Vote dulu dong sebelum baca
Udah belum ? Aku tungguin 3 detik yaa
1
2
3
Sipp terimakasihhHappy reading guys
***
18+ (Diharapkan kebijakan oleh pembaca).
"aku akan menuruti keinginanmu". Akhirnya bibirku mengeluarkan perkataan yang selama ini aku takutkan akan kuucapkan. Aku tidak bisa menatap matanya saat ini, aku tidak bisa melihatnya yang terus tidak mempedulikan perasaanku. Tidak ada suara tapi aku tau dia masih berdiri disana, mungkinkah dia tidak mengerti ?
"keinginanmu bahwa kita tidak terikat pada perasaan apapun". Sepertinya memang perkataanku sebelumnya masih kurang di mengerti oleh nya.
Aku menatap pintu kayu dengan cat putih yang baru saja tertutup, dan oranh yang menutupnya pasti masih tak jauh dari balik sana. Tidak, aku berharap dia masih berada disana. Memikirkannya sekali lagi dan kembali memegang gagang pintu dan masuk kembali. Tapi sepertinya aku terlalu berharap.
Sandra, dia istriku dan aku mencintainya. Atau haruskah ku panggil Mira ?.
***
Flashback on
Mira yang dengan langkah kecilnya berlari kearahku, wajahnya tampak sangat khawatir melihatku yang terlihat sangat memprihatinkan saat itu. Aku terduduk di ujung tangga dengan nafas tersengal sambil memegang erat dadaku. Sungguh kenangan yang sama sekali tak ingin kuingat, tapi menjadi kenangan yang selalu ingin ku ingat.
"kakak, baik-baik ajah ? Dada kakak cakit yah ? Mau mila panggilin kak kiala aja ya ?".
Rasa sakit yang kurasakan pada dadaku yang seakan akan bisa saja lepas dari tubuhku itu seketika hilang. Rasanya aku ingin menyemburkan tawaku dengan sangat keras mendengar perkataan wanita kecil didepanku ini. Wajahnya sangat polos, tubuhnya sangat mungil tapi dia sangat cantik.
Flashback off
***
Aku hanya bisa tersenyum pasi kalau mengingat kejadian itu, kejadian yang membuatku memilih Mira untuk menjadi istriku.
Setelah itu semuanya berubah di rumah ini. Jika sebelumnya Mira mulai mau berbicara pada ku di saat sarapan, makan malam dan kadang kami bermain game bersama. Semuanya berubah, hanya meja makan saja yang tidak berubah karena Mira masih menyiapkan sarapan untuknya. Mira menjadi lebih sering berada diluar rumah. Tapi aku selalu memantau keberadaannya. Apakah aku psikopat ? Kurasa tidak, aku hanya ingin mengetahui hari-hari yang dilalui oleh istriku saja.
Seperti hari ini saja, Johan memberitahuku bahwa Mira tidak berada di kantornya sejak jam makan siang. Biasanya Mira hanya pergi di sekitar sini saja bersama pacarnya yang bernama Rey itu.
Sudah jam pulang kantor tapi Mira belum juga kembali. Kemana sebenarnya anak itu. Pikiranku sangat gusar, aku melihat ponselku dan ada notifikasi pesan yang belum kubaca. Aku langsung mengambil jas dan pergi meninggalkan kantor. Sepertinya aku butuh sedikit hiburan.
Rasanya sudah sangat lama aku meninggalkan kebiasaanku yang setiap malam berada di ruang yang dipenuhi banyak orang, lampu sorot berwarna warni yang tidak begitu menyilaukan, suara musik yang keras sehingga membuatku berbicara dengan sedikit teriak itu cukup membantu siapa saja yang ingin melepaskan beban, masalah atau hanya sekedar melepas penat seharian bekerja.
"kalau begitu bawa aku ke apartemenmu, kita kan sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama". Dari sekian banyak wanita jalang, aku paling benci mendengar suara wanita ini. Dia Bianca, wanita yang sangat mencintaiku. Oh atau lebih tepatnya uang ku. Aku sangat mengenal seorang wanita yang sangat mirip dengan Bianca. Seorang wanita yang juga sangat ku benci keberadaannya. Tidak buruk juga jika menjadikan Bianca sebagai pelepas penatku selama ini.
Akhirnya aku menyetujui membawa Bianca ke apartemenku. Saat sampai di apartemen, seluruh ruangan gelap. Mira masih belum pulang. Yang benar saja ini hampir tengah malam. Apa yang dilakukannya ? Apa dia bersama laki-laki itu ? Aku mendorong Bianca dan memojokkannya ke dinding dengan keras. Bagi wanita lain mungkin ini tindakan kasar, tapi bagi Bianca dia sangat menikmatinya. Aku punya alasan tersendiri mengapa aku memlerlakukan Bianca dengan kasar tapi untungnya dia menikmatinya.
.
Aku langsung melumat bibir Bianca yang dari tadi sudah ia biarkan terbuka menunggu diisi oleh bibirku yang akan bermain liar disana. 'dasar jalang'. Bianca mengalungkan lengannya di leherku menggesekkan setiap inchi tubuhnya pada tubuhku. Bibirku turun ke lehernya yang jenjang, sedangkan tanganku yang sedari tadi bermain di bawah punggungnya naik keatas mencoba menelusup kedalam blouse kuning yang ia kenakan.
'Sreekk'
"ahh" Bianca sedikit berteriak lalu tersenyum dan menatapku dan memagut bibir ku kembali. Kini tubuh bagian atas wanita itu hanya ditutupi oleh sebuah benda yang dijadikannua penopang bagi dadanya. Blousenya ? Sudah kurobek !
Aku mengangkat Bianca membawanya ke kamarku lalu menghempaskannya di kasur. Dari situ, permainan ku pun terjadi. Aku terus menghujamkan milikku pada Bianca. Aku merasakan pelepasan yang selama ini sudah ku tahan.
Masih belum...
Masih belum....
Dan malam itu berlalu hingga pagi.
.
Dering telfon membangunkan ku dipagi hari, aku melihat sekeliling dan 'sangat berantakan' si Bianca juga tak terlihat batang hidung nya, mungkin dia keluar mengambil air.
"Bos, ternyata kemarin Nyonya ada pekerjaan yang mengharuskannya pergi ke wasington", suara dari dalam benda berbentuk kotak hitam yang kutempelkan ditelingaku dengan cepat menyadarkanku yang dari tadi masih bermalasan. Aku mematikan telfon itu. Ada sedikit perasaan lega dalam diriku.
"sudah saatnya kau pergi". Aku memberi Bianca sebuah cek yang tertulis nominal yang cukup besar disana, kurasa itu cukup untuk membayar semuanya. Aku tak ingin punya hutang apapun.
"tidak mau, aku tidak mau cek ini. Aku ingin bersama mu terus. Jadikan aku kekasihmu Abraham".
Seharusnya sudah kuduga jika aku membawa Bianca kemari dia akan seperti ini. Tapi aku tau betul cara mengatasi wanita seperti Bianca. Tidak perlu bicara lembut dan memberinya penjelasan apapun karena dia takkan mendengarkan kata-kata itu. Yang perlu ku lakukan hanya menyeretnya keluar dari apartemen ini.
"Abraham aku mohon beri aku kesempatan. Aku sangat mencintaiku dan aku tulus mencintaimu. Biarkan aku bersamamu dan kau bisa tinggalkan istrimu yang tidak berguna ini". Inilah sifat Bianca yang paling ku benci. Bianca berkata sambil melihat Mira yang sedari tadi asyik bermain game dan tampak tidak peduli. Dia tidak peduli jika aku membawa wanita lain ke kamarku.
"Apa kau bilang..."
"Diamlah Sandra ini bukan urusanmu".
Hanya itu yang dapat ku katakan. Aku tidak ingin Mira meladeni wanita seperti Bianca. Sangat tidak cocok dengannya.
Setelah aku menyeret Bianca keluar aku berjalan kembali ke kamarku saat aku membuka pintu tiba-tiba saja Mira berkata hal yang kupikir dia tidak akan peduli juga.
"hey, bisakah kau untuk tidak membawa wanita kemari? Aku sangat terganggu dengan permainan kalian dan aku merasa sangat jijik. Lagipula, bagaimana bisa seorang Abraham Glifford mempunyai pacar seperti itu. Apa selera wanitamu memang yang seperti itu..". Lalu tanpa sadar Mira sudah mengocehkan kata-kata yang membuat ku sedikit tersenyum. 'apakah dia cemburu dan setidak suka itu dengan Bianca ? Apa aku harus membawa Bianca lagi kemari ?'.
"kita sudah sepakat. Urus saja urusanmu". Untuk saat ini hanya itu yang dapat ku katakan. Saat ini aku hanya ingin memiliki Mira seutuhnya. Aku hanya ingin melihat senyumannya. Cinta ? Entahlah, yang kutau aku hanya ingin memilikinya.
"besok, lakukan rencana yang sudah ku jelaskan padamu sebelumnya". Saat seseorang dari seberang telfon itu menjawab perintahku aku mematikan telfon itu. Sungguh aku tak menyangka akan melakukan hal seperti ini hanya demi seorang wanita.
.
.[Bersambung]
Lanjut gak nih ? Komen yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Lucky Bride
RomantikKonten 18++ Sandra merupakan gadis cantik yang bisa dibilang memiliki segalanya, wajah yang cantik, kekayaan, keluarga terhormat dan keluarga yang sangat menyayanginya dan juga pacar yang begitu ia cintai. Rey telah memberikan seluruh hatinya pada...