Sandra POV
Semalaman aku berpikir tentang ide dari Rey mengenai kawin lari tersebut. Sekilah bayangan kejadian kemarin terlintas di benakku
"kawin lari katamu ?".
"iya Sandra, aku akan menunggumu di bandara. Kita akan pergi ke tempat yang jauh dan tidak akan ditemukan oleh siapapun. Kita akan hidup berdua selamanya dengan bahagia".
"Tapi papa ?..".
"Mereka pasti akan mengerti Sandra. Kalau mereka menyayangimu mereka akan menyusulmu dan merestui kita. Pokoknya aku akan menunggumu di bandara jam 10 malam. Aku akan terus menunggumu disana sampai kau datang. Berjanjilah padaku sandra".
Rey bicara meyakinkanku sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi ku, aku tersadar dan segera bangun dari tempat tidur, sekarang jam 10 malam harus nya Rey sudah berada di Bandara. Aku harus kesana.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengemasi barang-barangku. Tidak banyak yang kubawa hanya beberapa helai baju dan dokumen-dokumen penting seperti SIM, kartu identitas, ijazah dan sebagainya.
Aku keluar rumah dengan mengendap-endap sambil melihat sekelilingku. Pagar rumah ku hanya tinggal beberapa langkah lagi, baru saja aku akan berjalan seseorang menghadang langkahku. Bukan satu orang tapi dua orang, dia papa dan mama. Oh tidak.
Aku menatap papa dengan raut wajah takut, wajah papa terlihat sangat marah dan kecewa. Pandangan ku turun ke tangan papa dan benda yang di genggam papa. Sebuah pisau.
'apa papa akan membunuhku', batin ku berbicara sendiri.
Papa dan mama berjalan ke arahku, terlihat mama sudah menangis sedari tadi.
"apa kau pikir aku akan membunuhmu dengan pisau ini ?" tiba tiba papa mengeluarkan suara nya sambil mengangkat pisau yang pegangnya.
"kau anak ku satu-satu nya aku tidak akan membunuhmu, tapi pisau ini untuk membunuhku". Aku langsung mengangkat kepala ku menatap mata papa yang sudah berair dari tadi kini air itu telah jatuh ke pipinya.
"apa maksud papa ?".
"Aku sangat mencintaimu, aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu. Tapi pemuda yang kau pilih tidak baik untukmu. Aku sudah memberimu kesempatan tapi dia tidak menggunakannya dengan baik dan sekarang ingin membawa putriku satu-satunya pergi dari sisiku. Bagaimana aku akan bisa bertahan hidup jika aku tidak bisa bertemu dengan putriku lagi ?"
"papa..." aku menangis dan tak bisa berbicara apapun melihat papa yang sangat menderita, hatiku hancur.
"aku tidak akan melarangmu pergi kemanapun kau mau, tapi sebelum itu kau sendiri yang harus melihat mayatku". Papa memegang tanganku dan mengarahkan pisau ke lehernya dengan tanganku. Papa memaksaku untuk menghabisinya.
"cepat lakukan nak, aku tidak akan melarang mu mulai sekarang". Aku tidak bisa, aku menjerit dan jatuh terduduk di aspal. Pisau yang kulihat sudah berada di leher papa ku tadi jatuh berdenting di sebelahku. Dan papa tetap berdiri didepanku. Mama sudah tidak bisa membendung tangisannya lagi dan berteriak
"Bagaimana bisa kau lakukan itu, bagaimana dengan ku jika kau mati ?. Aku tidak akan bisa hidup tanpa mu, tanpa kalian berdua. Lebih baik aku yang mati".
"tidak ada yang perlu mati ma, papa adalah cinta pertamaku bagaimana mungkin aku akan memilih pemuda yang baru saja kukenal dari pada papa. Aku akan memilih menyelamatkan papa dan tetap disini". Sebuah tangan menyentuh pundakku dan mengangkatku untuk berdiri. Papa tersenyum lega mendengar keputusanku. Tapi aku sudah berjanji dengan Rey.
"Tapi papa izinkan aku untuk menemui Rey sekali saja untuk menyelesaikan hubungan kami, aku sudah berjanji akan menemuinya.
"baiklah aku akan mengantarmu" papa memelukku dan aku balas memeluk papa dengan sangat erat.
***
Aku turun dari mobil dan mencari Rey terlihat dia sedang gelisah menunggu ku namus saat melihatku datang dia sangat senang dan segera memelukku dengan erat.
"syukurlah kau datang, aku tau kau pasti datang. Mulai sekarang kita akan hidup dengan cara kita, hanya kita berdua dan kita akan bahagia bersama dengan anak anak kita". Aku hanya bisa menangis mendengar perkataan Rey dan tidak bisa membalas pelukannya yang sangat erat.
"ada apa kau menangis ? Tenanglah semua akan baik baik saja". Rey mencoba menenangkanku.
Aku menunduk tidak berani menatap matanya. "aku tidak akan pergi denganmu Rey". Akhirnya aku mengatakannya.
Rey terlihat sangat terkejut dan tidak percaya.
"apa maksudmu, kau sudah disini sekarang".
"aku akan menikah dengan Abraham, papa sedang menungguku dimobil, aku datang kemari untuk menyelesaikan hubungan kita. Maafkan aku Rey aku tidak bisa bersamamu. Aku menyayangi papa dan aku tidak ingin berpisah dengan papa". Baru aku berani menatap mata Rey dan terlihat dia sangat kecewa dengan keputusanku.
"maafkan aku Rey" setelah mengucapkan kalimat terkahir aku segera berbalik dan pergi dari hadapan Rey, aku tidak sanggup lagi melihat wajahnya menderita karna ku. Aku berlari dan masuk kedalam mobil lalu memeluk papa dan menangis di bahu papa.
"tidak apa-apa nak, kau melakukan sesuatu yang benar. Ada papa disini yang akan selalu mendukungmu. Kau tidak sendirian". Papa mencoba menenangkanku dengan mengelus kepalaku.
'ya ada papa, dan semua keluargaku disini aku tidak sendirian. Tapi Rey sendirian. Tapi aku yakin dia akan bisa segera melupakanku. Aku berharap begitu. Semoga saja". Batin ku mencoba menguatkan diriku sendiri.
Kami pulang kerumah dengan awal hidupku yang akan berbeda mulai dari sekarang.
...
[bersambung]
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Lucky Bride
RomanceKonten 18++ Sandra merupakan gadis cantik yang bisa dibilang memiliki segalanya, wajah yang cantik, kekayaan, keluarga terhormat dan keluarga yang sangat menyayanginya dan juga pacar yang begitu ia cintai. Rey telah memberikan seluruh hatinya pada...