18. Demam part I

1.8K 44 4
                                    

Selamat membaca mohon maaf atas keterlambatan updatenya.
Jangan lupa vote dulu ya dan komen kritik dan saran kalian

***
"Sesuatu yang di pendam itu tidak baik, sesuatu yang terlalu di umbarkan juga tidak baik. Masing-masing telah ada porsinya sendiri"

Sandra memasuki apartemen dengan sedikit sempoyongan. Bukan karena ia mabuk tetapi karena seharian ini dia merasa tubuhnya diluar kendalinya sendiri. Seharian ini ia berusaha agar tubuhnya mampu mengikuti keinginannya, sedikit lagi...sedikit lagi. Itulah yang ia harapkan dari tubuhnya sedari pagi sejak di kantor. Namun saat ini dia sudah mencapai batasnya.

Dengan perlahan Sandra berjalan sambil memegangi tembok untuk menahan agar tubuhnya tidak terjatuh. 'sedikit lagi ku mohon' batin Sandra. Pintu kamar yang hanya tinggal beberapa langkah lagi itu terasa sangat jauh dalam mata Sandra, sangat sulit ia gapai. Tepat saat ia berada di depan pintu kamarnya ingin meraih gagang pintu untuk membukanya, semua pandangan terasa gelap dimata Sandra dan setelah itu ia merasa tubuhnya terjatuh dan tidak mengingat lagi kejadian setelahnya.

***

Dengan perlahan Sandra membuka matanya, Sandra tau bahwa sekarang ia sedang berada di kamarnya hanya dari langit-langit yang di tatapnya. Sepersekian detik kemudian ia sadar bahwa ia tadi terjatuh di depan pintu karena kepalanya sangat pusing. Sandra melihat jam yang ada di nakas sebelah kasur tempat ia terbaring. Sudah pukul 10 malam, itu artinya ia sudah tertidur selama 4 jam. Sandra mencoba duduk tetapi rasa sakit langsung menghujam kepalanya. Sebuah handuk lembab terjatuh dari keningnya. Siapa yang menaruh handuk ini di kepalanya ?.

"Ah kau sudah bangun, syukurlah. Bagaimana keadaanmu ? Apa kau merasa sakit di tubuhmu ?". Abraham masuk ke kamar Sandra sambil membawa bubur yang sudah dia hangatkan. Ini sudah kedua kalinya Abraham menghangatkan bubur yang ia buat sejak 4 jam yang lalu. Saat itu Abraham pulang karena ingin menyiapkan beberapa keperluan lalu terbang ke San Fransisco malam ini untuk meninjau proyek pengembangan dengan Shuurlam Corp, namun pemandangan Sandra yang terbaring di lantai  saat ia masuk ke apartemen membuat Abraham langsung membatalkan semuanya dan memindahkan Sandra ke kamarnya.

"Abraham, apa kau yang memindahkan ku kemari ?". Bukannya menjawab pertanyaan Abraham, Sandra malah balik menanyai Abraham.

"iya, saat aku pulang kau terbaring di lantai di depan pintu kamar mu. Badan mu sangat panas kata dokter kau terkena demam dan flu. Dokter sudah memberi mu obat tadi. Apa tubuhmu tidak taham dengan cuaca dingin ?". Sandra menatap Abraham selagi mendengar penjelasan Abraham. Benar juga, dirinya selama ini sangat lemah jika musim dingin tiba. Setiap tahun saat musim dingin ia akan terserah demam dan flu karena tubuhnya tidak begitu bisa menahan hawa dingin. Dan hari ini adalah puncak musim dingin di New York, suhu diluar mencapai -2 derajat celcius. Pantas saja.

Kemudian, Sandra hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Abraham. "apa kau bisa duduk ?". Abraham bertanya dengan lembut pada Sandra. Sandra merasa kelembutan yang di perlihatkan Abraham saat ini begitu tulus.

"kepala ku sangat pusing".

Abraham mencoba membantu Sandra untuk duduk agar Sandra bisa makan bubur yang dibawanya.

"terimakasih Abraham, handuk ini kau yang menaruh nya di kening ku ?". Sandra merasa dirinya harus berterimakasih pada Abraham karena sudah merawatnya.

"iya, tapi maaf aku kurang pandai dalam merawat orang yang sakit. Maaf kalau handuknya membuat mu tidak nyaman. Sekarang makanlah". Abraham menyuapi sendok yang terisi bubur ke mulut Sandra. Sandra terkejut, ia tak menyangka Abraham akan sampai menyuapinya. Namun ia tetap membuka mulutnya, membiarkan suapan yang di beri Abraham masuk kedalam mulutnya.

"kau ini, berlagak tidak bisa merawat orang sakit. Tetapi bubur ini sangat enak, biasanya bubur bagi orang sakit itu terasa sangat pahit tau". Sandra sedikit menggoda Abraham yang kini tepat berada di sampingnya.

"syukurlah kalau kau menyukainya. Saat aku melihatmu terbaring di lantai tadi. Aku sangat khawatir". Abraham menatap Sandra sambil terus menyuapinya bubur.

Selama beberapa saat yang ada hanya kehengingan di antara Sandra dan Abraham. Begitu hening sehingga detak jam yang ada di nakas terdengar begitu keras.

"terkadang aku berpikir, apakah kau yang sekarang berada di depanku ini adalah dirimu yang sebenarnya atau sifat mu yang dingin itulah dirimu yang sebenarnya. Kau begitu sulit untuk ku tebak". Sandra memecah keheningan yang sedari tadi terperangkap di antara mereka.

Abraham hanya diam tidak bisa memberi tanggapan pada ucapan Sandra, entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan Abraham merasa tak bisa dan tak tahu bagaimana cara untuk menanggapinya. Abraham hanya tertunduk lalu tersenyum ke arah Sandra.

"sudahlah kau tidak usah berpikiran yang macam-macam. Ini minum obatmu lalu aku akan membantu untuk membersihkan tubuhmu. Lihatlah dirimu sekarang penuh dengan keringat. Sangat menjijikkan". Wajah jahil yang di tunjukkan Abraham barusan mampu mengalihkan pembicaraan yang sulit untuk Abraham mengerti.

"Aahhh, bajuku!  Kenapa bajuku sekarang jadi baju tidur ini ? Bukannya aku masih memakai pakaian kerja ku ? Siapa yang menggantinya ?". Sandra menatap Abraham dengan penuh selidik. Abraham hanya memasang wajah nakal nya sambil melihat Sandra yang panik saat ini. Tentu saja dia yang menggantinya. Memangnya siapa lagi.

"Tentu saja aku yang mengganti pakaianmu. Memangnya siapa lagi di rumah ini yang menurut hukum sudah jelas sangat di bolehkan untuk melihat tubuhmu. Kau terlihat sangat tidak nyaman dengan pakaian kerja mu itu. Makanya aku ganti". Sandra menatap Abraham dengan tidak percaya. Dengan mudahnya Abraham menggantikan pakaiannya. Tubuhnya yang bahkan Rey pun belum melihatnya kini malah Abraham yang duluan melihatnya.

"sudahlah tak perlu malu seperti itu. Sebagai pria yang baik aku akan memberikan nilai 75 dari 100 untuk tubuhmu. Gimana ? Baik kan ?". Abraham tersenyum nakal. Dia suka menggoda Sandra seperti ini.

"Apa ! 75 ?! Kau serius ?". Sandra membelalak kan matanya tidak percaya. Bagaimana bisa tubuhnya hanya mendapat nilai 75 ? Itu kan sama saja dengan nilai pas-pas an kelulusan. Semua pria memuji tubuhnya. Tapi pria di hadapannya ini, yang dengan baik hati Sandra perlihatkan tubuhnya, ah tidak maksudnya dengan terpaksa tapi hanya memberi nilai 75 ? Yang benar saja.

Baru saja Sandra akan protes kembali. Abraham mengangkat tubuh Sandra menuju kamar mandi. Tentu saja Sandra memukul-mukul dada Abraham meminta Abraham agar menurunkannya. Tetapi tak di acuhkan oleh Abraham.

.
.
.
[Bersambung]

Hallo para readers ku yang setia..
Author mohon maaf banget karena terlambat untuk update Chapter terbaru ITLB karena kesibukan yang tidak bisa Author tinggalkan sehingga Author harus mengorbankan cerita ini 🙏🙏🙏

Tapi karena saya bertanggung jawab maka, hari ini ITLB akan update 2 chapter sekaligus jadi langsung aja di swipe untuk chapter selanjutnyaa

Jangan lupa vote dulu ya tapi dan komen kritik dan saran kalian karena itu ngebantu banget buat saya mengkoreksi kesalahan yang saya tidak sengaja atau sengaja lakukan

I'm The Lucky BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang