Laras menatap calon menantunya dengan tatapan terpana. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun pengantin yang menutupi tubuhnya. Hanya tinggal diberi sentuhan riasan diwajahnya sedikit, rambutnya yang ditata sedemikian rupa dan tidak lupa menggunakan sepatu yang sudah dipesan, penampilan Nanda akan terlihat sangat sempurna.
Pantas saja putranya begitu tergila-gila dengan gadis ini. Selain karena sifatnya yang sangat baik dan lembut, gadis ini juga begitu cantik. Kecantikan Lira benar-benar menurun kepada Nanda.
"Bagaimana Bunda?" tanya Nanda ketika dia sadar bahwa Laras dari tadi menatapinya dengan seksama.
Arina terkekeh, dengan sengaja dia memegang lengan Bundanya itu sehingga membuat Laras tersentak. "Kamu terlihat sangat cantik, Nda," ucap Arina.
Laras mengangguk setuju. "Bunda bahkan tidak bisa berkata-kata. Sepertinya putra Bunda itu terlalu beruntung mendapatkan kamu."
"Bunda bisa saja," ucap Nanda disertai senyum geli dibibirnya.
"Kalau begitu, Bunda ke ruangan sebelah dulu. Bunda akan cek bagaimana penampilan Bian. Pantas atau tidak dia berdiri dengan kamu di pelaminan nantinya," canda Laras yang membuat Nanda dan Arina tertawa.
Laras meninggalkan Nanda dan pergi menuju ke ruangan sebelah. Arina juga mengikuti dibelakang wanita itu, sebab dia penasaran bagaimana penampilan adiknya.
Hari ini Nanda dan Bian memang fitting baju untuk pernikahan mereka. Waktu berjalan semakin cepat dan lebih kurang satu minggu lagi adalah hari pernikahan mereka.
"Merasa sesak tidak, Mbak? Di bagian dada, perut ataupun lengan mungkin?" tanya seorang pegawai butik. Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Nanda.
Nanda menggeleng sambil memperhatikan gaunnya dengan seksama. "Ini rasanya sudah pas, Mbak." Tidak sempit dan tidak juga kebesaran, Nanda merasa nyaman memakainya.
Pegawai butik itu tersenyum lega. "Berarti untuk ukurannya sudah sesuai ya, Mbak. Kami hanya perlu memasang beberapa hiasan lagi dibawahnya sebagai sentuhan terakhir. Lusa gaunnya sudah bisa diambil, Mbak. Silahkan dilihat dulu Mbak, kalau sudah ingin menggantinya, panggil saya saja."
"Baik, Mbak."
Setelah pegawai itu pergi, Nanda kembali memperhatikan penampilannya didepan cermin besar dihadapannya. Dia masih tidak menyangka bahwa sebentar lagi dirinya akan menikah.
"Hanya sebentar, Bun. Bian cuma mau lihat Nanda sebentar saja."
Nanda langsung menoleh ketika mendengar suara Bian dari balik tirai. Apa terjadi sesuatu dengan calon suaminya itu?
"Kamu bisa melihat Nanda saat hari pernikahan kalian."
Laras menahan lengan Bian dan menarik laki-laki itu agar keluar ruangan. Putranya itu bersikeras untuk melihat penampilan Nanda. Hanya saja Laras tidak mau Bian mengacaukan apa yang sudah dia dan Arina sepakati terkait gaun pengantin Nanda.
Menyembunyikan ini dari Bian merupakan hal yang melelahkan.
"Nanda, tetap dibalik tirai. Kamu jangan keluar," ucap Arina sambil membantu Laras menarik tangan Bian. Mencoba membawa paksa Bian keluar ruangan.
"Kenapa pelit sekali? Aku cuma mau lihat bagaimana penampilan calon istriku," ucap Bian geram setelah keduanya mampu menarik laki-laki itu hingga keluar ruangan.
"Kamu bisa melihat Nanda sepuasnya saat pernikahan kalian," ucap Arina.
Sayangnya, ketika Laras dan Arina sudah melepaskan tangan Bian ketika diluar ruangan, Bian segera bergerak cepat untuk masuk, menutup dan mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
ChickLitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...