Harapan yang menakutkan

21.1K 1.9K 26
                                    

Bian menatap datar gadis yang duduk didepannya. Sementara gadis itu menatap Bian dengan senyum yang terlihat dibibirnya. Keduanya kini berada disebuah restoran. Restoran dimana tempat reuni beberapa minggu yang lalu diadakan.

"Aku tidak menyangka kalau kau mengajakku bertemu," ucap Kessy senang. Matanya memutari restoran yang saat ini lumayan ramai, karena tepat saat jam makan malam.

"Ada yang ingin aku tanyakan."

Walaupun Kessy sempat bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Bian mengajaknya bertemu, tapi saat ini Kessy begitu antusias. Tentu saja karena bertemu berdua seperti ini dengan Bian tidak pernah terjadi sebelumnya.

Selain saat sekolah dulu, pertemuan bisnis maupun acara penting lainnya, tidak ada yang bisa menjadi alasan lain untuknya bisa bertemu Bian. Karena itu saat-saat seperti ini merupakan hal yang langka.

Tanpa sadar Kessy tidak sabar untuk memberi tau teman-temannya tentang ini. Bian yang lebih dulu mengajaknya bertemu. Bukankah mereka akan iri kepadanya?

"Bagaimana kalau kita pesan dulu? Kau lapar?" tanya Kessy menunda-nunda. Sebab ada tujuan lain yang diinginkannya.

"Aku sudah memesankan makanan untukmu sebelum kau datang."

Mata Kessy tertarik untuk melirik Nanda yang baru saja jalan melewati tempatnya duduk. Raut wajah Kessy menampakkan ketidaksukaan melihat kehadiran Nanda. Ternyata dia tidak diberhentikan, batin Kessy.

Kemudian Kessy beralih kepada Bian yang masih menatap datar kearahnya. "Benarkah?" tanya Kessy disertai senyuman.

Ketika melihat Bian yang seakan tidak memperdulikan keberadaan Nanda membuat kesalnya sedikit terobati. Sebab Kessy tau Nanda sudah menyadari keberadaannya dan Bian disini.

"Jadi, aku ingin bertanya padamu. Kenapa dulu kau mengatakan tentang taruhan itu pada Nanda? Kau sendiri tau bahwa itu tidak pernah disepakati," tanya Bian tanpa basa basi.

Kessy mengernyitkan kening. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah melakukan apapun."

Bian tersenyum sinis. "Aku tau kau yang melakukannya. Saat aku sedang bertanding, kau mengatakan itu kepada Nanda. Kau menghampirinya dan memberitahu tentang taruhan sialan itu. Kenapa kau melakukannya?"

"Sepertinya mengelak pun akan percuma, karena kau pasti akan punya dugaan lain," ucap Kessy disertai kekehan. "Baiklah, aku persingkat saja, iya aku yang melakukannya."

Bian mempertajam tatapannya pada gadis didepannya. "Sepertinya kau tidak mendengarku ya? Aku bertanya kenapa kau melakukannya, bukan apa kau yang melakukannya."

Kessy menelan ludah, tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. Tiba-tiba dia merasa terintimidasi oleh pria didepannya. Kemana pria ramah yang selama ini dia kenal?

"Aku dengar kau akan mengatakan cinta padanya setelah pertandingan. Dan aku tidak mau kau melakukannya karena aku menyukaimu."

Bian tertawa. Tindakan itu semakin membuat beberapa gadis meliriknya. Tanpa dia sadari, sejak tadi dirinya sering kali dilirik oleh beberapa gadis yang duduk di restoran.

"Jawaban seperti apa itu? Kau tau sendiri bahwa saat itu kau begitu menyukai sahabatku."

Kessy terdiam. Sadar bahwa dirinya salah jawab. Padahal berita mengenai dirinya yang begitu menyukai Johan dulu sudah tersebar disekolah.

"Sejak awal kau tidak menyukai keberadaan Nanda. Memancing agar terjadi masalah dengannya saat orientasi, menghasut beberapa siswi untuk mengerjainya, mengatakan kebohongan tentangku dan sengaja memilih restoran ini sebagai tempat reuni karena kau memang berniat mempermalukan Nanda."

Kini Kessy tersentak. Tidak menyangka ucapan Bian akan sampai sejauh itu. Darimana Bian mengetahuinya?

"Aku mengajakmu bertemu dan kau sendiri memilih tempat ini karena ingin tau apakah dia masih bekerja disini atau tidak setelah saat itu kau melaporkannya. Dan melihat ekspresimu, kau kecewa karena tidak berhasil. Karena itu kau merasa sedikit terobati setelah aku mengabaikan keberadaannya karena kebenaran darimu yang perlu aku ketahui saat ini. Aku benar bukan?"

Sebenarnya sudah sebanyak apa Bian tau tentang perbuatannya itu?

"Ya, kau benar! Aku melakukan semuanya karena aku membencinya. Aku benar-benar membenci gadis itu."

"Kenapa?"

"Kau sudah dapatkan jawaban pertanyaanmu, Bian. Kau tidak perlu ikut campur lebih jauh. Rasa benciku padanya adalah urusanku. Kau tidak berhak mencampurinya."

Kessy berdiri dari duduknya, bersiap hendak meninggalkan Bian karena tidak tertarik lagi untuk berbincang dengannya. Tapi kegiatannya terhenti ketika Bian masih melanjutkan pembicaraan.

"Baik aku dan kau, mungkin sama-sama memendam rasa benci bertahun-tahun pada orang yang sama. Kita tau rasanya sama sekali tidak menyenangkan. Tapi ketika kebenaran terungkap, penyesalan akan lebih menyakitkan daripada memendam kebencian. Bagian itu aku sudah merasakannya, semoga kau tidak akan sepertiku."

Kessy tersenyum sinis. "Sayangnya itu tidak akan terjadi padaku, Bian. Karena landasan mengapa aku membencinya, bukanlah hal yang salah. Jadi tidak ada kebenaran yang tersembunyi didalamnya."

Mata Kessy kembali tertuju kepada Nanda yang saat ini membersihkan meja. "Aku hanya ingin melihatnya menderita, sampai dia merasa bahwa seharusnya dia tidak dilahirkan."

***

Selamat malam minggu
Semoga Suka 😘

Jangan lupa Vote dan tinggalkan komentar kalian. Sebab, aku pengen tau, gimana sih reaksi kalian dengan cerita ini.

Simpan di perpustakaan ya! Biar notif ubdate selanjutnya nyampe di kalian.

Love you all 😘
~fansdeviyy

Still The Same Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang