Dua Puluh Satu

26 2 0
                                    

Happy reading!!!

-PROMISE-

***

Ke esokan Harinya, di pagi hari yang cerah. Kedua lelaki ini sedang memandangi gadis kecil yang tertidur pulas di kasurnya itu.

"Kita siram aja?"
"Ide bagus"

***

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA KAK ARYAAAAA!!!!!!!!!!!" Kayla berteriak sontak membuat si bibi terkejut.
"Eh mas Arya, kok adiknya di siram?"
"Biarin aja bi" Kata Arya dengan santai, si bibi membawakan Handuk kering dan "biar saja aja bisa" Alvaro mengambil handuk berwarna kuning dan memakaikannya kepada Kayla.
"Ini semua ide kakak kamu Kay" Alvaro berbisik di telinga Kayla.
"Ini hukuman. Masa perempuan siang banget sih bangunnya?"
"Jahat banget." Kayla memalingkan wajahnya tidak mau melihat kakak nya itu.
Arya hanya berlalu begitu saja sambil menahan tawanya.
"Al, kamu kok mau sih bantuin Kak Arya" kini Kayla memarahi Alvaro karna mau menuruti ide jahil dari kakaknya itu.
"Emm kenapa ya? Seru aja"
"Ih nyebelin banget sih!" Kayla memukul mukul bahu Alvaro dan Alvaro tetap tertawa.
Kayla bangkit dan masuk kamarnya.

Alvaro masuk ke ruang keluarga, menghampiri Arya yang sibuk menyiapkan PlayStation dan mengeluarkan beberapa kaset.

"Kak, gimana dong Kayla dia ngambek"
"Biarin aja, nanti juga membaik"
"Emang udah sering di gituin?"
"Dari dia SMP, cuma karna SMA gue Ama dia kepisah jadi dia kebiasaan bangun siang"
"Ohh gitu, udah kaya wajib militer aja"
"Hahaha"

Tak lama Kayla turun dari tangga, ia memakai celana pendek selutut berwarna pink muda, kaos tangan pendek berwarna abu abu, dengan rambut yang masih basah.

"Tuan putri udah mandi?" Tanya Alvaro yang masih tertawa mengingat kejadian tadi. Bagaimana tidak, dengan keadaan Kayla yang masih tertidur, Kayla di angkat ke halaman belakang, di dudukan di kursi kayu dan di Sebor pakai air.
"Kepo banget!" jawab Kayla ketus. Ia kemudian duduk di sofa putih sambil memainkan ponselnya.
"Lo udah siap?" Tanya Arya yang memberikan stik PlayStation.
"Siap!" Jawab Alvaro dengan sungguh percaya diri.
"Kita main mortal combat. Kalau Lo kalah, Lo gaboleh bawa Ade gue keluar rumah." Ucap Arya dengan penuh ketegasan. Merasa ada yang menyebut, Kayla bersuara. "Maksudnya? Gue bahan taruhan?"
"Diem!" Ucap Alvaro dan Arya bersamaan. Kayla diam. Dan mereka main PlayStation.

20 menit terlewatkan, Kayla yang bosan ia memilih membaca novel dan mendengarkan lagu.

"Shit! Gue kalah." Arya mengeluh.
"Anjrit! Gue menang yes"
Alvaro refleks naik ke atas sofa dan memeluk Kayla.
"Heh suruh siapa peluk peluk Ade gue" Alvaro yang menyadari itu langsung melepaskan pelukan.
"Yaudah, Lo ajak Ade gue, asalkan jagain dia gaboleh lecet sedikitpun, gaboleh kotor dan pulang gak boleh lebih dari jam 8." Kata Arya yang dengan penuh ketegasan.
"Siap komandan!"
"Ayo Kay kita jalan"
"Aku ganti baju dulu" kata Kayla langsung melepaskan earphone nya.
"Eh gausah, eh tapi ganti aja, jangan pake celana pendek ya? Soalnya aku gamau kamu jadi pusat perhatian cowok cowok lain"
"Bawel" Kata Kayla yang berjalan menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

Setelah ganti baju, Kayla keluar dengan mengenakan celana jeans yang di gulung, dan kaos tangan pendek berwarna hitam bertuliskan "We Young". Dan mengikat rambutnya seperti biasa, memakai sepatu Converse berwarna biru Dongker dan mengikat jaket berwarna abu abu di pinggangnya.

"Ayo"
"Kak gue berangkat dulu ya" Kayla memeluk Arya.
"Eh sebentar Kay" kata Arya, kemudian menunjuk pipinya.
"Kebiasaan" Kayla mencium dengan lembut pipinya Arya. Alvaro hanya bisa menatap itu dengan perasaan"aku juga mau"
"Hati hati ya" kata Arya tersenyum. "Iyaaaa" Kayla pergi keluar rumah yang di antar oleh Arya sampai depan pintu rumah.

Kayla memakai helm dan menaiki motor Vespa Alvaro, Kayla yang melambaikan tangan, dan Arya membalasnya.

"Kay harus banget ya kamu cium Kaka kamu kaya gitu?" Alvaro memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Eh emang kenapa? Kamu cemburu?" Ledek Kayla.
"Enggak kok."
"Tapi emang aku dari kecil kayak gitu kalau mau pergi  Harus kiss dulu katanya"
"Sampe kamu punya suami nanti? Sampe kak Arya punya istri?"
"Ya engga lahh"
"Aku juga mau Kay"
"Hah? Mau apa?"
"Enggak, ngga mau apa apa"
"Bego, bego bego lu Alvaro" Alvaro menggerutu dalam hatinya.

Sesampainya mereka di suatu tempat, yang sangat banyak buku buku dimana mana. Tumpukan buku di mana mana, aroma buku yang sangat Kayla suka.

"Ini bazar buku"
"Kamu tau aku suka baca buku?"
"Kamu inget ngga? Waktu pertama kalinya kita ketemu di luar sekolah? Aku pertama kalinya lihat kamu keluar dari toko buku. Mungkin di bazar ini, harga bukunya nggak terlalu mahal" jelas Alvaro panjang lebar.
"Ohh gitu" Kayla ber-oh ria sambil melihat sekeliling
"Kamu suka?".
Kayla menatap wajah Alvaro "suka banget"

***

Diandra Christy.

Kini, ia yang sedang berdiri di depan gedung sekolahnya, masih mengenakan seragam sambil terus menelepon "pak Yudi" Seorang supir yang senantiasa menjemput. Namun baru hari ini, ia sangat susah di hubungi.

"Tin tin tin" Suara motor itu sangat menganggu. Diandra membalikan badan dan menatap seseorang, di motor matic itu, sambil berfikir "siapa sih? Dia?"
Tiba tiba
"Hei!" Reza membuka kaca helmnya.
"Ck" Diandra memutar bola matanya sambil mendengus kasar.
"Kenapa sih? Ga seneng banget ya gue hadir di hadapan Lo?"

"Iiiih siapa tuhh ganteng banget"
"Aaaa kyut banget mukanya"
"Parah sih kaya selebgram! Tapi siapa ya lupa"
"Eh minta foto yu!!"
"Eh dia jemput siapa ya?!!"
"Mau banget dong di jemput"

Terlihat di sebelah kiri Diandra, sekumpulan perempuan perempuan muda sedang berkumpul dan tergila gila melihat Reza, sesekali bunyi suara "cekrek" terdengar.

"Tuh kan gue ganteng" Reza mulai percaya diri tingkat tinggi.
"PD banget sih Lo!"
" Ya emang ia, liat tuh udah pada ngantri" ucap Reza yang masih sedikit sombong. "Hay cantik" Reza menyapa segerombolan gadis gadis itu dan mereka langsung teriak histeris.
"Terserah Lo aja"
"Eh gue bawa sesuatu" Reza mengeluarkan kotak berwarna putih dan Diandra memperhatikan.
"Apaan tu?"
"Kepo banget si cantik"
"Paansi! Geli tau ga"
"Geli? Emang gue kelitikin?"
"Bodo amat ya."
Reza mengeluarkan apa isi dalam kotak itu, ia mengeluarkan sebuah gelang dengan motif Bintang Bintang.
Reza menarik tangan kanan Diandra. Diandra tidak menolak, ia seperti tidak di berikan kekuatan untuk menolak Reza.
"Nah, bagus kan?" Kata Reza yang masih memandang gelang itu. Diandra tersenyum sedikit "Lo suka?" Tanya Reza. Dan Diandra hanya mengangguk.
"Gue kasih bintang karena Lo bersinar kaya Bintang" Ucap Reza sambil tersenyum.

-bersambung-

Vote dan comment gaise!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang