🍁 thirty-four

1.3K 171 13
                                    

Hai, kangen gak?

.

.

.

.

.

Sudah enam hari.

Sudah enam hari semenjak Jisung dan Minho memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Dan Jisung belum melihat mantan kekasihnya semenjak hari itu.

Jisung memeluk kedua kakinya, satu tangan ia keluarkan, asyik bermain-main dengan gelembung telekinesis-nya.

Saat masuk sekolah, Jisung tidak menemukan Minho di manapun. Jam istirahat pertama, Hyunjin datang berkumpul tanpanya. Dan tanpa sempat bertanya, Hyunjin langsung mengatakan bahwa Minho tidak masuk sekolah hari itu.

Begitu pun hari-hari selanjutnya.

Hyunjin bahkan tidak mengatakan alasan absensinya. Dia hanya bilang bahwa Minho tidak masuk, dan ia tak tahu apa-apa lagi.

Sudah enam hari juga, Bangchan melihat saudaranya begitu muram. Hari itu, Jisung kembali ke rumah dengan mata yang sembab dan langsung menutup pintu kamar dengan keras.

Bangchan saat itu tak mengerti apa yang baru saja terjadi. Setelah sang saudara terlihat lebih tenang dan akhirnya keluar dari kamarnya, Jisung langsung memeluk Bangchan erat dan menjelaskan segalanya.

Ternyata kisah cinta mereka tidak seindah apa yang diharapkan.

Bangchan menghela napasnya, mendekati Jisung yang duduk di sofa markas dengan gelembung telekinesis di tangannya.

"Hei... berhentilah murung seperti itu, kita harus berlatih bersama yang lain." Ujar Bangchan. Jisung mengangkat kepalanya, menoleh ke arah arena yang ramai dengan teman-temannya yang sibuk melatih alat modern buatan Bangchan. Namun Jisung tetap kembali menjatuhkan kepalanya, menghilangkan gelembung telekinesis itu dari tangannya.

"Kau saja. Aku merasa tak begitu semangat hari ini." Balas Jisung.

"That's what you said for the past 6 days, Ji!" Bangchan bangun dari sofa, menatap saudaranya lalu mengulurkan tangannya. "Kau memang sudah kuat, tapi kita tidak tahu kapan Taeyong akan menyerang."

Jisung menatap tangan Bangchan lekat. Saudaranya benar, Jisung tidak boleh terus diam. Untuk apa berlatih kalau akhir-akhirnya ia akan berdiam murung seperti ini? Jisung meraih tangan Bangchan sembari tersenyum. Bangchan dengan senang menarik tangannya untuk berdiri dan menggenggamnya erat.

"Now that's my brother." Bangchan memeluk Jisung erat. Saudaranya tertawa kecil saat kakinya akhirnya menginjak arena latihan, disambut senyum lega dan bahagia bahwa akhirnya Jisung kembali berlatih bersama.

.

.

.

Minho bersender di jendelanya. Cahaya langit di luar terlihat begitu menakjubkan terang, begitu segar, dan menyenangkan. Namun dia bisa apa? Minho hanya bisa diam di kamarnya.

Telekinesis 《MinSung》 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang