🍁 eight

3.4K 456 10
                                    

.

.

.

.

.

Jisung terduduk di bangku lapangan kosong itu. Ini sudah pukul.... entahlah 6 sore? Namun Minho belum kunjung datang untuk latihan. Mereka sudah berlatih bersama sejak beberapa hari yang lalu Minho mengajak—atau memaksa—dirinya. Kalau dari fisik, tubuhnya cukup baik dan kuat. Minho bisa menahan dan memukul dengan baik. Namun dari kecepatan, sepertinya kurang baik.

Inti dari latihan ini sebenarnya kecepatan. Kalau Minho tidak bisa mengalahkan kecepatan reflek Jisung, dia akan mudah terkelabui. Sulit untuk Jisung memukul Minho secara langsung, tapi jika ia membuat pergerakan secara acak dan membuat Minho mengejarnya, Jisung bisa menyerang kapanpun asal Minho teralihkan.

"Jisung!" Yang dipanggil menoleh, menemukan lelaki tinggi dengan hoodie hitam yang berlari ke arahnya. Jisung menatap kesal ke arah Minho. Bisa-bisanya dia telat 1 jam.

"YA! Bisa-bisanya kau membuatku menunggu sendirian di sini! Ini sudah sore!" Jisung berdiri dari tempat duduknya. Kalau boleh jujur, dari satu jam ke belakang Jisung juga tak mau menunggu di sini. Tempatnya seram. Kalau latihan kan tidak mungkin di tempat terbuka. Jadi mereka harus berlatih di tempat sepi, misalnya lapangan luas di belakang pabrik kosong ini.

"Hehe.. maaf. Aku tertidur." Minho menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jisung mendengus kesal.

"Oke oke, kumaafkan. Sekarang, ayo mulai." Jisung melangkah menuju posisi yang jauh dari Minho. Ia berdiri dengan santai sambil memperhatikan Minho yang mulai bersiap. Sesaat kemudian, Jisung menggerakkan tangannya, melayangkan sebuah tong dan beberapa benda padat seperti batu atau kayu di sekitar.

Jisung menggerakkan tangannya ke arah Minho dan benda-benda melayang itu dengan spontan terbang ke arah lelaki itu dengan cepat. Minho yang sudah bersiaga langsung menangkis semuanya, sambil berusaha sekuat mungkin untuk memperkecil jarak antara dirinya dengan Jisung.

Acara menangkis diakhiri tendangan kencang yang diberikan Minho pada satu tong kosong. Minho tahu benar Jisung harus berhenti sejenak untuk mencari objek selanjutnya, jadi ia gunakan kesempatan untuk berlari mendekat ke arah yang lebih muda.

Namun refleks Jisung langsung menahan tangan Minho yang sudah siap memukulnya. Jisung menghempaskan kepalan tangan itu kuat, namun Minho kembali berdiri dan bergerak menyerang.

Jisung mencoba menahannya dengan telekinesis, namun Minho baik dalam menghindarinya. Tapi asal kalian tahu saja, bahkan dalam situasi seperti itu Jisung memiliki kesempatan yang cukup besar untuk mengalahkan Minho.

Pukul, menghindar, pukul, menghindar. Itu yang Minho coba lakukan. Polanya mulai tampak pada penglihatan Jisung, mempermudah kesempatannya.

Saat Minho bergerak untuk memukul Jisung lagi, Jisung pun bergerak menghindar ke samping alih-alih berusaha menggunakan telekinesisnya.

Minho terkejut dengan pergerakan spontan itu. Sesaat kemudian, Jisung bergerak cepat menarik tangan kanan Minho dan menahan pergerakkan pemuda itu dengan telekinesis-nya. Lalu ia mendorong punggungnya. Minho yang mulai tidak stabil pun terjatuh telungkup di atas rumput kasar dengan Jisung yang duduk di atasnya sambil memegang kendali tubuhnya.

Telekinesis 《MinSung》 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang