Ketika mereka berbaikan

19.9K 1.7K 11
                                    

Bian mengamati wajah dengan mata yang terpejam itu dengan seksama. Ternyata sudah begitu lama Bian tidak melihat Nanda dari dekat seperti ini. Sehingga saat ini Bian merasakan perasaan lega dan juga seakan kerinduannya terobati.

Bian teringat ciuman yang mampu menggetarkan dadanya tadi. Ciuman pertamanya dengan Nanda dan juga ciuman pertama Bian tentunya.

Walaupun sering ke nightclub, Bian tidak pernah berbuat lebih kepada gadis-gadis yang mendekatinya. Bian juga pernah dekat dengan beberapa gadis namun sama sekali tidak melangkah lebih jauh dari yang namanya pertemanan.

Membuat Johan dan Eriko sering kali mengejeknya gagal move on.

Wajah Nanda yang memerah tadi malam entah mengartikan bahwa Nanda menahan marah atau merasa malu dengan ciuman paksa yang diberikan Bian. Nanda sama sekali tidak memukul ataupun memaki Bian, hal yang disyukuri Bian. Hanya saja diam nya Nanda tidak bisa ditebak oleh Bian apa maksudnya.

Walau sedikit sulit membawa Nanda, akhirnya Bian bisa melakukannya. Nanda bukan tidak mau diajak bicara, melainkan menundanya karena hari yang sudah malam. Namun Bian tidak ingin, sebab mereka harus menyelesaikan permasalahan yang lalu secepat mungkin.

Nanda mendengarkan penjelasan Bian dengan memberikan sedikit bantahan atau pembenaran. Wajahnya pun hanya terlihat datar sehingga membuat Bian tidak bisa menebak apapun yang dipikirkan Nanda.

Kesalahpahaman mereka dulu telah diselesaikan. Dan juga kata maaf pun sudah saling terucap. Hanya saja, ada hal yang belum Bian katakan kepada Nanda.

Mengembalikan hubungan mereka kepada yang seharusnya.

Karena Bian tidak akan meminta melainkan akan berjuang untuk mendapatkannya. Berjuang untuk yang kedua kalinya, sepertinya bukan hal sulit.

Kamar apartemen Bian sudah dimasuki cahaya matahari dari sela-sela tirai jendela. Menandakan bahwa sudah begitu lama Bian mengamati Nanda yang tidur ditempat tidurnya. Melihat bagaimana raut wajah Nanda ketika tidur dan juga helaan nafasnya. Tanpa sadar Bian menikmatinya, bahkan sama sekali tidak merasa mengantuk.

Bian memperbaiki posisi menjadi duduk disebelah Nanda yang kini berbaring menghadapnya, setelah posisi sebelumnya mampu membuat tangan Bian sedikit kram.

Pergerakan Bian itu membuat Nanda sedikit terusik. Pelan tapi pasti mata Nanda mulai mengerjap, menyesuaikan dengan terangnya ruangan akibat cahaya lampu dan sinar matahari.

Nanda tersentak ketika mendapati wajah Bian dan juga senyum pria itu yang menyambut Nanda ketika dia membuka mata.

"Pagi, Nda."

Segera Nanda duduk ditempat tidur. Memejamkan matanya sejenak ketika pusing akibat bangun dengan tiba-tiba. Nanda mencoba mengulang kembali ingatannya mulai dari ciuman, penjelasan Bian dan juga tanpa sadar Nanda tertidur dimobil pria itu.

Seketika wajah Nanda bersemu merah menyadari bahwa dirinya berada di_ mungkinkah ini kamar Bian?

"Ya ampun, jam berapa sekarang?" tanya Nanda panik. "Kak, lihat tasku?" tanya Nanda ketika mencari keberadaan tas lusuhnya diatas tempat tidur. "Ibu dan Aurel pasti panik karena aku gak pulang."

Bian terkekeh, menyadari sikap Nanda yang sama seperti dulu. Harusnya dia mencemaskan keadaannya yang tiba-tiba berada dikamar seorang pria. Bukannya memikirkan dirinya sendiri, tapi Nanda lebih dulu melainkan orang lain.

"Semalam aku sudah hubungi Bi Marni dengan ponselmu, Nda. Maaf tidak memberi tau kamu dulu, kamu semalam terlalu nyenyak."

Nanda menganggukkan kepala lega. Setidaknya dia tau bahwa Marni tidak menunggui kepulangan Nanda semalam, itu sudah cukup. Untuk penjelasan kenapa dia berakhir ditempat Bian, Nanda nanti bisa bicara dengan Marni.

"Maaf karena semalam aku ketiduran."

Setidaknya itu yang bisa Nanda katakan. Jujur ketika bangun tidur, Nanda begitu kaget ketika menemukan Bian disebelahnya. Mungkinkah mereka tidur dalam ranjang yang sama tadi malam? Memikirkan itu membuat Nanda merasa malu pada dirinya. Kenapa semalam dia bisa ketiduran dengan nyenyak begitu sih?

Karena begitu nyenyaknya, Nanda bahkan tidak sadar sama sekali ketika dipindahkan dari mobil hingga ketempat tidur. Juga semalam, dia tidak mimpi buruk dan tidak terbangun seperti biasa.

Bian menggelengkan kepala. "Gak masalah, Nda. Aku senang kamu disini," ucap Bian sambil menggaruk tengkuknya.

Nanda yang mendengar dan melihat Bian salah tingkah melototkan matanya. Memorinya seakan kembali kepada dulu saat masa sekolahnya. Bian persis seperti sekarang. Kenapa pria ini bisa berubah dalam semalam? Mungkinkah karena kesalahpahaman diantara mereka sudah terselesaikan?

"Aku harus pulang sekarang, Kak."

"Aku antar kamu pulang. Tapi kita sarapan dulu, kamu bisa buatkan nasi goreng untukku?" pinta Bian malu. Bian merindukan nasi goreng yang sering dia makan sebagai sarapan paginya bersama Nanda dulu.

Nanda tersenyum tipis. "Tapi, aku tidak terlalu bisa memasak."

"Dulu kamu sering membuatkannya untukku."

Kepala Nanda menggeleng segera. "Aku tidak pernah melakukannya."

"Dulu kita sering sarapan nasi goreng bersama. Kamu yang membawanya ke sekolah."

Sekarang giliran Nanda menggaruk tengkuknya. "Itu bukan aku yang membuatnya, tapi Bi Marni."

"Kamu bilang kamu yang membuatnya."

"Aku tidak pernah bilang kalau sarapan yang ku bawakan untuk Kakak adalah buatanku."

Bian terkekeh. Memang benar bahwa Nanda tidak pernah bilang jika sarapan yang dibawanya adalah buatan gadis itu. Hanya saja mungkin itu karena asumsi Bian sendiri. Kecewa? Tidak juga.

"Kalau begitu aku yang masak. Kamu bersih-bersih lah terlebih dulu. Didalam lemari, ada baju kakakku. Kamu bisa gunakan itu."

Bian beranjak keluar dari kamar. Senyum masih terlihat diwajahnya. Karena pagi ini merupakan salah satu pagi yang begitu membahagiakan di kehidupannya. Tentu saja karena sebelum-sebelumnya pun juga karena gadis itu, Nanda.

Melihat kamar yang dia tempati saat ini, sepertinya ini bukan kamar Bian. Karena isi lemari keseluruhannya adalah pakaian perempuan. Bahkan masih ada pakaian dalam yang masih baru. Nanda bergegas membersihkan diri dikamar mandi.

Bian selesai memanggang roti untuk sarapan mereka, bertepatan dengan Nanda yang keluar dari kamar tamu apartemennya. Bian tidak sempat untuk memasak nasi goreng karena dia pun harus segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ada meeting pagi ini, untung saja Sekretarisnya mengingatkan tadi.

"Maaf karena aku merepotkan, Kakak," ucap Nanda setelah selesai menghabiskan sarapannya.

Bian tersenyum. Andai kamu tau kalau aku sangat menikmati keberadaan kamu disini, Nda. "Tidak masalah, Nda,"aku senang kamu disini.

Setelah terdiam sebentar, Bian menatap Nanda dalam. Membuat gadis itu melihat Bian bingung.

"Tentang rencana Lucas, apa keputusan kamu, Nda?"

Nyatanya sampai sekarang, Nanda pun belum memiliki keputusan apapun.

***

Maaf banget, aku jadi telat ubdate akhir-akhir ini. Untuk selanjutnya aku usahakan untuk gak telat lagi.

Tetap jaga kesehatan semuanya. Jangan lupa jaga kebersihan dan minum banyak-banyak. Kalau keluar usahakan pakai masker, biar kamu aman dan orang lain juga.

Semoga pandemi corona ini cepat teratasi dan berlalu, Aamiin 🙏

Semoga Suka 😍

Love you all 😘
~fansdeviyy

Still The Same Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang