.
.
.
.
.
"... you need me.. to train Minho?" Tanya Chan. Jisung mengangguk antusias. Saudaranya mengangguk-angguk santai, lalu bersender di bangkunya. "How much will you pay me?"
"Chan..." Jisung menatap kesal saudaranya. Bangchan tertawa kecil, terkadang rasanya seru menjahili saudaranya sendiri.
"Just kidding, dude. Mulai kapan?"
"Besok? Pulang sekolah."
"Okay, I'll do my best." Chan tersenyum lalu beralih mengerjakan tugasnya lagi. Jisung bernapas lega. Membujuk Chan memang tidak akan sulit, toh sesibuk apa pun dia pasti ada untuk Jisung.
.
.
.
"Kau membawa Chan?" Tanya Minho, melihat ke arah Bangchan yang berdiri di belakang Jisung. Penampilannya kelewat santai, berbeda dengan penampilannya yang selalu rapih, apik, bersih di sekolah. Chan... terlihat beda dengan kaos hitam over-sized, celana training abu, sepatu Converse yang dipakai asal, dan rambut pirangnya yang acak-acakan.
"Well, as you can see.. yes." Jisung merangkuk bahu saudaranya.
"Oh, aku kira kau baru saja membawa orang gila bersama kita." Minho berujar santai, tanpa memperdulikan Bangchan yang sudah sumpah serapah ke arahnya.
"You'll regret what you've said, Lee."
"Try me."
"Okay, stop the debate already. Ayo latihan." Changbin segera buka suara sebelum perdebatannya semakin panjang. Sebenarnya Changbin lumayan ragu dengan pilihan Jisung untuk membawa Bangchan. Tapi dilihat dari fisik, pemuda itu pasti sering work out dan hasilnya juga lumayan.
Bangchan mengernyit bingung.
"Hold up! Kalian selalu latihan di sini?" Tanya Bangchan. Ketiga pemuda lainnya mengangguk.
"Ya, memang kenapa?" Tanya saudaranya. Bangchan menghela napasnya. Perlahan pandangan jengahnya pun berubah menjadi wajah yang menjengkelkan.
"I know somewhere better." Bangchan berjalan, meninggalkan tiga pemuda lainnya yang malah kebingungan. "Ikuti aku, bodoh!"
Ketiganya hanya menatap kesal si pemuda bersurai pirang namun memutuskan untuk mengikutinya. Mereka berempat masuk ke dalam pabrik kosong dekat lapangan yang mereka biasa gunakan. Dindingnya sudah keropos, isinya juga kurang luas karena berbagai alat-alat bekas dan puing-puing yang berserakan di lantai.
"Bagaimana kita bisa latihan di sini, Chan..." Jisung sudah siap untuk mengeluh lebih banyak dari itu. Namun Bangchan yang memang sudah tahu sifat bawel Jisung segera menyela.
"Ssht! Diam," sukses membuat Jisung menutup mulutnya.
Bangchan berhenti di hadapan sebuah ruangan. Jisung yang berdiri di belakang saudaranya melihat ke atas pintu yang sudah usang itu. Tertulis 'alat kebersihan' di sana. Bangchan membuka pintunya, sukses membuat ketiga pemuda lainnya membelakakkan mata mereka bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telekinesis 《MinSung》 ✔
Fanfiction[Fantasy, Adventure] Lee Minho itu seorang senior, penindas di sekolahnya. Kegiatan sehari-hari, merampas uang jajan adik kelas. Kebiasaan, tawuran dengan sekolah lain, lalu reputasinya, semua berubah karena Han Fucking Weird Jisung, si pengguna Tel...