"Kamu kenapa tidak ada sisi romantis sedikitpun? Setidaknya saat melamar begitubkamu kasih Nanda cincin. Paling tidak ya kasih bunga."
Bian menutup kedua telinganya akibat kalimat panjang Arina yang diucapkan perempuan itu dengan cara berteriak. Bian baru selesai menceritakan tentang lamaran dadakannya siang tadi dengan semangat.
Rupa nya respon yang diterima Bian tidak seperti yang dia sempat dia bayangkan.
Tujuan Bian untuk menceritakan langsung hari ini yaitu untuk meminta Ayah dan Bunda segera melamar Nanda secara resmi untuknya.
"Namanya juga dadakan, Kak. Aku langsung spontan dan belum ada persiapan juga. Nanda pun tidak mempermasalahkannya. Tidak apa-apa," ucap Bian santai.
Laras menggelengkan kepala, menatap Bian tak percaya. "Kamu kalah dari Ayah kamu. Bunda bahkan ingat bagaimana romantisnya Ayah kamu dulu saat melamar Bunda," ucap Laras sambil mengingat kembali salah satu momen romantis antara dirinya dan suaminya dulu.
Arina tertawa. "Abang ipar kamu bahkan melamar Kakak juga dengan sangat romantis. Kasihan sekali nasib Nanda. Apa yang bisa dia banggakan jika suatu saat ada yang bertanya padanya bagaimana kamu melamarnya? Untung ya dia cinta kamu."
Bian tak peduli dengan komentar Bunda nya dan Arina. Dia malah tersenyum lebar. Ucapan Kakaknya itu benar, untung Nanda cinta padanya. Karena itu Nanda tidak masalah sedikit pun dengan lamaran dadakannya itu.
"Jadi rencananya kapan?" tanya Fikran yang baru saja bergabung. Dia baru saja selesai membersihkan badannya karena baru pulang bekerja.
Walaupun baru bergabung, tapi Fikran tau apa yang sedang dibicarakan keluarganya itu karena sempat mendengar ucapan mereka samar-samar ketika keluar kamar. Apalagi ucapan istrinya.
Bian menghela nafas. "Aku mungkin harus bertemu empat mata dengan Kakeknya dulu Bang. Tapi aku mau disegerakan."
Fikran mengangguk setuju. "Itu harus. Saat bertemu, baru bicarakan kapan bagusnya acara untuk lamaran resminya. Kalau kamu mau, bawa Ayah dan Bunda sekalian untuk bertemu Kakek Nanda. Sebagai tanda kalau kamu benar-benar serius."
Bian mengangguk setelah mendengarkan saran Abang iparnya itu. "Aku akan segera bilang sama Nanda, Bang. Jadi ketika datang, Kakeknya juga dalam keadaan sehat."
"Nanda kapan akan kamu bawa kesini lagi? Bunda mau cerita-cerita sama Nanda. Terakhir kali, kamu sama Ayah malah sibuk membahas tentang keluarganya," ucap Laras merajuk.
Bian tersenyum mendengar ucapan Bunda nya itu. "Bian mau nya tadi bawa Nanda kesini, Bun. Tapi dia butuh istirahat karena habis dari rumah sakit siang tadi. Akhir pekan nanti Bian bawa Nanda kesini ya Bun. Hari biasa dia lagi sibuk di kantor."
Mendengar Nanda dari rumah sakit membuat Laras kaget. "Nanda yang sakit atau Pak Darian yang masuk rumah sakit?" tanya Laras panik.
Bian mengetatkan rahangnya. "Nanda terluka Bun, gara-gara kelakuannya Kessy."
Bian tidak bisa menahan rasa marah nya saat mengingat hal itu. Sayangnya Nanda malah memaafkan Kessy begitu saja. Padahal jika dihitung-hitung, sudah berapa banyak Kessy membuat Nanda menderita.
Bahkan tidak hari ini saja, melainkan sejak dulu gadis itu sudah berbuat hal yang buruk. Padahal nyatanya apa yang dilakukan Kessy tidaklah berguna sama sekali. Karena rasa benci gadis itu kepada Nanda akibat dari kebohongan Mama nya.
"Anaknya Tante Anita? Memangnya apa yang terjadi?" tanya Arina penasaran.
"Kessy melukai Nanda di kantor. Dia marah gara-gara Pak Darian mengalihkan semuanya kepada Nanda," ucap Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
ChickLitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...