BAGIAN 7

250 53 7
                                    

"Kita belum selesai lihat aktivitas Bian di akunnya itu," ujar Dora yang melangkah lebih cepat, bukan berbelok ke rumahnya, tapi kakinya menuju halaman rumah Thea.

"Jangan hari ini." Thea sudah di belakangnya, bergerak lesuh dengan muka yang sudah kusut.

Tak biasanya mendengar suara Thea yang melemah, Dora langsung menghentikan langkahnya. Dia tahu hari ini bukanlah hari biasanya seorang Odithea. Efeknya terbukti dengan langkah gontai Thea setelah turun dari angkot di depan komplek.

"Gue cape." Hanya itu ucapan selamat tinggalnya yang Dora artikan sebagai "sampai ketemu lagi besok". Dora melambaikan tangan saat Thea menutup pintu rumahnya dan hanya dibalas dengan anggukan kepala. Ini sebuah kemajuan dibandingkan kemarin sore saat Dora menanyakan alasan kebencian Thea terhadapanya dan dibalas Thea dengan muka datar, tatapan dingin lalu 'usiran' secara tidak langsung.

"Gue cape." Dua kata itu juga diucapkannya, tapi dengan nada yang mengandung hasrat ingin membunuh. Maka, sore itu pencarian mereka di halaman goodreads tidak berjalan gara-gara pertanyaan Dora.

Dora menyebrangi jalan komplek dan hanya beberapa langkah dari rumah Thea, Mamanya yang baru turun dari motor menyambutnya dengan dua kantong yang dijinjingnya.

"Mama belanja apa nih?" tanya Dora yang sedang melirik-lirik ke dalam kantong belanja di genggamannya saat sudah masuk ke rumah, lalu menyimpannya di meja dapur.

"Bahan-bahan kue? Ko dibawa ke sini?" Tambah Dora heran melihat tepung terigu di salah satu kantong.

Mama mengeluarkan isi kantong dan menatanya di meja dapur. Sambil mengeluarkan alat-alat masak, dia menjawab keheranan Dora, "Mama kangen bikin kue di rumah. Ditemenin kamu, dicicipin dan dikomentarin sama kamu. Mama juga udah lama nggak bagi-bagi ke tetangga sini."

Mama Asri punya toko kue yang tak jauh dari area komplek, dekat perempatan pertama lampu merah. Usaha yang dibangunnya saat pindah ke sini itu tujuannya hanya ingin jualan kecil-kecilan di sekitar komplek saja, sekaligus mengisi waktu luang. Namun, hobinya itu berbuah manis dan mendorongnya untuk membangun ruangan sendiri.

Toko Stay with Cake, namanya.

Dora tersenyum senang sambil membantu menyiapkan. Semenjak toko kue Mama diresmikan, dia jarang mengobrol dengan Mama. Pagi hari Papa berangkat kerja, disusul Mama yang kesibukannya nyaris menyamai kesibukan Papa. Obrolan di meja makan sebatas menanyakan kabar Dora di sekolah, itu pun sambil lalu. Sore hari Mama sudah pulang dari toko, tak jarang juga masih di toko dan Papa datang malam hari. Dora bisa memaklumi. Dia mencoba mengerti, bila benar-benar sudah bete dan bosan Dora akan mengajak Abian ke toko, meminta kue gratis dan Mama mengiyakan dengan senyuman hangat.

"Jadi intinya Mama kangen aku." Dora tersenyum jail yang ditanggapi Mama dengan tampang berpikir penuh canda.

"Mama mau bikin pancake, nanti kamu anterin ke rumah Bu Cokro, Bu Widya sama Thea ya."

"Siap, Ma!" Dora menyanggupi dengan semangat, "Apalagi ke rumah Thea."

"Kamu udah dekat ya sama Thea, kemarin Mama lihat kamu dari rumahnya."

Dora menuangkan terigu, menimbang-nimbang berat yang telah diberitahu Mama. "Iya Ma, akhirnya."

Mama terkikik. Sebelum sibuk dengan toko kue, Mama Asri selalu menampung keluh kesah Dora yang sulit berteman dengan tetangganya itu.

"Kamu lagi ada masalah, Ra?" Pertanyaan Mama otomatis menghentikan Dora.

Meskipun Mama sibuk, bukan berarti tidak memperhatikan raut putri keduanya yang tidak secerah biasanya, dibandingkan putri pertamanya—Dira yang memilih tinggal kos di Bandung—yang agak tertutup dan tidak selincah Dora. Meskipun senyuman Dora begitu mengembang hingga gigi gingsulnya terlihat, tidak dengan pancaran matanya yang meredup. Mama Asri tahu itu.

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang