Dua Puluh Tiga

15 0 0
                                    

Happy Reading!!!

Hanya suara tangisan yang terdengar di dalam kamar Kayla saat itu. Arya menghampiri, Kayla hanya duduk di dekat jendela sambil memandang lampu lampu.
"Dek.. udahh" Arya memeluk Kayla dari belakang.
"Kak gue ngga kuat--" Kayla menangis lagi di pelukan Arya.
"Tenang aja dek, gua bakalan selalu ada di sisi Lo".

***
"Punya duit ngga lo?" Tanya Alvaro kepada Reza sambil memegangi sekaleng minuman soda.
"Hah apa gue ga denger" Jawab Reza sambil pura pura menutup telinganya.
"Ck, please ya jaa tolooong" Alvaro memohon kepada Reza sambil memperagakan puppy eyes nya.
Reza tak menjawab, ia hanya memberikan selembaran uang 50han.
"Thanks sob, gue balik dulu" kata Alvaro yang kemudian meninggalkan Reza di warung itu.

"Alva pulang..." Alvaro memasuki rumah dengan sangat hati hati karna khawatir menganggu keluarga.
"Dari mana lu" tanya seseorang dengan dingin.
"A..abis--"
"Maen Mulu kerjaan Lo! Setiap libur, setiap balik maen Mulu"
Alvaro hanya diam, tidak menggubris dan melanjutkan jalannya ke dalam kamar, tiba tiba gelas kaca itu terlempar ke kepala Alvaro, cairan kental itu langsung keluar dari kepalanya ia menghentikan langkahnya perlahan sampul mengusap pelan belakang kepalanya dan cairan itu semakin banyak. Alvaro membalikan badannya, matanya merah menahan nangis, kepalanya terasa sakit dan perih. Pandangannya mulai kabur, tubuhnya melemas, ia terjatuh dan semua menjadi buram.

***
"Nak.." suara lembut itu keluar dari bibir Yulisa.
Alvaro membuka matanya perlahan, "ini dimana?" Tanya nya sambil melihat sekeliling.
"Ini di klinik nak, maaf ibu tadi nggak di rumah dan nggak ada yang bela kamu" Yulisa menitihkan air matanya sambil memegangi tangan anaknya itu. Alvaro perlahan bangkit dari tidurnya, ia duduk sembari mengelus elus punggung ibunya.
"Sekarang bapak dimana?"
"Bapak di rumah, kamu jangan dlu pulang ke rumah ya? Ibu khawatir. Kepala kamu bocor, jadi malem ini kita tinggal di rumah Tante Mira dulu ya?"
Alvaro hanya menangguk, ia memegangi lukanya itu. "Orang gila itu emang udah harus masuk rumah sakit jiwa"

***
Pagi ini Kayla di antar Arya menggunakan mobil ke sekolahnya, sama saja seperti biasanya, bertemu teman teman dan belajar seperti biasa.
"Baik baik ya Kay" Kata Arya sambil membelai rambut Kayla.
Kayla hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian Kayla memasuki sekolah sambil membawa kopernya, ia sudah janjian dengan Sarah bahwa selama 3 Minggu ia takkan pulang ke rumah.

"Good Morning!!!" Sapa Sarah dengan semangat.
"Morning too sar" jawab Kayla tidak semangat.
"Kay, jangan murung gitu dong, jadi kan Minggu ini nginep di rumah gue?" Tanya Sarah sambil merangkul Kayla.
"Jadi Sar, sebentar ya sar, gue sedih banget"
"Kalau Lo ngga kuat, Lo cerita aja Kay. Kalau mau nangis juga gapapa biar Lo ngga ada beban. Tapi kalau lo belum mau cerita gapapa kok gue bakalan nunggu" kata Sarah sambil menepuk nepuk pelan bahu Kayla.
Kayla hanya membalas dengan senyuman.
Setelah merapihkan pakaian, Kayla langsung bergegas masuk ke dalam kelas dan pelajaran langsung di mulai.

Seperti biasanya kegiatan kelompok yang di lakukan oleh murid-murid selama jam pelajaran. Selang 2 jam pelajaran, kemudian di gantikan menjadi Bel istirahat. Kayla keluar kelas sambil membawa tempat minumnya, duduk di gazebo sambil melamun.

***
Di sisi lain, seorang siswa SMA tengah berdiri di rumah yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Demi menuntut sebuah keadilan untuk dirinya dan ibunya. Alvaro, berdiri di depan rumah megah itu, terdengar suara mobil yang sedang di panaskan. Perlahan pagar rumah itu di buka, memperlihatkan mobil putih Alpard yang sedang di panaskan.

"Sialan, ngapain anak itu di sana?" Umpat Soni- Ayah Alvaro dalam hatinya. Diandra, menatap bingung Alvaro. Baru saja Diandra ingin bertanya namun Soni membuka mobilnya dan turun.
"Ada apa?" Tanya nya dengan suara dingin.
"Seperti biasa"
"Terus terusan menuntut keadilan?"
"Bukan ayah" jawab Alvaro santai sambil mendekati Soni.
"Lalu? Kurang uang? Apa tak cukup selama ini ayah membiayai dan menyekolahkan kamu di SMA sebagus itu?" Kata Soni dengan sangat sombong.
"Alva nggak butuh uang yah, Alva cuma butuh ayah, kembali!" jawab Alvaro sambil menambah sedikit penekanan.
"Lagi lagi, membuang buang waktu, sudah ambil ini" Soni yang menyodorkan Amplop berwarna coklat, yang berisikan uang ratusan ribu.
"ALVA NGGA BUTUH INI!" Alva menepis amplop itu, "YANG ALVA BUTUH TUH CUMA AY--" omongan Alvaro terputus saat Soni yang langsung naik mobil dan tidak menghiraukan apapun. Dan ia sama sekali tidak perduli mengapa kepala Alvaro di perban. Mobil di jalankan dan Alvaro hanya menahan tangisnya.

Alvaro kembali ke sekolah sambil mengendarai motor Vespanya. Sepanjang perjalanan ia terus menarik nafas supaya ia bisa tenang, ia sangat sakit hati. Semenjak kepergian adiknya, ayahnya malah semakin berulah. Sampai di sekolah Alvaro tidak masuk kelas, ia langsung menuju suatu tempat yang membuat dirinya lebih baik. UKS sekolah.

Ia memejamkan matanya, "hanya lima belas menit, ku mohon, aku lelah" gumam nya dalam hati. Tak terasa ternyata ia telah menghabiskan waktu sangat lama untuk tidur di UKS, hingga pukul 16:27, ia terbangun. Keluar dari ruangan itu dan melihat langit sudah jingga. Alvaro mengambil tas dan berjalan menuju asrama. Saat sedang berjalan, tiba tiba ia melihat seorang di dalam ruang musik.

"Duh gue merinding ada cewe nanyi nanyi sore sore gini, mana rambutnya panjang" batin Alvaro dalam hatinya, saat ia melirik ke ruang musik.
Dan ternyata..

-bersambung-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang