.
.
.
.
.
".....dia akan ikut berlatih?" Tanya Changbin, menatap Minho yang masih berdiri angkuh di hadapannya. Jisung yang ada di sampingnya mengangguk.
"Dia benar-benar keras kepala. Lalu sekarang bagaimana?" Tanya Jisung. Changbin menghela napasnya. Changbin memang sedikit memiliki teman, apalagi yang selevel dengan Lee Minho. Tapi bukan jarang lagi kalau dia mendengar kabar pemuda tersebut sangat keras kepala.
"Aku akan melatihnya. Kau tak perlu khawatir. Tinggal ikuti instruksiku," ujar Changbin. Ia langsung menatap tajam Minho. "Kau tunggu di sini."
"Ck, iya." Minho merotasikan bola matanya.
Sementara itu, Jisung sudah berdiri sekitar tiga meter dari Changbin, posisi memunggungi Minho. Changbin dari kejauhan menyatukan kedua telapak tangannya, lalu sinar hijau melingkupi tangannya yang bergerak acak.
Bisik-bisik terdengar, Changbin merapalkan sesuatu. Perlahan tanah yang Changbin pijak ikut bersinar hijau. Garis hijau neon bergerak membentuk lingkaran di sekitar kaki Changbin, menghembuskan angin dari sana, membuat surai legamnya bergerak terbang secara acak.
Jisung dan Minho yang posisinya lumayan jauh sampai dibuat terkesiap.
Mata Changbin yang perlahan memejam pun perlahan terbuka. Maniknya berubah jadi hijau emerald, buat Jisung sempat tersedak kaget. Perlahan lingkaran yang mengitari Changbin melukis garis baru, dengan cepat garis itu berlari ke arah Jisung yang terdiam kaku.
Tepat tiga-puluh sentimeter mendekati kaki Jisung, garis itu segera membentuk lingkaran di sekitar kakinya. Bedanya, lingkaran yang satu ini menggambar pola-pola rumit di sekitarnya.
Perlahan sinar hijau dan angin dari garis tersebut hilang, rambut Changbin turun seperti semula, walau lumayan acak-acakan. Sinar tersebut berganti menjadi warna hitam legam, seperti bayangan yang sedang menyambung dua titik yang berbeda.
"There. Lingkaran ini berfungsi agar aku bisa memantau perkembangan kekuatanmu," Changbin merapihkan jaketnya yang sempat kusut. "Sekarang, kau hanya perlu melakukan sesuai perintahku,"
"Pertama, arahkan kedua tanganmu ke arah pohon di belakangku. Kedua, pejamkan matamu, fokus. Jangan sampai terkecoh. Ketiga, tentukan titik telekinesis-mu ke tangan hingga aura telekinesis-mu keluar. Keempat, tembak pohon itu dengan telekinesis-mu. Mengerti?"
Jisung sempat terdiam. Ia mencoba mengingat instruksi dari yang lebih tua. Rumit, tapi sepertinya ia mengerti.
"Got it."
"Oke, sementara kau berlatih sendiri, aku akan melatih anak keras kepala itu," Changbin mulai bergerak menuju Minho. Yang dipanggil keras kepala hanya mendelik kesal. "Jangan khawatir. Selama garis ini terhubung, aku masih bisa memantau perkembanganmu.
"Tunggu, boleh aku tahu sebesar apa kekuatanku saat ini?" Tanya Jisung.
"2/10." Balas Changbin.
"1/5?"
"2/10."
"Sama saja." Jisung menatap yang lebih tua dengan kesal.
"2/10. Ini bukan skala, ini kapasitas kekuatan," Changbin menggulung lengan jaketnya. "Saat kau sudah mencapai batas level itu, kapasitas kekuatanmu akan semakin meningkat lebih besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Telekinesis 《MinSung》 ✔
Fanfiction[Fantasy, Adventure] Lee Minho itu seorang senior, penindas di sekolahnya. Kegiatan sehari-hari, merampas uang jajan adik kelas. Kebiasaan, tawuran dengan sekolah lain, lalu reputasinya, semua berubah karena Han Fucking Weird Jisung, si pengguna Tel...