Sembilan Belas

28 3 0
                                    

Happy reading!!!

-PROMISE-

***

"Kay" panggil orang itu.
"Eh Alva!" Jawab Kayla semangat.
"Kak gue udah di jemput duluan ya" kata Kayla sambil berlari menuju motor Vespa Alvaro.
"Yaudah tiati"

Setelah itu Arya dan Marisa pergi dengan mobil yang Arya bawa.
Kayla berdiri di depan motor Alvaro.

"Lo mau ngajak kemana sih Al?" Tanya Kayla kebingungan.
"Ada deh, ini Lo pake helm nya" Kata Alvaro sambil menyodorkan Helm yang berwarna merah muda yang bertulisan "Girl", sedangkan Helm yang Alvaro berwarna biru dan ada tulisan "Boy"
"Apaan ni? Couple maksutnya?" Ledek Kayla.
"Ahaha tau aja Lo"

Alvaro memakaikan Kayla Helm itu kemudian Kayla naik ke motor Vespa Alvaro.

"Siap tuan putri?"
"Siap kapten!"
"Berangkaaat"

Mereka berjalan jalan, menyusuri jalanan Jakarta yang sangat padat seperti biasanya. Debu, macet, panas, suara klakson kalimat itu  sudah lengkap untuk menggambarkan keadaan kota itu.

"Lo sebenernya mau bawa gue kemana sih?" Tanya Kayla yang masih penasaran.
"Ke bulaaaaaan"
"Bulan?"
"Iya dong"
"Kan jauh Al, gue gabawa baju gabawa bekel, gabawa uang"
"Gapapa"
"Tapi jauh"
"Gapapa biar pulang nya lama, biar lama sama Lo nya"
"Bisa aja!!!"
"Hahahaha"

"Em Kay"
"Ia Al?"
"Kayanya gajadi ke bulan deh"
"Kemana dong?"
"Ke matahari"
"Lah panas dong?"
"Selagi sama Lo sama gue bakalan tetep adem kok"
"Bisa aja!!!"
"Hahaha"

Kurang lebih itu percakapan gak jelas dari dua orang yang sedang jatuh cinta ini. Alvaro mengendarai motor nya mengarah ke sebuah bangunan yang nampak sepi dan tidak terawat.

Setelah sampai di 'rooftop' Alvaro memarkirkan motornya. Suasana di Jakarta saat itu sudah sore, perlahan Matahari mulai tenggelam dan memperlihatkan senja yang sangat indah.

"Sini Kay duduk" Alvaro menatap Kayla sambil menepuk nepuk tempat yang di sampingnya. Kayla perlahan duduk.

"Oh ia gua punya sesuatu"

Alvaro mengeluarkan termos kecil, dua bungkus kopi dan 'paper glass'. Kemudian Alvaro mulai menyeduh kopi itu, setelah selesai ia memberikan kepada Kayla

"awas panas" ucap Alvaro sambil menyodorkan kopi dengan perlahan.
"Makasih Al"
"Kalau beli di cafe kemahalan, gue gamau beliin Lo pake uang orang tua. Nanti gue bakal usaha cari uang biar bisa beliin kopi di cafe cafe"
Tanpa sadar Kayla tersenyum.

Alvaro Alvaro,  dia orang yang sangat sederhana. Ia tidak mau seperti orang orang yang menghabiskan uang orang tua untuk mentraktir pacarnya. Dan Ia sama sekali tidak mau menyusahkan wanita paling ia sayang sebelum Kayla. Ibunya.

"Kok Lo kasih gue kopi Al?" tanya Kayla setelah menyeruput perlahan kopinya.
"Di sini agak dingin Kay"
"Katanya Lo bawa gue ke Matahari?"
"Salah. Harusnya gue bilang 'bawa Lo melihat matahari tenggelam"
"Ohh gitu"
"Gue ngga bisa kasih jaket gue ke lo Kay"
"Kenapa?"
"Soalnya gue, gapake baju hehe. Makanya ini di sleting"
"Yaampun"
"Kalau gue buka nanti gue masuk angin. Siapa nanti yang jagain Lo?"
"Hmm"

Mereka menghabiskan kopi, dan matahari tenggelam memperlihatkan senja yang sangat indah sampai mereka tak mampu beranjak dari tempat itu.

Malam mulai datang, cahaya matahari yang kian redup. Dan mulai menyala lampu lampu di setiap gedung gedung, memperlihatkan pemandangan yang tak kalah cantik.

"Liat deh lampu lampu itu" Alvaro mengeluarkan suara lebih dulu.
"Iyaa kenapa?"
"Cantik ya?"
"Iyaa cantik"
"Kaya Lo Kay"
"Bisa aja"

"Kay Lo masih inget ngga waktu gue bilang Lo bego"
"Kapan?" Kayla berbalik menatap wajah Alvaro.
"Waktu kita pertama ketemu, waktu itu Lo keluar dari kelas"
"Ohh ngga inget"
"Mungkin nanti suatu hari lo bakal inget. Maaf ya Kay gue kasar waktu dulu" Alvaro menggenggam tangan Kayla.
Kayla tersenyum "iyaa, dulu juga gue kasar sama lo, maaf ya?"
"Iyaa Kay" Alvaro tersenyum dan memeluk Kayla. Hangat, Nyaman rasanya, pelukan ini akan selalu aku ingat.
"Makan yu gue laper" ajak Kayla yang beranjak dari duduknya itu.
"Yaelah Kay, gue kan lagi enak enaknya pelukkan"
"Enak pala lu!" Kayla mendorong pelan bahu Alvaro.
"Yaudah yaudah ayo berangkat" Alvaro bangkit dan menggandeng tangan Kayla menuju motor.

Di motor, Kayla terus berpegangan ke Alvaro, dan Alvaro yang menggenggam tangan Kayla dengan hangat. Malam itu sangat terasa indah. Mereka berhenti di sebuah tempat pecel lele di pinggir jalan.

"Lo ngga keberatan kan kalau gue ajak makan di pinggiran gini?" Alvaro tampak ragu karena takut Kayla tidak terbiasa.
Kayla menggeleng pelan.

Kemudian mereka duduk berhadapan,
"Lo mau makan apa Kay?" Tanya Alvaro memecah keheningan.
"Kaya yang ada di judulnya"
"Pecel lele?"
"Iyaa lah Al" Kata Kayla gemas sambil mengacak rambut Alvaro.
"Ohh oke oke " Alvaro tertawa.
"Minumnya?"
"Samain aja kaya lo Al"
"Pak! Mau Pecel lelenya dua sama nasinya juga dua, sama teh anget nya dua" ucap Alvaro pada si bapak penjual pecel lele.
"Kenapa coba teh anget biasa, ngga teh manis anget?" Tanya Alvaro kepada Kayla.
"Lagi mengurangi gula? Biar ga sakit diambetes?" Jawab Kayla sambil membuka kerupuk yang di sediakan di atas meja.
"Bukan"
"Terus?"
"Soalnya liat muka Lo aja teh gue berubah manis"
"Ahahaha bisa aja Lo"

Tak lama makanan yang mereka nanti nanti telah datang.

"Maaf ya Kay"
"Kenapa?"
"Gue gabisa bawa lo ke restoran mewah, gue masih belum punya uang sendiri yang cukup banyak buat traktir Lo di tempat begituan" kata Alvaro yang menundukkan wajahnya.
"Al" Kayla mulai menggenggam tangan Alvaro. "Santai aja kali"
"Iyaa makasih banget ya"
"Gue yang makasih sama Lo. Lain kali gue yang traktir Lo" kata Kayla dan melanjutkan makannya.
"Teh nya manis banget loh" Kata Alvaro sambil tersenyum. Tampan sekali.
"Seriusan? Coba aku coba"
"Cie aku"
"Apaan si Lo" Kayla memukul pelan bahu Alvaro.
"Ini ini coba" Alvaro memberikan gelas itu ke Kayla.
"Engga manis ah biasa aja"
"Kan gue bilang harus sambil mandangin muka Lo biar manis. Emang Lo bisa mandangin muka sendiri?" Kata Alvaro tak mau kalah.
Kayla tersenyum dan memberikan gelas itu.

Selesai makan mereka pulang

-bersambung-

Thanks for reading! Jangan lupa vote dan comment!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang