungil dan gaya sehari-harinya yang sederhana, ditambah lagi rambut panjangnya yang selalu dikuncir ekor kuda membuatnya sangat manis. Aeon tak akan pernah bosan memandang rekan seangkatannya itu.

Sifat dasarnnya yang tegas, itulah yang membuat Aeon sangat menyukainya. Tetapi, di depan Aeon Lina bisa berubah menjadi sosok gadis manja yang selalu bisa membuat Aeon luluh. Bahkan, hal ini semakin membuat Aeon tak mampu berkata-kata. Hanya bisa menuruti hampir semua permintaan Lina padanya.

"Eon? Nanti, antar pulang e?" Lina memohon manja.

"Boleh... Tapi polo e? " Aeon menggoda dan menaikkan alis mata berulang.

"Yeee! Makanya cari pacar biar ada yang polo," balas Lina.

"Nanti ko cemburu lagi." Aeon berkedip genit.

Dosenku drifter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang