"Apa aku harus menelan itu lagi?"
Nanda tersenyum geli setelah mendengar pertanyaan Kakeknya yang saat ini sedang menampilkan raut jijik diwajahnya. Ada beberapa obat yang harus diminum Kakeknya itu termasuk vitamin, sesuai dengan resep Dokter yang saat ini sudah Nanda siapkan.
Tapi Kakeknya itu terlihat sudah mulai bosan ketika diminta untuk meminumnya, sehingga setiap kali jadwal minum obat, Kakeknya itu akan selalu berkomentar terlebih dulu.
"Tentu saja, Kek. Apa Darian Saptomo yang terkenal itu sekarang takut minum obat?" goda Nanda yang kemudian disertai kekehan geli dari mulutnya.
"Tubuhku baik-baik saja, jadi tidak perlu minum ini semua," tunjuk nya kepada obat ditangan Nanda.
Walaupun begitu, Darian tetap mengambil satu persatu dari tangan cucunya dan menelannya. Tangannya yang mungkin sudah lemah itu terlihat masih sanggup jika hanya untuk memegang segelas air.
"Kakek harus sehat terus, karena itu aku ingin Kakek selalu meminum apa yang diberikan Dokter. Bulan ini Kakek harus menghadiri pernikahan Nanda. Kakek juga harus melihat anak Nanda nantinya, cicit Kakek maksudnya. Jadi akan ada banyak hal yang harus Kakek lakukan."
Darian berdecak. "Apa kau ingin menahan ku didunia ini lebih lama? Kau tidak lihat, bergerak saja aku sudah kesulitan."
"Umur tidak ada yang tau, Kek. Kakek harus tetap berusaha untuk sehat selalu. Makan makanan sehat yang sudah disediakan, minum obat dan istirahat yang banyak. Kakek harus melakukannya dengan ikhlas dan tanpa banyak komentar."
Nanda membantu Kakeknya itu untuk membaringkan badan diatas tempat tidur. Menarik selimut untuk menutupi tubuh Kakeknya itu hingga pertengahan leher.
"Kau semakin hari semakin cerewet. Padahal sebelumnya kau takut kepadaku."
"Benarkah? Aku tidak menyadarinya. Sepertinya karena sekarang aku sedang bersama Kakekku, bukan Darian Saptomo yang menatapku tajam lagi." Ketika melihat Kakeknya itu akan bicara lagi, Nanda menghentikan. "Kakek, istirahatlah."
"Aku tak percaya sekarang kau sudah berani menyuruh-nyuruh ku seenaknya," gerutu Darian sebelum mulai memejamkan mata.
Dengan senyum geli yang kembali terbit dibibirnya, Nanda memperhatikan Kakeknya yang sudah menutup mata. Kemudian dia memberi kode kepada satu asisten rumah tangga yang sejak tadi ada bersamanya untuk membawa piring bekas makan Kakek dan juga gelasnya sekalian.
Setelah nafas Kakeknya terdengar teratur, Nanda mematikan lampu dan beranjak dari kamar itu. Nanda menutup pintu kamar Kakeknya perlahan, agar dia tidak membangunkan Kakeknya yang sepertinya sudah terlelap sepenuhnya.
Semakin hari kondisi kesehatan Darian semakin memburuk. Faktor usia yang menjadi penyebab utamanya sehingga Darian sudah terlihat tidak sanggup melakukan banyak aktivitas dan pergerakan.
Hal yang mampu membuat Nanda miris adalah bagaimana Kakeknya itu yang terkadang berbicara sendiri, seakan-akan tengah berbicara dengan istrinya. Kebiasaan yang beberapa hari ini Nanda temui.
Jujur, dari dalam hatinya Nanda merasa sangat takut. Bagaimana jika Kakeknya itu meninggalkannya disaat semua urusannya sudah selesai, mengamankan perusahaan dan posisi Nanda didalam keluarga Saptomo.
Padahal mereka baru saja berkumpul menjadi satu keluarga. Nanda belum terlalu lama menikmati kebersamaan mereka. Nanda merasa itu belum cukup baginya, dia menginginkan waktu yang lama dengan Kakeknya itu. Karena itulah Nanda masih berusaha untuk menjaga kesehatan Kakeknya.
Nanda sangat bersyukur, semua urusan STM Group sudah terkendali dengan baik sehingga Kakeknya itu bisa beristirahat dengan tenang dan menikmati hari tua tanpa memikirkan perusahaan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
Chick-LitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...