Nanda tersentak kaget ketika pintu ruangannya terbuka paksa. Hal itu menimbulkan bunyi yang cukup keras sehingga Nanda dan dua orang yang ada didalamnya serentak menoleh.
"Maaf, Bu. Tapi Bu Kessy memaksa masuk," ucap Maura yang muncul beberapa detik kemudian dibelakang Kessy sambil menundukkan kepala. Merasa bersalah sebab Darian sudah mengingatkannya untuk tidak membiarkan Kessy menemui Nanda.
Tadi ketika Maura ke toilet, resepsionis yang baru bekerja beberapa hari ini membiarkan Kessy masuk padahal Maura sudah menghalanginya sejak tadi. Membuat Maura langsung menyusul Kessy segera.
Nanda menganggukkan kepala. "Tidak apa-apa. Bisa tolong tinggal kan kami berdua?" pinta Nanda kepada Maura dan dua orang lain yang ada didalam ruangan. Ketiganya langsung keluar ruangan dan memastikan pintu ruangan tertutup.
Hari ini adalah hari ketiga Nanda mempelajari perusahaan. Kakeknya ternyata sudah mengatur semua hal. Baik orang yang akan membantu Nanda, apa yang akan dipelajari oleh Nanda bahkan jadwalnya sekaligus sampai rapat pemegang saham akan dilakukan.
"Wah, liburan ternyata membuatku melewatkan banyak hal. Apa yang aku miliki sekarang pun bahkan sudah beralih kepadamu ya?" gumam Kessy menyindir. "Kau!" tunjuk Kessy tepat diwajah Nanda. "Sebenarnya apa lagi yang ingin kau rebut dariku hah?"
Nanda berdiri dari tempatnya duduk. Masih merasa risih dengan pakaian kerjanya yang tidak pernah dipakainya sebelum ini. Paduan bawahan berupa rok selutut yang ramping dan atasan berupa blazer yang terkesan santai tapi tetap formal.
"Aku tidak pernah merebut apapun darimu, Kak," ucap Nanda tegas.
Kedua tangan Kessy bersedekap didepan dada. "Lalu kau pikir apa yang kau lakukan sejak dua hari lalu?"
Jabatan Kessy didalam perusahaan dan saham di STM Group yang harusnya menjadi miliknya sudah beralih tangan menjadi milik gadis yang dibencinya ini. Kessy tidak tau, setelah ini apa lagi yang akan direbut oleh gadis ini darinya.
"Aku hanya melakukan apa yang Kakek minta, Kak. Harusnya disaat Kakek tidak kuat lagi bekerja, Kakak selalu ada disampingnya, bukannya pergi liburan," sindir Nanda.
Saat mengetahui bahwa Kessy pergi liburan bersama dengan Anita, Nanda bersikap biasa saja. Tapi ketika tau bahwa Kessy yang ternyata tidak tinggal satu rumah dengan Darian dan sangat jarang mengunjungi Kakeknya itu membuat Nanda kesal.
Bahkan Nanda semakin geram setelah tau bahwa Kessy datang kerumah hanya untuk urusan keuangannya. Sekalipun tidak pernah menanyai keadaan Kakek mereka. Padahal Kessy berpikir bahwa dia adalah cucu Darian, keturunan Saptomo. Tapi sikapnya tidak mencerminkan hal itu.
Kessy tersenyum sinis. "Itu urusanku, bukan urusanmu. Kau bukanlah adikku, jadi jangan bersikap seolah-olah aku adalah Kakakmu. Katakan kepada Kakek bahwa kau ingin mengembalikan semuanya padaku."
Nanda menggelengkan kepala. "Aku tidak akan melakukannya karena aku sudah berjanji kepada Kakek. Kenapa tidak Kakak saja yang bicara dengan Kakek?"
"Kau!" tunjuk Kessy lagi dengan marah. Tapi tiba-tiba dia tertawa dan memegangi perutnya. "Kau ternyata sama saja dengan Ibumu ya? Inikah yang dia ajarkan padamu maksudku, sebelum dia mati?"
Nanda melangkahkan kaki mendekati Kessy. Matanya menatap Kessy dengan tajam. Ucapan Kessy yang membawa nama Mama nya mampu memancing emosi Nanda.
"Mamaku tidak pernah mengajarkanku untuk mengambil apa yang bukan hakku, Kak. Setidaknya apa yang diajarkan oleh Mamaku tidak sama seperti apa yang diajarkan Tante Anita kepadamu. Kebencian, dendam dan amarah seperti milikmu."
Nanda merasakan tamparan di pipi kanannya, membuat pipinya terasa berdenyut seketika. Bahkan Nanda dapat merasakan adanya darah akibat sudut bibirnya yang robek. Entah karena tamparan yang diterimanya terlalu kuat, entah karena cincin ditangan kiri Kessy.
"Rasanya aku ingin membunuhmu saat ini," teriak Kessy.
"Lakukan jika menurutmu itu adalah hal yang benar," ucap Nanda dengan wajah melunak. "Sebenarnya kenapa kau begitu membenciku, Kak? Hanya karena Papa berpisah dengan Tante Anita, lalu menikah dengan Mamaku? Atau karena Papa dulu jarang bertemu denganmu? Apa yang sudah aku lakukan sehingga kau sangat membenciku?"
"Hanya kau bilang? Sesuatu yang hanya menurutmu itu adalah hal yang penting bagiku. Ibumu yang jalang itu menggoda dan mengambil Papaku. Lalu kau hadir didunia dan menerima semua kasih sayangnya."
Nanda berjalan mendekati Kessy dan mencengkram pakaian Kessy di bagian leher. "Kau boleh melakukan apapun padaku, tapi jangan pernah kau hina Mamaku, Kak. Aku tak bisa memaafkannya."
Kessy tertawa sinis. Dengan kasar dia menjauhkan tangan Nanda. "Kenapa? Bukankah jalang sebutannya untuk Ibumu itu yang menggoda Papaku padahal dia tau Papaku sudah menikah?"
Nanda mengepalkan kedua tangannya. Ternyata apa yang dikatakan Kakeknya benar. Kessy saat ini sudah diliputi kebencian yang dalam kepadanya. Sehingga sikap Kessy menjadi seperti sekarang.
"Kau tau siapa yang merebut siapa hah? Tante Anita yang memaksa Papa untuk menikahinya dengan dukungan Kakek, padahal Papa adalah kekasih Mamaku saat itu. Pernahkah kau bertanya hal apa yang sebenarnya membuat Papa dan Tante Anita berpisah?"
Kessy menggelengkan kepala tak percaya. "Kau menuduh Mamaku yang bersalah? Padahal wanita jalang itu yang merusak pernikahan mereka."
"Aku bilang jangan sebut Mamaku seperti itu!" teriak Nanda lagi. "Aku menghargaimu sebab kau aku anggap sebagai Kakakku karena Papaku pernah menikahi Mamamu. Jadi jangan buat aku melampaui batasanku."
Kessy mendorong Nanda, sehingga kepalanya membentur meja. Nanda duduk di lantai, mencoba menghilangkan rasa nyeri di kepalanya.
"Kau tau, sejak dulu aku sangat membencimu. Bahkan rasanya aku sangat ingin membunuhmu." Kessy menurunkan badannya, mencekik leher Nanda dengan kuat sehingga membuat Nanda kesulitan untuk bernafas.
Dengan kuat Nanda melepaskan tangan Kessy dari lehernya. Jejak kuku panjang Kessy tercetak disana. Tindakan Nanda itu mampu membuatnya bisa bernafas dengan normal lagi.
"Sadar lah Kak. Saat ini kau diliputi amarah. Kau, Kakek, aku dan Tante Anita bisa bicarakan ini baik-baik. Tanyakan kebenarannya kepada Tante Anita, Kak. Kau sama sepertiku, dibodohi oleh fakta. Tapi kau lebih parah karena percaya dengan kebohongan semata."
Kessy menjangkau vas bunga kaca yang menjadi hiasan meja dan mengangkatnya tinggi-tinggi ketika Nanda menundukkan kepala, berusaha meraih oksigen sebanyak mungkin.
"Melihatmu menderita memang menyenangkan. Dan menyakitimu mungkin akan membuatku lega, apalagi seandainya kau sudah tidak ada didunia ini."
Kessy menghantamkan vas bunga ditangannya kearah kepala Nanda, menimbulkan bunyi pecahan yang keras. Dia memejamkan matanya setelah menyadari apa yang dilakukannya.
Hanya saja, kenapa Kessy tidak merasa lega sama sekali? Tubuhnya tersentak mundur kebelakang, tiba-tiba dia ketakutan.
Nanda menjauhkan kedua tangannya yang menutupi kepalanya. Untung saja, dia cepat menyadari bahwa Kessy akan memukul kepalanya dengan vas bunga, sehingga Nanda dapat melindungi kepalanya segera.
Rasa sakit langsung Nanda rasakan dari tangannya yang terluka akibat pecahan kaca vas bunga. Blazer lengan panjang tidak sepenuhnya mampu melindungi tangan Nanda. Kepalanya sontak menatap Kessy tak percaya.
Sejauh inikah perbuatan Kessy hanya karena rasa benci?
"Aku mohon padamu, Kak. Tanyakan kebenaran semuanya pada Tante Anita. Kau sudah menyimpan dendam dan rasa benci terlalu lama padaku dan Mamaku. Padahal nyatanya . . ." Nanda menghela nafas sejenak. Teringat perkataan Kakeknya.
"Tahun lalu Kakek mulai curiga, sebab golongan darah Danu maupun Anita tidak ada yang sama dengan Kessy. Karena itu Kakek menyelidikinya dan terus menekan Anita, sehingga dia mengakui pada Kakek, bahwa Kessy bukanlah anak kandung Danu. Karena itu Kakek sudah mengurus semuanya, termasuk berbicara dengan Ayah kandung Kessy. Kessy akan segera kembali kepada Ayahnya."
". . . kau bahkan bukan anak kandung Papaku, Kak."
***
Stay safe and healthy semuanyaaa 🤗
Semoga Suka 😘
Love you all 😘
~fansdeviyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same Love [Tamat]
Chick-LitTerikat masa lalu itu memang tidak mengenakkan. Apa lagi ketika kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Nanda dan Bian telah merasakannya. Dan setelah mengetahui bahwa yang terjadi dulu merupakan kesalahpahaman, Bian tidak akan melepaskan...