PROLOG

1.1K 111 4
                                    

"Lebih baik kalian berhenti."

Seorang cowok berkacamata menggeleng tegas, lalu diikuti oleh keempat temannya yang duduk di samping kanan dan kirinya. "Kalau kita berhenti, kita sama saja seperti mereka. Termasuk anda juga!" tandasnya dingin penuh penekanan.

"Kalian memang tidak mengerti. Kami mengalaminya sendiri. Diteror, ditekan, hingga dia akhirnya memilih mati." Kedua tangan besar laki-laki yang duduk di depan lima cowok itu nyaris menggebrak meja. Beruntung kelima cowok itu terselamatkan oleh seorang pelayan yang mengantarkan pesanan ke meja mereka.

Laki-laki itu menyugar rambut shaggy-nya. Mulutnya terbuka sesaat lalu kembali menutup, kesulitan memilih kata-kata untuk mencegah kelima bocah nekat itu. Hingga saat pelayan itu telah menuntaskan tugasnya, dengan gusar dia berkata,"Dia juga sama keras kepalanya seperti kalian. Tidak mendengarkan. Tidak peduli pada kami."

"Dia justru sangat peduli." Cowok paling ujung kanan akhirnya membuka mulut. "Ketika hal itu terjadi, dan kalian hanya diam saja, citra klub akan rusak. Kalian juga akan kena imbasnya. Pencapaian kalian selama itu akan sia-sia." Tampangnya paling tenang dan tutur katanya tidak memicu migrain bagi si laki-laki itu.

"Dia nggak akan mati kalau lo dan teman-teman lo nggak berhenti ngedukung." Posturnya paling kerempeng, nyaris pucat karena kulitnya sangat putih, tapi raut menantangnya dan ucapannya itu membuat si laki-laki ingin mencengkram kerah seragam bocah itu. Dia mengadu nyeri saat perutnya disikut dari samping oleh bocah bertampang tenang.

"Saya nggak terima. Mereka telah mencuri besar-besaran." Suara cowok di samping kiri menggelegar berbanding terbalik dengan tubuhnya yang kecil pendek.

Cowok di ujung kiri samping si bocah pendek hanya mengangguk kencang. Kepalanya tertunduk terus, tapi matanya tak lepas menatap si laki-laki. Cukup risi dan menyeramkan.

"Kalau kalian bersikeras seperti ini. Lebih baik kalian tinggalkan petunjuk atau apapun agar teman-teman kalian bisa menemukan kalian."

Mereka nyaris kompak mengerutkan kening. Kemudian, tak lama mereka saling berpadangan menangkap maksud seniornya itu.

***

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang