Dengan senyum lebar yang terlihat dibibirnya, Nanda membalas pelukan Lucas. Dia sangat merindukan laki-laki yang memeluk tubuhnya dengan erat itu walaupun baru beberapa bulan yang lalu mereka bertemu.
"Kalau sudah lamaran, wajah kamu terlihat berbeda ya, Nda? Terlihat berseri-seri," goda Lucas sambil mencubit pipi Nanda. "Abang rasa pipi kamu tak lama lagi akan sebesar roti, sama seperti dulu."
Nanda dan Bian memang sudah melaksanakan acara lamaran resmi seperti yang sudah direncanakan laki-laki itu sebelumnya. Disalah satu jari Nanda pun sudah melingkar cincin pertunangan yang disiapkan langsung oleh Bian untuknya.
Seperti yang dikatakan Bian sebelumnya, Bunda dan Arina yang membantu mereka menyiapkan semuanya. Mulai dari keperluan lamaran hingga sekarang keduanya masih sibuk untuk mempersiapkan pernikahan Bian dan Nanda yang akan dilangsungkan bulan depan.
Keduanya sangat antusias sekali, sehingga dengan rasa sungkan karena takut merepotkan, Nanda akhirnya membiarkan Bunda dan Arina menyiapkan semua itu. Walaupun keduanya akan sering menghubungi Nanda untuk menanyakan keinginannya.
Bian dengan sengaja batuk singkat, berniat untuk segera menghentikan interaksi antara Abang dan adik itu. Jika dibiarkan lebih lama, Bian tidak yakin dirinya tetap akan terlihat baik-baik saja.
Lucas beralih menatap Bian dan tertawa sejenak sebelum keduanya berpelukan singkat ala pria jantan. Tak lupa Lucas melakukan hal yang sama dengan Johan dan Eriko yang terlihat pendiam dibandingkan biasanya.
Kedua laki-laki itu, dimulai sejak di bandara yang ada di Indonesia, didalam pesawat bahkan sampai bandara ini pun tidak henti-henti bergaya seperti bujangan yang mempesona. Melirik gadis-gadis cantik bahkan sempat menggoda pramugari ketika diatas pesawat tadi.
Walau keduanya memang masih bujangan, tapi tetap saja mereka masing-masing sudah memiliki kekasih. Mungkin karena itu pula yang membuat keduanya tidak mengandeng atau membawa pasangan mereka untuk ikut serta.
Nanda merasa kasihan sekali dengan kedua gadis yang berstatus kekasih Johan dan Eriko itu. Jika saja Bian yang seperti itu, Nanda mungkin sudah sakit hati melihatnya.
"Kak Ana tidak ikut, Bang?" tanya Nanda setelah dia menyadari bahwa hanya Lucas sendiri yang menjemput kedatangan mereka. Karena penasaran, Nanda bertanya.
Nanda dan Anastasya sudah mulai saling mengakrabkan diri, walaupun mereka hanya bisa melakukannya melalui panggilan video. Nanda sangat berterima kasih kepada Papa nya yang dulu memaksa Nanda untuk ikut kursus bahasa Inggris sejak sekolah dasar, sehingga sampai sekarang Nanda masih lancar menggunakannya.
"Kami dilarang bertemu sampai hari pernikahan," gumam Lucas sambil mengangkat bahu.
Kelima orang itu mulai melangkahkan kaki mereka menuju tempat dimana Lucas memarkirkan mobilnya. "Apa disini memiliki tradisi yang sama dengan di Indonesia? Pingitan?" tanya Nanda bingung.
"Tentu saja tidak sayang," ucap Bian sambil merangkul Nanda. Menarik tubuh gadis itu agar berjalan didekatnya, bukan malah selalu terlihat lengket dengan Lucas. "Lucas mungkin sedang menahan dirinya agar tidak melakukan 'itu' sebelum pernikahan," tebak Bian sambil menyeringai.
Nanda mengedipkan mata beberapa kali secara sadar, dengan wajah yang mulai terasa panas. Ucapan Bian yang terdengar menjurus kepada sesuatu yang halal dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah itu membuatnya malu. Usianya memang sudah cukup untuk mendengar kalimat itu, tapi tetap saja, Nanda tidak terbiasa.
Lucas tertawa mendengar perkataan Bian. "Orang tua Ana termasuk pemegang prinsip tidak ada sex sebelum menikah. Jadi ketika tak sengaja mereka melihatku mencium Ana, ya jadinya begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
ChickLitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...