🍁 five

3.9K 595 39
                                    

.

.

.

.

.

"Jadi.. punya rencana untuk menghancurkan hidup manusia tupai itu?" Tanya Hyunjin, menatap ke arah Minho yang baru bergabung di markas.

"I'm clueless, help me." Ujar Minho, mendudukan dirinya di sofa panjang sambil memijat pelipisnya seperti orang yang benar-benar frustasi.

".....wow, you look so desperate," Hyunjin tertawa kecil. "Tindas dia. Bukankah kau sering melakukan hal itu pada orang yang sudah mengusik hidupmu?"

"Hm? Menurutmu itu akan berhasil?"

"Menghancurkan mental seseorang lebih mudah daripada menghancurkan fisiknya." Ujar Hyunjin. Minho tersenyum licik. Berbagai ide jahat muncul di otaknya satu persatu, membayangkan betapa tersiksanya Han Jisung, si adik kelas tengil itu.

"Fine. Aku akan mencobanya."

.

.

.

Minho berjalan menelusuri lorong kelas junior. Berbagai pandangan takut ia dapatkan dari adik kelas sekitarnya. Namun rata-rata langsung mengalihkan tatapannya saat Minho menatap ke arah mereka.

Kakinya berhenti di depan sebuah kelas, kelas yang ia ketahui ada si manusia menyebalkan di sana.

Han Jisung, I'm coming...

"Hey!," Minho menggebrak pintu kelas, membuat seisi kelas itu terlonjak kaget atas kedatangannya. Yang awalnya rusuh berbicara dan bertingkah kesana kemari, tiba-tiba sunyi dengan tatapan terarah ke satu arah. Minho menyeringai saat ekspresi para junior di kelas itu mulai menegang takut. "Di mana Han Jisung?"

Jisung yang sedari tadi sadar akan kedatangan Minho hanya mendengus kesal. Ia mengangkat tangannya dengan malas.

"Cepat ke sini, aku ada urusan denganmu." Ujar Minho, terkesan memerintah. Namun bukannya berdiri dan segera beranjak, Jisung malah bersender di kursinya sambil menyilangkan tangan di dadanya santai.

"Aww.. ada apa ini? Merindukan mulut pedasku?" Tanya Jisung, berniat mengejek Minho. Minho menggeram kesal dan lagi-lagi menggebrak pintunya.

"Cepat. Kesini." Tekan Minho. Jisung lagi-lagi memandang datar ke arahnya.

Tch, no fun.

Ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju Minho lagi-lagi dengan santai. Lalu beberapa langkah lagi sampai ke depan pintu.

"Kau tahu, jika kau merindukanku, bilang saj-"

Sret

Bug!

"Akh! Senior sialan!" Jisung meringis sakit saat belakang punggung dan kepalanya terbentur tembok dengan agak keras.

Apa-apaan ini?! Si senior di depannya malah menahannya di dinding. Jisung mencoba meronta, menggerakkan kedua tangannya yang dicengkram dan ditahan di tembok. "Lepaskan aku, bajingan!"

Telekinesis 《MinSung》 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang