Hari yang tidak diinginkan

14K 1.1K 9
                                    

Semenjak menjadi seorang istri sejak seminggu yang lalu, hal yang seperti ini adalah salah satu dari sekian banyak rutinitas dan akan selalu dilakukan oleh Nanda setiap pagi. Membangunkan Bian dari tidurnya yang rupanya sangat sulit Nanda lakukan.

Dua hari setelah resepsi pernikahan mereka, tepatnya dihari Senin yang lalu, Bian langsung mulai masuk kerja kembali. Berhubung karena masa jabatan Bian masih baru atau seumur jagung, Bian tidak bisa libur lama-lama. Dan dengan keadaan Bian seperti ini, sulit dibangunkan dan harus berangkat pagi karena kerja, menjadi tantangan tersendiri bagi Nanda.

Nanda tidak tau, waktu mereka belum menikah apakah Bian sesulit ini juga ketika bangun pagi atau tidak.

Salah satu yang membuat Bian sulit dibangunkan adalah karena laki-laki itu tetap menyentuh Nanda hingga tengah malam. Nanda tidak tau tepatnya jam berapa karena Bian akan berhenti ketika Nanda sudah sangat kelelahan.

Laki-laki itu sama sekali tidak peduli walaupun besoknya dia harus bangun pagi untuk bekerja. Nanda pun tidak bisa menolak karena selain kewajibannya, Nanda pun juga menikmati setiap aktivitas malam mereka.

"Mas, ayo bangun. Mandi dan sholat subuh dulu Mas," ucap Nanda sambil menggoyangkan lengan Bian.

Hari ini memang hari Sabtu, Bian pun tidak bekerja. Tapi kewajiban laki-laki itu sebagai seorang muslim harus dia jalani sehingga Bian harus bangun di jam seperti biasanya.

Tadi sebelum Nanda beranjak ke kamar mandi untuk mandi, Nanda sudah membangunkan Bian. Suaminya itu bahkan sudah sempat membuka mata untuk merespon Nanda. Tapi ternyata hingga setelah Nanda keluar kamar mandi, Bian kembali tidur.

"Lima menit lagi, sayang," gumam Bian dengan suara serak sambil menelungkup kan badannya.

Pergerakan Bian itu membuat selimut yang menutupi tubuhnya turun hingga sepinggang, menampakkan punggungnya. Beruntung saja tidak turun lebih rendah karena Nanda sendiri tidak tau, setelah mereka berhubungan badan tadi malam, suaminya memakai kembali celananya atau tidak.

Membayangkannya saja mampu membuat Nanda merona.

"Nanti sholat subuh nya semakin telat karena Mas harus mandi dulu," ucap Nanda sambil menggoyangkan punggung Bian. Padahal Adzan subuh sudah berkumandang sejak sepuluh menit yang lalu, tapi suaminya ini belum bergeming juga. "Mas, ayo bangun."

"Iya, iya sayang. Mas bangun sekarang," ucap Bian. Tapi tetap saja tidak ada pergerakan darinya selain dari ucapan yang keluar dari bibirnya.

Nanda menghela nafas, melirik suaminya itu dengan pikiran yang berkelana. Harus kah dia menyiram air ke wajah suaminya itu agar bisa bangun? Tapi rasanya itu tidak baik sama sekali.

"Mulai nanti malam, olahraga malam kita kurangi Mas. Biar Mas bisa tidur cepat dan bangun paginya tidak susah begini," gumam Nanda. Dan ternyata ucapan Nanda itu mampu membuat Bian bergerak.

Bian membalikkan badan dan duduk segera. Matanya menatap Nanda dengan memicing, bibirnya mengerucut. "Tidak boleh!" ucapnya tegas.

Nanda mengangkat bahu sekilas. "Kalau begitu, jangan susah lagi ketika aku bangunkan, Mas," ucap Nanda dengan bibir yang tersenyum geli.

"Tidak lagi."

Nanda tertawa ketika melihat suaminya itu yang segera beranjak kedalam kamar mandi sambil menggerutu apapun yang tidak jelas apa yang dikatakannya. Setelah pintu kamar mandi tertutup, Nanda mulai merapikan tempat tidur dan menyiapkan tempat untuk mereka sholat subuh sambil menunggu Bian selesai kamar mandi. Nanda pun sepertinya harus mengulang kembali wudhu nya.

Setelah menyelesaikan sholat subuh bersama dengan suaminya, Nanda beranjak ke dapur. Meninggalkan Bian yang sedang membuka laptopnya, mungkin saja ada yang perlu laki-laki itu kerjakan.

Still The Same Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang