"Itu sudah seperti turun temurun dalam keluarga kamu. Bahkan Danu, selama kuliah tidak diberikan biaya hidup sama sekali. Uang semester akan tetap dibayarkan, juga uang untuk tiket pesawat. Karena dalam keluarga kamu, perjuangan dalam kesulitan hidup itu adalah hal yang perlu dilihat, sebelum bergabung untuk memimpin STM Group."
Nanda melangkahkan kakinya memasuki gedung STM Group. Gedung bertingkat yang tidak Nanda hitung berapa lantai tingginya. Yang pasti, ini pertama kalinya Nanda memasukinya.
Mengabaikan tatapan orang-orang karena kehadirannya, Nanda berjalan dengan pasti. Mungkin saja, mereka heran, seorang gadis berpenampilan sangat biasa berani datang dan masuk kedalam perusahaan besar seperti ini.
"Sejak dulu kamu hidup ketergantungan kepada semua orang terdekat kamu. Karena itulah, Pak Darian menilai kamu tidak bisa untuk menempati posisinya di pimpinan tertinggi STM Group dan memilih Kakak kamu. Tapi nilai kamu yang bagus saat kuliah menarik perhatian Pak Darian, karena itu dia melakukan pertimbangan kembali. Melihat kamu berhenti kuliah, Pak Darian berencana untuk membantu melalui beasiswa. Sayangnya kamu tidak pernah sekalipun pergi ke kampus lagi sejak perusahaan Danu beralih tangan."
"Saya ingin bertemu dengan Pak Darian Saptomo. Apa beliau ada disini?"
Resepsionis perempuan dengan name tag yang bertuliskan Maura di dadanya tersenyum ramah. "Apa anda sudah membuat janji untuk bertemu beliau sebelumnya?"
Nanda menggelengkan kepala. "Belum. Tapi saya perlu bertemu dengan beliau hari ini. Apakah bisa?"
"Mohon maaf. Tapi anda harus membuat janji dengan Sekretaris Pak Darian terlebih dulu, baru bisa bertemu beliau."
Nanda tersenyum memohon. "Bisa tolong sambungkan saya kepada Sekretaris Pak Darian? Tolong katakan bahwa saya ingin bertemu Pak Darian."
Maura menganggukkan kepala sebelum melakukan panggilan kepada Sekretaris Darian.
"Karena Danu sudah meninggal, saham yang seharusnya sejak dulu menjadi miliknya, pasti akan diberikan kepada kalian berdua. Danu memang keluar dari rumah, tapi dia tetap menjadi putra tunggal Pak Darian Saptomo. Kakak kamu lebih dulu menjalankan ujiannya dari Pak Darian. Tapi dia tidak lulus karena diam-diam dia mendapat kiriman uang dari Mamanya."
"Maaf, saya harus konfirmasi atas nama siapa?"
Nanda menghela nafas. "Nanda. Nanda Arumi Bramansa."
"Pak Darian sepertinya sedang mengurus sesuatu karena nama Kakak kamu kabarnya mulai dipertimbangkan ulang sebagai salah satu yang nantinya berhak menerima saham dan pengganti Pak Darian. Sepertinya selain kakak kamu tidak lulus ujian, ada alasan lainnya. Tapi Pak Darian tidak pernah memberi tau Ayah."
"Mohon maaf sebelumnya, Bu. Mari saya arahkan menuju ruangan Pak Darian."
Nanda menganggukkan kepala sambil mengucapkan terima kasih. Nanda tidak tau apa yang dikatakan oleh Sekretaris Kakeknya sehingga Nanda mendapatkan pelayanan seperti ini.
"Kakek tidak menyangka kau akan datang," sapa Darian ketika Nanda sudah berada didalam ruangannya.
Nanda tersentak mendengar suara Darian yang terdengar ramah setelah Nanda menyalaminya. Cara Darian berbicara jauh lebih baik dibandingkan dengan pertemuan mereka sebelumnya.
"Kakek terlihat tidak sehat. Kakek baik-baik saja?" ucap Nanda setelah menyadari raut wajah Kakeknya itu.
Darian memang duduk diatas kursi roda, sama seperti ketika datang kerumah untuk menemui Nanda. Tapi wajah pucat Darian tidak bisa Nanda abaikan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
Chick-LitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...